RSS

Strategi Pembelajaran Tipe Jigsaw




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Aspek kehidupan yang paling mendasar dalam perkembangan dan pembangunan bangsa adalah pendidikan. Pendidikan juga merupakan sarana yang tepat untuk membentuk karakter siswa sejak dini karena banyak hal yang dipelajari oleh siswa di lingkungan sekolah, mulai dari interaksi dan sosialisasi dengan teman lain, sampai seberapa jauh siswa mampu berfikir aktif dan kreatif untuk perkembangan otak. Dalam hal ini, proses pembelajaran melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang biasa disebut dengan kegiatan belajar mengajar. Seorang guru akan mengajarkan materi pembelajaran berdasarkan kurikulum yang telah disepakati. Misalnya kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikenal dengan istilah kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan, berfikir dan bertindak yang semua itu harus dilakukan oleh siswa.
Namun, dalam kenyataannya, kegiatan belajar mengajar kurang meningkatkan kreatifitas siswa karena guru masih monoton dalam penyampaian materi. Apalagi pelajaran matematika yang menjadi momok oleh siswa karena hanya berhitung, dan menghafal rumus. Tanpa metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, kegiatan belajar mengajar terasa membosankan  dan monoton karena hanya didominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang di sampaikan oleh guru, padahal tidak semua semua siswa mempunyai minat dan bakat dalam pelajaran matematika.
Untuk itu, perkembangan metode pembelajaran yang menyenangkan siswa untuk lebih berfikir kreatif dan inovatif perlu dikembangkan oleh guru untuk peningkatan prestasi belajar siswa. Maka guru harus memikirkan cara yang tepat untuk memberikan metode yang kreatif sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dianggap cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran siswa, karena selain mampu mengembangkan kreatifitas, pembelajaran kooperatif juga juga dapat melatih siswa untuk berinteraksi dengan baik dan terutama memberikan rasa tanggung jawab untuk diri sendiri dan temannya.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran cooperatif learning, cooperatif learning, dan pembelajaran cooperatif tipe jigsaw?
2.     Apakah tujuan pembelajaran cooperatif?
3.    Bagaimana langkah-langkah untuk menerapkan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar?
4.    Apa saja kelebihan dan kekurangan penerapan Model Cooperatif Tipe Jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar?
5.     Apa saja solusi untuk mengatasi kelemahan tipe jigsaw?

C. Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui pengertian pembelajaran cooperatif learning, cooperatif learning, dan pembelajaran cooperatif tipe jigsaw.
2.       Mengetahui tujuan pembelajaran cooperatif.
3.      Mengetahui langkah-langkah menerapkan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Jigsaw.
4.      Mengetahui kelebihan dan kelemahan penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Jigsaw.
5.       Mengetahui solusi untuk mengatasi kelemahan tipe jigsaw.








BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Pembelajaran Model Cooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Model pembelajaran cooperatif learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran cooperatif learning dapat pula didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk struktur ini adalah 5 unsur pokok, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.[1]
Cooperatif Learning adalah strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan membantu sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari 2 anggota kelompok atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang kemampuan masing-masing individu berbeda. Untuk menyelesaiakan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif, belajar akan di katakan belum selesai apabila salah satu anggota kelompok itu belum menguasai materi pelajaran.[2]
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif  yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya.[3] Dalam teknik ini, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi.
Model pembelajaran seperti ini harus dioptimalkan karena dapat meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa dan tentunya meningkatkan prestasi belajar siswa. Di samping itu, pembelajaran ini juga dapat meningkatkan komunikasi siswa karena berani menyampaikan apa yang telah ia dapat kepada kelompok lain maupun kelompok sendiri, sehingga siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan bisa dilatih untuk lebih berani dengan pembelajaran model seperti ini.
B.       Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi belajar yang baik, dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. Sistem ini berbeda dengan  kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. [4] Dan tujuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu sendiri adalah memberikan rasa tanggung jawab individu dan kelompok untuk keberhasilan bersama dan untuk saling berinteraksi dengan kelompok lain. Untuk itu, kekompakkan dan kerja sama yang solid antar kelompok menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran tersebut karena satu sama lain akan memberikan informasi yang telah di dapat dari kelompok lain.
Secra rinci, tujuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini adalah:
1.    Untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa agar bahan pelajaran lebih bermakna.
2.    Agar anggota dari suatu kelompok tersebut lebih termotivasi  atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
3.    Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
4.    Untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk  mempelajari  semua materi sendirian.
C.      Prosedur/Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Perkembangan ilmu teknologi sangat memungkinkan siswa untuk lebih kreatif dalam pembelajaran untuk mencari informasi yang dapat di aplikasikan dalam setiap materi dan membuat siswa aktif berpartisipasi yang melibatkan intelektual dan emosional. Jadi dalam hal ini, bukan hanya guru yang berbicara, namun siswa ikut aktif dalam pembelajaran yang telah ia ketahui dari teknologi.
Selain itu, bekerja sama antar kelompokn ataupun sesama siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Tipe mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode belajar koopertif learning. Tipe ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.[5]
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”.
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode atau model pembelajaran jigsaw adalah sebuah tehnik pembelajaran kooperatif dimana siswa yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran.[6]
Langkah-langkah penerapan metode Jigsaw adalah:[7]
1.    Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Membuat penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan konsep (konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca di rumah)
2.     Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya dan sudah di rangking (siswa tidak perlu tahu), kita bagi dalam 25%(rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25%(rangking 11-15) kelompok sedang, 25% (rangking 15-20) kelompok rendah.

