BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai suatu sistem, program layanan bimbingan dan prnyuluhan
tentunya meliputi beberapa hal di antaranya yaitu perencanaan, pelaksanaan,
serta evaluasi. Dalam hal ini ketiga hal tersebut senantiasa saling berkaitan
dan berkesinambungan.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa suatu hasil
senantiasa dipengaruhi oleh perencanaan, begitu pun pelaksanaan juga memiliki
peran yang sangat dominan. Selain itu, kedua hal tersebut akan terlihat
manakala proses evaluasi dilakukan dan dapat berjalan dengan baik. Dengan
demikian, evaluasi dari pelaksanaan program layanan bimbingan dan penyuluhan ini
hendaknya dipersiapkan dengan seksama.
Ketiadaan evaluasi pada program bimbingan dan
penyuluhan membuat akuntabilitas program bimbingan dan penyuluhan menjadi
rendah, baik di mata kepala sekolah, guru, dan bahkan siswa.
Masalah evaluasi program BP merupakan masalah besar
karena banyak dialami oleh praktisi bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
Kondisi ini dapat dipahami karena evaluasi program BP dapat dikatakan sebagai
cabang ilmu yang relatif baru dalam bimbingan dan penyuluhan. Paparan tersebut
menunjukkan bahwa begitu pentingnya peranan evaluasi pada pelaksanaan layanan
bimbingan dan penyuluhan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian evaluasi
program BP?
2.
Apa tujuan, ruang lingkup
dan prinsip-prinsip program BP?
3.
Hambatan-hambatan apa yang
terjadi dalam evaluasi program BP?
4.
Apa saja metode pendekatan
yang digunakan dalam evaluasi program BP?
5.
Bagaimana prosedur
pelaksanaan kegiatan evaluasi program BP?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui pengertian
evaluasi program BP?
2.
Untuk mengetahui tujuan,
ruang lingkup dan prinsip-prinsip program BP?
3.
Untuk mengetahui hambatan-hambatan
yang terjadi dalam evaluasi program BP?
4.
Untuk mengetahui
macam-macam metode pendekatan yang digunakan dalam evaluasi program BP
5.
Untuk mengetahui prosedur
pelaksanaan kegiatan evaluasi program BP?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi Program
BP
1.
Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation,
dalam bahasa arab al-taqdir dan dalaam bahasa indonesia berati
penilaian. Evaluasi dapat dimaknai sebagai suatu proses mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi yang didapat
melalui pengukuran atau tes untuk memberikan beberapa mekna berdaarkan
pertimbangan nilai.
Berdasarkan definisi tersebut, maka jelaslah bahwa
evaluasi memiliki beberapa karakteristik. Pertama, evaluasi adalah
proses dimana di dalamnya terdapat proses pengumpulan informasi. Informasi ini
dapat berupa informasi yang bersifat kuantitatif dan bersifat kualitatif yang
didapat melalui proses pengukuran. Kedua, dalam evaluasi terdapat proses
analisis dan interpretasi informasi, artinya di dalam informasi terdapat proses
membandingkan fakta dengan patokan tertentu. Dan ketiga, inilah
karakteristik yang membedakannya dengan penilaian adalah bahwa evaluasi
merupakan proses yang menjadi dasar penentuan suatu pengambilan keputusan.
Artinya hasil dari evaluasi harus dapat memberikan rekomendasi berkenaan dengan
keputusan suatu program, apakah program tersebut dilanjutkan, dihentikan, atau
dilanjutkan akan tetapi dengan beberapa revisi.[1]
2.
Pengertian Evaluasi
Program BP
Evaluasi program bimbingan dan penyuluhan (BP) dapat
diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
segala sesuatu dalam berbagai program bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan
melalui pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis data yang akan
dijadikan dasar untuk membuat keputusan.[2]
Evaluasi program bimbingan dan penyuluhan dimaksudkan
sebagai upaya atau proses menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah atau
madarsah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai
dengan program bimbingan yang dilaksanakan.[3]
B.
Tujuan Evaluasi
Program BP
Evaluasi program BP
di sekolah/madrasah berupaya untuk menelaah pelayanan program BP yang telah dan
sedang dilaksanakan untuk mengembangakan dan memperbaiki program BP di
sekolah/madrasah yang bersangkutan. Dengan demikian, penilaian layanan BP di
adalah bertujuan: (1) mengembangtumbuhkan kueikulum sekolah ke arah kesesuaian
dan kebutuhan siswa, (2) membantu guru-guru memperbaiki cara mengajar di kelas,
(3) memungkinkan program BP berfungsi lebih efektif.[4]
Pada hakikatnya evaluasi
program BP mempunyai dua tujuan pokok. Pertama, evaluasi program BP
bertujuan untuk memperbaiki praktek penyelenggaraan program BP itu sendiri. Dan
kedua, evaluasi program BP merupakan alat untuk meningkatkan akuntabilitas
program BP di mata stakeholder, seperti guru, kepala sekolah, orang tua,
dan terutama siswa.[5]
C.
Ruang Lingkup
Evaluasi Program BP
Lingkup evaluasi
program BP mencakup empat komponen, yaitu: (1) komponen peserta didik (input),
(2) komponen program, (3) komponen proses pelaksanaan BP, dan (4) komponen
hasil pelaksanaan BP (output).[6]
1.
Evaluasi peserta didik
(input)
Untuk mengadakan
evaluasi terhadap pelaksanaan program BP, maka pemahaman terhadap peserta didik
menjadi penting dan perlu. Pemahaman terhadap peserta didik ini dapat dipakai
untuk mempertimbangkan hasil pelaksanaan program bimbingan bila dibandingkan
dengan produk yang dicapai. Evaluasi jenis ini, dimulai dari layanan
pengumpulan data pada saat peserta didik diterima di sekolah bersangkutan.
Adapun jenis data yang dikumpulkan dari peserta didik dapat berupa: (a)
kemampuan, (b) bakat, (3) minat, (4) kepribadian, (5) prestasi belajar, dan
lain-lain.[7]
2.
Evaluasi program
Jenis evaluasi
program ini dilakukan demi peningkatan mutu program bimbingan dan penyuluhan.
Penyusunan program bimbingan dan penyuluhan dibagi menjadi beberapa kegiatan
layanan, yaitu:
a.
Layanan kepada peserta
didik
b.
Layanan kepada guru
c.
Layanan kepada kepala
sekolah
d.
Layanan kepada orang tua
siswa
Kegiatan
operasional dari masing-masing layanan hendaknya disusun dalam suatu
sistematika tertentu.[8]
3.
Evaluasi proses
Untuk mewujudkan
tujuan yang telah ditetapkan dalam program pelayanan BP, dituntut proses
pelaksanaan BP yang mengarah pada tujuan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan
program BP banyak faktor yang perlu dievaluasi, faktor-faktor tersebut
diantaranya meliputi:
a.
Organisasi dan administrasi
program BP
b.
Petugas pelaksana atau
personil
c.
Fasilitas dan perlengkapan
-
Fasilitas teknik: seperti
tes, inventori, angket, dan sebagainya.
-
Fasilitas fisik: seperti
ruang penyuluh, ruang penyuluhan, ruang tunggu, ruang pertemuan, ruang
administrasi, ruang penyimpanan instrumen, dan runag penyimpanan data.
-
Perlengkapan, seperti:
meja, kursi, dan lain-lain.
d.
Anggaran biaya
Anggaran biaya yang
perlu dipersiapkan adalah untuk: honorarium pelaksana, pengadaan dan
pemeliharaan sarana fisik dan perlengkapan, biaya operasional).[9]
4.
Evaluasi hasil
(product/output)
Jenis evaluasi ini
diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh seseorang yang telah
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan BP dan juga melalui peninjauan terhadap
kegiatan itu sendiri dalam berbagai aspeknya.
Untuk memperoleh
gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan program BP, dapat dilihat dari
hasil yang diperoleh dari pelaksanan tersebut. Dan untuk memperoleh gambaran
tentang hasil dari pelaksanaan program BP tersebut, maka harus dilihat dari
diri siswa yang memperoleh layanan bimbingan itu sendiri. Penilaian terhadap
hasil lebih menekankan pada pengumpulan data atau informasi mengenai keberhasilan
dan pengaruh kegiatan layanan BP yang telah diberikan. Dengan kata lain,
evaluasi terhadap hasil ditujukan kepada pencapaian tujuan program BP, baik
dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.[10]
D.
Prinsip-prinsip Evaluasi Program BP
Dalam menjaga
tujuannya untuk melakukan perbaikan, maka ketika evaluasi dilakukan, evaluator
harus mengacu pada prinsip-prinsip dasar evaluasi program BP. Menurut Gibson
dan Mitchell (1981), Depdikbud (1993) mengemukakan beberapa prinsip yang
semestinya digunakan dalam penyelanggaraan evaluasi program BP, prinsip-prinsip
tersebut adalah:[11]
1.
Evaluasi yang efektif
menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program.
2.
Evaluasi yang efektif
memerlukan kriteria pengukuran yang valid dan jelas.
3.
Evaluasi melibatkan
berbagai unsur yang profesional.
4.
Menuntut umpan baik (feed
back) dan tindak lanjut (follow up) sehingga hasilnya dapat
digunakan untuk membuat kebijakan atau keputusan. Adapun keeputusan dapat
menyangkut:
-
Personalia yang terlibat
dan kemampuannya kurang dapat digantikan atau dengan penambahan tenaga.
-
Jenis kegiatan dan
pelaksanaannya disusun berdasarkan prioritas kegiatan dan subjek yang
ditangani.
-
Pembiayaan, waktu dan
fasilitas lainnya harus dipertimbangkan.
5.
Evaluasi yang efektif
hendaknya terencana dan berkesinambungan.
E.
Hambatan-hambatan dalam Evaluasi Program Bimbingan BP
Ada beberapa
hambatan yang masih dirasakan sampai saat ini dalam pelaksanaan evaluasi
program BP, diantaranya adalah:[12]
1.
Pelaksana bimbingan di sekolah tidak mempunyai waktu yang cukup memadai
untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan program BK.
2.
Pelaksana bimbingan dan konseling memiliki latar belakang pendidikan yang
bervariasi baik ditinjau dari segi jenjang maupun programnya, sehingga
kemampuannya pun dalam mengevaluasi pelaksanaan program BK sangat bervariasi
termasuk dalam menyusun, membakukan dan mengembangkan instrumen evaluasi.
3.
Belum tersedianya alat-alat atau instrument evaluasi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah yang valis, reliable, dan objektif.
4.
Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan, atau pelatihan khusus yang
berkaitan tentang evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling pada
umumnya, penyusunan dan pengembangan instrumen evaluasi pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah
5.
Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang. Tidak dapat
diragukan lagi untuk memulai mengadakan evaluasi tampaknya memerlukan baya yang
cukup mahal dan perlu biaya yang banyak.
6.
Belum adanya guru inti atau instruktur BK yg ahli dlm bidang evaluasi
pelaksanaan peogram BK di sekolah. Sampai saat ini kebanyakan yg terlibat dalam bidang ini adalah dari perguruan tinggi yang sudah tentu konsep dan
kerangka kerjanya tidak berorientasi kepada kepentingan sekolah.
7.
Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan bimbingan dan yang tegas
dan baku belum ada sampai saat ini.
F.
Prosedur Pelaksanaan
Kegiatan Evaluasi Program BP
Berikut ini adalah
beberapa prosedur yang digunakan dalam evaluasi program BP:[13]
1.
Fase Persiapan
Pada fase persiapan ini terdiri
dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi. Dalam kegiatan penyusunan
kisi-kisi evaluasi ini langkah-langkah yg dilalui adalah:
a.
Langkah pertama penetapan aspek-aspek yang dievaluasi baik evaluasi proses
maupun evaluasi hasil, meliputi:
1)
Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
2)
Keterlaksanaan program,hambatan yang dijumpai,
3)
Dampak terhadap KBM,
4)
Respon konseli, sekolah, orang tua, masyarakat
5)
Perubahan kemajuan dilihat dari capaian tujuan layanan, capaian tugas
perkembangan dan hasil relajar, keberhasilan lulusan.
b.
Langkah-langkah kedua penetapan kriteria keberhasilan evaluasi.
Misalnya, bila proses aspek kegiatan yang akan dievaluasi maka kriteria
yang dapat dievaluasi ditinjau dari: lingkungan bimbingan, sarana yang ada, dan
situasi daerah.
c.
Langkah ketiga penetapan alat-alat/ instrument evaluasi
Misalnya aspek proses kegiatn yang hendak dievaluasi dengan kriteria bagian
b di atas, maka instrument yang harus digunakan ialah: ceklis, observasi
kegiatan, tes situsasi, wawancara, dan angket
d.
Langkah keempat penetapan prosedur evalusi
Seperti contoh pada butir b dan c di atas, maka prosedur evaluasinya
mlalui: penelaahan, kegiatan, penelaahan hasil kerja, konfrensi kasus, dan
lokakarya
e.
Langkah kelima
penetapan tim penilaian atau evaluator
Berkaitan dengan contoh diatas, maka yang harus menjadi evaluator dalam
penilaian proses kegiatan ialah: ketua bimbingan dan konseling, kepala sekolah,
tim bimbingan dan konseling, dan konselor.
2.
Fase persiapan alat / instrument evaluasi
Dalam fase
kedua ini dilakukan kegiatan diantaranya:
a.
Memilih alat-alat/instumen evaluasi yang ada atau menyusun dan
mengembangkan alat-alat evaluasi yang diperlukan.
b.
Pengadaan alat-alat instrument evaluasi yang akan digunakan
Perangkat
alat/instrumen evaluasi yang dibutuhkan dalam evaluasi program BP ialah tes dan
non-tes. Alat-alat tes seperti: tes prestasi belajar, tes untuk mengungkap
aspek-aspek psikologis (misalnya tes intelegensi, tes bakat skolastik, tes
bakat khusus, inventori minat, dsb). Sedangkan alat/instrumen non-tes seperti:
daftar cek masalah, kuisioner, skala penilaian, dsb.
3.
Fase pelaksanaan kegiatan evaluasi
Dalam fase pelaksanaan evaluasi
ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu:
a.
Persiapan pelaksanaan kegiatan evaluasi;
b.
Melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
4.
Fase menganalisis hasil evaluasi
Dalam fase analisis hasil
evaluAsi dan pengolahan data hasil evaluasi ini dilakukan mengacu kepada jenis
datanya. Data-data itu, diantarnya:
a.
Tabulasi data;
b.
Analisis hasil pengumpulan data melalui statistik atau non-statistik
5.
Fase penafsiran atau interprestasi dan pelaporan hasil evaluasi
Pada fase ini
dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis data dengan kriteria penilaian
keberhasilan & kemudian diinterprestasikan dng memakai kode-kode tertentu,
untuk kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan dan atau
pengembangan program layanan bimbingan konseling.
G.
Metode Pendekatan
dalam Evaluasi Program BP
Ada beberapa metode
yangg digunakan dalam melaksanakan evaluasi program BP, diantaranya:
1.
Metode survei
Metode survei dimaksudkan guna mendapatkan data tentang
lingkungan, pengelolaan, sikap dan pandangan personel sekolah/madrasah lainnya,
serta sikap dan pandangan siswa terhadap program BP.
Jadi, metode survei ini merupakan usaha untuk mengenali
keadaan sesungguhnya secara menyeluruh sebagaimana adanya. Hal tersebut sanagt
berguna untuk menentukan kegiatan selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal
yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, melengkapi kebutuhan yang belum
terpenuhi, dan memperbaiki hubungan antara unsur-unsur yang mendukung kehidupan
sekolah/madrasah tersebut.[14]
2.
Metode observasi
Sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang
terinci, yang mencakup perilaku-perilaku siswa yang akan diamati, kapa akan
diamati, oleh siapa akan diamati, dengan cara bagaimana, dan akan diberi
interpretasi evaluatif menurut apa. Jadi, sebelum observasi dilakukan, observer
perlu membuat pedoman atau kriteria terlebih dahulu agar data yang diperoleh
lebih terarah dan tepat. Unsur subjektifitas dapat dikurangi dengan cara
melibatkan banyak orang.
Dengan demikian, perencanaan yang rinci, pembuatan pedoman
atau kriteria, dan keterlibatan lebih dari satu orang dalam observasi akan
diperoleh data yang lebih terarah, tepat dan objektif.[15]
3.
Metode eksperimental
Metode eksperimental dimaksudkan untuk mempelajari apakah
tujuan layanan BP yang diharapkan itu sudah tercapai atau belum, dan apakah
layanan itu efektif dan efisien, atau tidak.
Studi eksperimental perlu menggunakan metode ilmiah yang
mencakup suatu penetapan sebelumnya yaitu:
a.
Menentukan tujuan dan
metode pencapaian tujuan.
b.
Pengembanagan cara untuk
mengukur pencapaian tujuan.
c.
Seleksi satu atau beberapa
kelompok kontrol dan eksperimen.
d.
Proses untuk mengadakan
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
e.
Pengukuran hasil-hasil eksperimen.[16]
4.
Metode studi kasus
Metode studi kasus digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai keadaan seorang siswa yang dijadikan objek studi kasus. Sebelum
melakukan studi kasus perlu ditetapkan hal-hal yang dianggap penting tentang
diri seorang siswa (klien) yang berkaitan dengan usaha layanannya.
Metode studi kasus cukup banyak memakan waktu, akan
tetapi metode ini banyak manfaatnya bagi konselor dalam mengevaluasi efisiensi
dan efektifitas kegiatan-kegiatan BP yang dilaksanakannya.[17]
H.
Kriteria Keberhasilan
Program BP
Beberapa
kriteria keberhasilan yang dapat dijadikan landasan suatu penilaian, dapat kita
lihat dari hasil yang ingin diperoleh dari tujuan pelayanan bimbingan. Berikut
ini akan dikemukakan kriteria keberhasilan dalam pelayanan bimbingan, menurut
Koestoer Partowisastro (1982), bahwa:[18]
1.
Kriteria keberhasilan pelayanan
kepada murid :
a.
Menerima diri sendiri, baik mengenai
kekuatan-kekuatannya maupun kelemahan-kelemahannya, sehingga dapat membuat
rencana untuk menentukan cita-cita dan membuat keputusan-keputusannya yang
realitas.
b.
Memperoleh pengetahuan dan pemahaman
yang benar mengenai dunia sekitarnya, sehingga dapat memperoleh tingkat social
yang selaras dalam pergaulan dan kehidupan di masyarakat.
c.
Dapat memahami dan memecahkan
masalahnya sendiri.
d.
Dapat memilih secara tepat dan
menyelesaikan program studi dan berhasil sesuai dengan tingkat kemampuannya.
e.
Dapat memilih pendidikan lanjutan
secara tepat sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
f.
Dapat memilih rencana dan lapangan
kerja / jabatan yang tepat sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
g.
Memperoleh bantuan khusus dalam
mengatasi kesulitan belajar, sehingga dapat mengembangkan dan meningkatkan
kepribadiannya secara menyeluruh.
h.
Memperoleh bantuan dan pelayanan
dari orang-orang atau badan-badan lain diluar sekolah, untuk memecahkan
masalahnya yang tidak mampu dipecahkannya dengan pelayanan langsung dari
sekolah.
2.
Kriteria keberhasilan pelayanan
bimbingan kepada guru :
a.
Guru berpartisipasi dan membantu
pelaksanaan program bimbingan disekolah.
b.
Guru menggunakan fasilitas yang
disediakan oleh staf BK.
c.
Guru turut aktif mengkomunikasikan
program BK kepada murid.
d.
Ada keseragaman sikap dan tindakan
terhadap murid diantara guru-guru dan staf BK.
e.
Guru memberikan informasi tentang
murid kepada staf BK.
f.
Guru membicarakan murid-murid yang
memiliki kesulitan dengan konselor.
g.
Guru memperlakukan murid sesuai
dengan keadaan dan kemampuan murid.
h.
Tersedia alat pengumpulan data yang
baik buatan guru sendiri.
i.
Guru menggunakan alat-alat
pengmpulan data secara tepat.
j.
Guru mengumpulkan dan menyusun data
dengan baik.
k.
Tercipta suasana belajar mengajar
yang baik didalam kelas.
l.
Adanya penempatan dan penugasan
kepada murid oleh guru, sesuai dengan keadaan dan kemampuan murid
masing-masing.
m. Guru mengatasi kesulitan dalam menghadapi murid tanpa
kerugian sampingan, baik pada murid ataupun pada guru.
n.
Guru mengarahkan penggarapan murid
yang mengalami kesulitan yang tidak dapat ditangani oleh guru sendiri.
o.
Guru mempergunakan alat pengumpulan
data sesuai dengan keadaan dan kemampuannya sendiri.
p.
Guru mempergunakan cara-cara untuk
membantu murid sesuai dengan keadaan dan kemampuan guru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Evaluasi adalah Proses menentukan atau
mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu melaluipenilaian yang dilakukan dengan
seksama. Evaluasi program bimbingan dan penyuluhan (BP) dapat diartikan
sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu
dalam berbagai program bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan melalui
pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis data yang akan dijadikan
dasar untuk membuat keputusan.
Tujun dari dilakukannya evalusi pelaksanaan program
layanan bimbingan dan penyuluhan adalah untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian program layanan bimingan tersebut. Lingkup evaluasi program
BP mencakup empat komponen, yaitu: (1) komponen peserta didik (input), (2)
komponen program, (3) komponen proses pelaksanaan BP, dan (4) komponen hasil
pelaksanaan BP (output).
Prosedurnya meliputi fase persiapan, fase
persiapan alat/instrument evaluasi, fase pelaksanaan kegiatan evaluasi, fase
menganalisis hasil evaluasi, fase penafsiran atau interprestasi dan pelaporan hasil evaluasi.
[1]Aip
Badrujaman, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling
(Jakarta: PT Indeks, 2011), h.12-13.
[2]Ibid.,
h. 17.
[3]Dewa
Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1995), h. 103.
[4]Ibid.
[5]Aip
Badrujaman, Teori, h. 19.
[6]Dewa
Ketut Sukardi, Proses, h. 104.
[7][7]Dewa
Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 187.
[8]Ibid.
[9]Dewa
Ketut Sukardi, Proses, h. 106.
[10]Dewa
Ketut Sukardi, Pengantar, h. 189-190.
[11]Ibid.,
h. 191-192.
[12]I
Jumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung: CV Ilmu, 1990), h.
157-158.
[13]I
Jumhur, Bimbingan, h. 164-166.
[14]Dewa
Ketut Sukardi, Proses, h. 109.
[15]Dewa
Ketut Sukardi, Pengantar, h. 196.
[16]Ibid.
[17]Ibid.,
h. 197.
[18]Ahmad
Juntika, dkk., Manajemen Bimbingan dan Konseling (Bandung: Rosdakarya,
2005), h. 121-123.