3.    Pembentukan dan Pembinaan Kelompok Expert
Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 group (A – E) yang isi tiap groupnya hiterogen dalam kemampuan matematika, berilah indek 1 untuk siswa dlam kelompok sangat baik, indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang, dan indek 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, … A4 group A dari kelompok rendah. Tiap group akan berisi:
Ù€         Group A (A1, A2, A3, A4)
Ù€         Group B (B1, B2, B3, B4)
Ù€         Group C (C1, C2, C3, C4)
Ù€         Group D (D1, D2, D3, D4)
Ù€         Group E (E1, E2, E3, E4)
Tiap kelompok ini diberi konsep matematika (Bangun Ruang) sesuai dengan kemampuannya. Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang sangat baik diberi materi yang lebih komplek worksheet 1 (limas segitiga). Kelompok 2 diberi mater worksheet 2 (tabung). Kelompok 3 diberi materi worksheet 3 (balok) dan kelompok 4 diberi materi worksheet (kubus).
Setiap kelompok diharapkan belajar topic yang diberikan dengan baik sebelum ia kembali kedalam group sebagai tim ahli (expert), peran pendidik cukup penting dalam fase ini.
4.    Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tententu ini kembali ke kelompok semula. Pada fase ini kelima group (1 – 5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu (worksheet 1 – 4). Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota group untuk mempresentasikan keahliannya dalam group nya masing-masing satu per satu. Diharapkan terjadi sharing pengetahuan antar mereka. Aturan dalam fase ini adalah:
Group A
A1, A2, A3, A4
Group 2
B1, B2, B3, B4
Group 3
C1, C2, C3, C4
Group 4
D1, D2, D3, D4
Group E
E1, E2, E3, E4
Lalu di bagi menjadi:
Kelompok 1
A1, B1, C1, D1, E1
Kelompok 2
A2, B2, C2, D2, E2
Kelompok 3
A3, B3, C3, D3, E3
Kelompok 4
A4, B4, C4, D4, E4
Ø Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan
Ø Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.
Ø Tanyakan pada anggota group sebelum tanya pada pendidik tentang materi
5.    Test (Penilaian)
Guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada test ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika pada saat belajar mereka saling bahu membahu untuk memperoleh konsep yang benar, maka pada saat penilaian ini mereka harus bekerja sendiri-sendiri, jika mungkin tempat duduknya agak di jauhkan.
6.    Pengakuan Kelompok
Penilaian pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat  memberikan kontribusi maksimum pada kelompoknya dalam system skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya di dasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
D.       Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran tipe Jigsaw
1.    Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:[8]
a.    Melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
b.    Meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
c.    Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain.
d.   Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
e.    Melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggungjawab secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya
f.     Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
g.    Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
h.    Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.


2.    Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu:[9]
a.    Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderungmengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
b.    Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahl secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
c.    Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan .Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
d.   Siswa  yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran
e.    Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran model Jigsaw
f.     Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas sedangkan yang lain hanya sebagai penonton.
g.    Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran model Jigsaw.
h.    Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
i.      Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
j.      Kegiatan belajar-mengajar tipe jigsaw membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain
E.       Solusi untuk Mengatasi Masalah Jigsaw
Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:[10]
1.    Pengelompokkan dilakukan terlebih dahulu dengan mengurutkan kemampuan siswa dalam kelas misalnya kita bagi dalam 25% (rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25% (rangking 11-15) kelompok sedang, dan seterusnya. Selanjutnya kita akan membagi menjadi 5 group (A-E) yang isi tiap-tiap group anggotanya heterogen dalam kemampuan matematika, berilah indek 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang dan indek 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, . . . A4 group A dari kelompok rendah). Tiap group akan berisi group A {A1,A2,A3,A4}, group B {B1,B2,B3,B4}, group C {C1,C2,C3,C4}, group D{D1,D2,D3,D4} dan seterusnya.
2.    Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama {A1,B1,C1,D1} kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugas mereka. Jika ditemukan ada anggota ahli yang belum tuntas, maka dilakukan remidial yang dilakukan oleh teman satu tim.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pemaparan tentang model pembelajaran tipe jigsaw, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw ini cukup baik untuk di kembangkan dalam dunia pendidikan untuk memberikan rasa tanggung jawab, kerja sama, berinteraksi dengan orang lain dan melatih rasa percaya diri untuk menyampaikan pendapat. Dan yang tidak kalah penting adalah manfaat untuk lebih kreatif dalam mengembangkan materi pembelajaran terutama matematika yang penuh dengan ide-ide kreatif, bukan hanya siswa yang di tuntut untuk kretif, namun guru juga di tuntut kreatif agar proses pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton.
           
  
  




[1]Agus, Suprijono, Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), h. 90.
[2]Muhibbin Syah,  Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung : Rosda, 1995), h. 72.
[3] Lie Anita, Cooperative Learning  (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008), h. 70.
[4]Robert E Slavin, COOPERATIVE LEARNING Teori, Riset, dan Praktik diterjemahkan oleh Narilita Yusron (Bandung:Penerbit Nusa Media, 2005), h. 25.
[5]Lie Anita, Cooperative, h. 69.
[6]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), h. 85.
[7]Ibid., h. 87-89.
[8]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana, 2009), h. 101-102.
[9]Ibid., h. 102-103.
[10]Dahlan, Model-model Mengajar (Bandung: CV. Diponegoro, 1990), h. 93-94.
Copyright 2009 Neng Ingin Berbagi. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates