BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Metode drill atau latihan siap merupakan sebagian dari macam- macam
metode yang digunakan di dalam pengajaran. Yang dimana dapat dianggap sebagai
suatu ilmu yang berdiri sendiri yang sifatnya netral yang dapat digunakan oleh
bermacam- macam kepentingan dalam usaha penyampaian atau pengalaman belajar
kepada murid- murid.
Yang dimana metode drill mempergunakan daya berfikir peserta didik yang
bertujuan untuk meningkatkan daya berfikirnya bertambah lebih baik.
Dan dengan kemampuan peserta didik
menjadi berkembang lebih baik, maka pendidik akan dengan mudah mencapai tujuan
dari pendidikan yang diberikan kepada peserta didik dengan baik dan sesuai
tahapan- tahapan yang telah dirancang sebelum pelaksanaan proses pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Metode Drill (Latihan Siap) ?
2. Apa syarat-syarat dalam menerapkan Metode Drill ?
3. Apa tujuan Metode Drill?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan Metode Drill ?
5. Apa kelebihan dan kelemahan dari Metode Drill?
6. Bagaimana implementasi Metode Drill dalam pembelajaran materi PAI ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Metode Drill / latihan siap !
2. Mengetahui syarat-syarat dalam menerapkan Metode Drill !
3. Mengetahui tujuan yang terkandung dalam Metode Drill!
4. Menjelaskan langkah-langkah dalam menerapkan Metode Drill!
5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari Metode Drill!
6. Menjelaskan implementasi Metode Drill dalam pembelajaran materi PAI !
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Drill (Latihan Siap)
Penggunaan istilah drill atau latihan
sering disamakan artinya dengan istilah ulangan. Padahal latihan bermaksud agar
pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai
sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia
telah menyerap pengajaran tersebut.[1]
Mengenai definisi atau pengertian metode drill, para ahli memberikan
definisi yang agak sedikit berbeda meskipun pada intinya definisi-definisi
tersebut sama. Adapun metode drill (latihan siap) menurut beberapa pendapat
antara lain:
1. Roestiyah berpendapat metode drill, ialah suatu teknik yang dapat diartikan
sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan
latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi
dari apa yang telah dipelajari.[2]
2. Menurut Ramayulis, metode drill atau disebut latihan siap dimaksudkan untuk
memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari,
karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat
disempurnakan dan siap-siaga.[3]
3. Menurut Abdul Majid, suatu rencana menyeluruh tentang penyajian materi
secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan dengan cara
latihan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik.[4]
4. Zuhairini mendefinisikan drill sebagai suatu metode dalam pendidikan dan
pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah
diberikan.[5]
5. Menurut Shalahuddin, ialah suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama
secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu
asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan menjadi permanen.[6]
Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill
(latihan siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan
melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.
Dari segi pelaksanaannya siswa terlebih dahulu telah dibekali dengan
pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru,
siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.
B. Syarat-syarat Metode Drill (Latihan Siap)
Dalam
pembelajaran dengan metode latihan paling tidak diperlukan syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.
a.
Agar
hasil latihan memuaskan, minat intrinsik diperlukan.
b.
Tiap-tiap
langkah kemajuan yang dicapai harus jelas.
c.
Hasil
latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi.
2.
Latihan-latihan
hanyalah untuk keterampilan tindakan yang bersifat otomatik.
3.
Latihan
diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/daya tahan siswa, baik segi jiwa
maupun jasmani.
4.
Adanya
pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga siswa tidak perlu
mengulang suatu respon yang salah.
5.
Latihan
diberikan secara sistematis.
6.
Latihan
lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan
koreksi.
7.
Latihan-latihan
harus diberikan terpisah menurut bidang ilmunya.[7]
C.
Tujuan Metode Drill (Latihan Siap)
Tujuan metode drill
(latihan siap) adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang
sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis
pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu
diperlukan.[8]
Sedangkan menurut
Roestiyah teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar
siswa:
a. Memiliki keterampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata,
menulis, mempergunakan alat/membuat suatu benda; dan lain sebagainya.
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan,
mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain,
seperti hubungan sebab-akibat banyak hujan – banjir; penggunaan lambang/simbol
di dalam peta dan lain-lain.[9]
Dari
keterangan-keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari metode
Drill (latihan siap) adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan motoris dan
mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.
D.
Langkah-langkah dan Petunjuk Penggunaan Metode Drill (Latihan Siap)
Dalam
pelaksanaannya, metode ini terkadang mengalami beberapa hambatan, teutama
terkait dengan kesiapan guru dan pengkondisian kelas. Oleh karena itu, guru
hendaknya memperhatikan beberapa prinsip umum metode drill berikut ini:
1. Drill hanyalah untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis.
2. Latihan harus memiliki arti dalam rangka yang lebih luas.
a. Sebelum dilaksanakan latihan siswa perlu mengetahui terlebih dahulu arti
latihan itu.
b. Siswa perlu menyadari bahwa latihan- latihan itu berguna untuk kehidupan
siswa selanjutnya.
c. Siswa perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk
melengkapi belajar.
3. Latihan – latihan itu pertama- tama harus ditekankan kepada diagnose.
a. Pada taraf- taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang mengurus.
b. Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul.
c. Respon yang benar akhirnya harus dikenal siswa dan respon yang salah
harus diperbaiki.
d. Siswa memerlukan waktu untuk mewarisi latihan, perkembangan arti dan
control.
e. Di dalam latihan pertama- tama ketetapan, kemudian kecepatan, dan pada
akhirnya kedua- duanya harus dapat tercapai.
4. Masa latihan relative singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu
lain.
5. Masa latihan menarik, gembira, dan menyenagkan.
a. Agar hasil latihan memuaskan, minat intrinsic diperlukan.
b. Tiap- tiap kemajuan yang dicapai siswa harus jelas.
c. Hasil latihan terbaik dengan sedikit menggunakan emosi.
6. Pada waktu latihan, harus didahulukan proses yang sensual.
7. Proses latihan dan kebutuhan harus disesuaikan kepada perbedaan individu.
a. Tingkat kecakapan yang diterima pada satu saat tidak usah sama.
b. Latihan secara perseorangan perlu untuk menambah latihan kelompok.[10]
Selain
itu, dalam pelaksanaan metode drill ini yang tak kalah pentingnya bagi seorang
guru adalah memerhatikan petunjuk dibawah ini:
1.
Sebelum
latihan dimulai, siswa hendaknya diberi pengertian yang mendalam tentang apa
yang dilatihkan.
2.
Latihan
untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnostis. Kalau pada latihan pertama
siswa tidak berhasil, maka guru mengadakan perbaikan lalu penyempurnaan.
3.
Latihan
tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
4.
Latihan
hendaknya disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
5.
Latihan
hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.[11]
E. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Drill
1) Kelebihan atau Kebaikan Metode Drill
Menurut Yusuf dan
Saifil Anwar, kebaikan metode drill (latihan siap) adalah:
a. Dalam waktu yang tidak lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan.
b. Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancar.
c. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinue dan disiplin diri, melatih
diri, belajar mandiri.
d. Pada pelafaran agama dengan melalui metode latihan siap ini anak didik
menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah.[12]
Sedangkan Zuhairini
menguraikan hal tersebut dengan:
a. Dalam waktu relatif singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan
keterampilan yang diharapkan.
b. Para murid akan memiliki pengaturan yang siap.
c. Akan menanamkan pada nak-anak kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.[13]
Sedangkan Ahmad Munjin Nasih, Lilik Nur Khalidah mengemukakan beberapa
keuntungan dalam pemanfaatan metode latihan adalah sebagai berikut:
1. Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh
akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan siswa, karena seluruh pikiran,
perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
2. Anak didik akan dapat mempergunakan daya pikirnya dengan bertambah
baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur,
teliti dan mendorong daya ingatnya.
3. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung
dari guru, memungkinkan siswa untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu
juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar di samping itu juga siswa langsung
mengetahui prestasinya.[14]
2) Kekurangan atau Kelemahan Metode Drill
Adapun kelemahan dari metode Drill dalam
dunia pendidikan diantaranya adalah:
1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa.
Mengajar dengan metode drill, berarti minat dan
inisiatif siswa dianggap sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak
layak dan kemudian dikesampingkan. Para siswa dibawa kepada kofomuitas dan diarahkan menjadi uniformitas.
2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
Perkembangan inisiatif di dalam menghadapi
situasi- situasi baru dimatikan. Di dalam menghadapi situasi baru atau masalah
baru pelajar menyelesaikan persoalan dengan cara yang statis. Hal ini
bertentangan dengan prinsip belajar dimana siswa seharusnya mengorganisasi
kembali pengetahuan dan pengalamannya sesuai dengan situasi baru yang mereka
hadapi.
3. Membentuk kebiasaan yang kaku.
Dengan metode latihan siswa belajar secara
mekanis. Dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus siswa dibiasakan
secara otomatis. Kecakapan siswa dalam memberikan respon stimulus dilakukan
secara otomatis tanpa menggunakan inteligensi.
4. Menimbulkan verbalisme.
Setelah
mengajarkan bahan pelajaran kepada siswa berulang kali, guru mengadakan ulangan
lebih- lebih jika menghadapi ujian, siswa dilatih menghafalkan pertanyaan-
pertanyaan. Mereka harus tahu, dan menghafal jawaban- jawaban atau pertanyaan-
pertanyaan tertentu. Siswa harus dapat menjawab soal- soal secara otomatis.
Karena itu proses belajar lebih realistis menjadi terdesak, dan sebagai
gantinya timbullah respon- respon yang terus menerus bersifat verbalistis.[15]
Menurut Ahmad
Munjin Nasih, Lilik Nur Khalidah beberapa kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu:
1.
Latihan
yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan
kebosanan.
2.
Tekanan
yang lebih berat, yang diberikan setelah siswa merasa bosan atau jengkel tidak
akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok
belajar/latihan.
3.
Latihan
yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri siswa baik
terhadap pelajaran maupun guru.
4.
Latihan
yang selalu diberikan dibawah bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan
inisiatif maupun kreativitas siswa.
5.
Karena
tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan asosiasi tertentu, maka siswa akan
merasa asing terhadapa semua struktur-struktur baru dan menimbulkan perasaan
tidak berdaya.[16]
Kelemahan-kelemahan diatas dapat
diatasi dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
1.
Guru
mengarahkan anak didik untuk memberikan respon yang maksimal dan reaksi yang
tepat.
2.
Jika
terdapat kesulitan pada anak didik saat merespons, mereaksi, hendaknya guru
segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan tersebut.
3.
Berikanlah
segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respons yang betul maupun yang
salah. Hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat mengevaluasi kemajuan dari
latihannya.
4.
Usahakan
siswa memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon.
5.
Istilah-istilah
baik berupa kata-kata maupun kalimat yang dilakukan dalam latihan hendaknya dimenegrti
oleh anak didik.[17]
F. Implementasi Metode Drill pada Pembelajaran Materi PAI
Dalam hal ini kami akan
mengemukakan dua contoh aplikasi mengenai Metode Latihan (Drill) pada
pembelajaran materi PAI, yang pertama dalam bentuk tugas biasa dan yang kedua dalam
bentuk RPP.
Contoh bentuk pertama,
aplikasi Metode Resitasi :
Guru
|
Siswa
|
8. Memfasilitasi/mengarahkan siswa.
9. Mendampingi kegiatan siswa.
|
§ Melakukan latihan, misalnya mengidentifikasi dan
memetakan dalil-dalil al-Qur’an yang menjelaskan tentang berbagai tema;
menulis khot al-Qur’an.
|
Contoh bentuk kedua,
aplikasi Metode Drill (dalam bentuk RPP) :
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
( R P P )
Satuan Pendidikan :
SMP
Mata Pelajaran :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : VII / Ganjil
A. Materi Pokok : Cinta Ilmu Pengetahuan
B. Alokasi Waktu : 3 pertemuan (9 x 40
menit)
C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama:
1.
Diberikan kesempatan
untuk mengkaji tentang hukum bacaan mad, peserta didik dapat menjelaskan hukum
bacaan mad dalam surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
dengan benar.
2.
Diberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang hukum bacaan mad, peserta didik dapat mengidentifikasi
hukum bacaan mad dalam surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
dengan benar
3.
Diberikan
kesempatan berlatih membaca, peserta didik dapat mendemontrasikan bacaan surah
ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11dengan tartil.
Pertemuan Kedua:
1.
Diberikan kesempatan
berlatih menghafal surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11,
peserta didik hafal surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
dengan lancar.
2. Diberikan kesempatan berlatih dengan temannya, peserta didik
dapat menyebutkan arti surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
serta hadis tentang menuntut ilmu dengan benar.
Pertemuan Ketiga:
1.
Diberikan kesempatan
berdiskusi dengan temannya dalam satu kelompok, peserta didik dapat menjelaskan
makna isi kandungan surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadallah/58:11
serta hadis tentang menuntut ilmu dengan benar.
2. Diberikan kesempatan mencermati tayangan film, peserta didik
dapat menampilkan contoh perilaku semangat menuntut ilmu sebagai implementasi
surahar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11, serta hadis
terkait dengan baik
D.
Kompetensi Dasar
1.1
|
Menghayati al-Qur’an sebagai implementasi dari pemahaman rukun iman.
|
4.3.1
|
Menunjukkan
hafalan surah ar-Rahman: 55 dan surah al-Mujadalah dengan benar.
|
4.3.2
|
Membaca surah
ar-Rahman 55 dan surah al-Mujadalah: 58, dengan tartil.
|
3.3
|
Memahami isi
kandungan surah ar-Rahman: 55 dan surah al-Mujadalah serta hadits yang
terkait tentang menuntut ilmu.
|
2.7
|
Menghargai
perilaku semangat menuntut ilmu sebagai implementasi dari surah ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadalah/58:11 serta hadis terkait.
|
E. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.
Menjelaskan hukum
bacaan mad dalam surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
dengan benar.
2.
Mendemontrasikan
bacaan surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11dengan
tartil.
3.
Melafalkan hapalan ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadalah/58:11 dengan lancar.
4.
Menyebutkan arti surah
ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11 serta hadis tentang
menuntut ilmu.
5.
Menjelaskan makna isi
kandungan surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadallah/58:11
serta hadis tentang menuntut ilmu.
6.
Menampilkan contoh
perilaku semangat menuntut ilmu sebagai implementasi surahar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadalah/58:11, serta hadis terkait.
F. Materi Pembelajaran
Pertemuan Pertama:
1.
Hukum Bacaan Mad
a.
Pengertian Hukum
Bacaan Mad
b.
Macam-Macam Hukum Bacaan Mad
2.
Identifikasi Hukum
Bacaan Mad dalam surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
3.
Bacaan Al Quran surah
ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
Pertemuan
Kedua:
1.
Hafalan
Al Quran surah ar-Rahman/55:33 dan surah
al-Mujadalah/58:11
2.
Arti surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
Pertemuan Ketiga:
1. Makna surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
2. Makna Hadits tentang menuntut ilmu.
3. Contoh perilaku semangat menuntut ilmu sebagai implementasi
surahar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11, serta hadis
terkait.
G.
MetodePembelajaran
1. Pendekatan
Scientific
2. Model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Direct
Instruction
3. Metode diskusi, drill, dan demontrasi
H.
SumberBelajar
1. Kitab al-Qur’anul Karim dan terjemahnya, Depag RI
2.
Buku
teks siswa PAI SMP Kelas VII
3.
Buku
lain yang memadai.
I.
Media Pembelajaran
1.
Media
a.
Video Pembelajaran
b.
CD Pembelajaran Tajwid Interaktif
2.
Alat
a.
Komputer
b.
LCD Projector
c.
Kartu berpasangan (matching card)
lafadz dan artinya
J.
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan
Pertama
1.
Pendahuluan ( 10
menit )
-
Guru membuka
pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama dipimpin oleh seorang peserta
didik dengan penuh khidmat;
-
Guru memulai
pembelajaran dengan membaca al-Qur’an surah/aya tpilihan (nama surat sesuai dengan program pembiasaan yang
ditentukan sebelumnya);
-
Guru memperlihatkan
kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran
dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
-
Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif
yang berkaitan dengan materi pelajaran.
-
Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan
yang akan dicapai.
-
Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.
2.
Kegiatan inti ( 100 menit)
a. Mengamati
o Membaca bersama
QS Al Mujadilah 11 dan Ali Imron 33
o Mengamati LCD Tentang QS Al Mujadilah 11 da
Ali Imron 33 dari Imam Masjidil Harom
tentang bacaan dan tulisan,
sambil mengevaluasi bacaanya
o
Mencatat
hasil pengamatan terhadap hal- hal penting dari kekurangan bacaanya di bandingkan tayangan LCD
b. Menanya
o Melalui motivasi dari guru mengajukan
pertanyaan kepada teman kelompok dan guru tentang hal- hal yang belum jelas
dari pengamatan terhadap tayangan LCD
c. Explore
o Peserta didik membaca mengulang bacaan QS Al Mujadilah 11 dan Ar
Rohman 33 secara bersama kemudian membaca bersama di kelompok kelompok
o Praktek membaca satu
persatu yang diamati oleh anggota kelompok dan memberi penilaian, secara
bergilir
d. Asosiasi
o Anggota yang lain mengamati dan mendiskusikan
untuk memberi penilaian
o Memilih diantara anggota kelompok yang paling
bagus, fasih dan lancar untuk dijadikan model
o Memilih diantara temannya untuk menjadi
Presenter, sekretaris dan pengamat
e. Komunikasi.
o Mempresentasikan Bacaan QS Al Mujadilah 11 dan
Ar Rahman 33 di depan kelas
o Kelompok lain mengamati dan memberi penilaian
hasil presentasi Praktek kelompok
o Sekretaris menginvenaris hasil penilaian masing –masing kelompok
o Selama pembelajaran berlangsung guru mengadakan penilaian proses dengan rubrik observasi dan memberi
penguat dari hasil presentasi
o
Guru
memberi penghargaan pada kelompok yang hasil presentasinya terbagus.
3.
Penutup
a.
Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran secara demokratis.
b.
Bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
c.
Guru memberikan reward kepada kelompok “terbaik”, yakni:
- Kelompok yang benar
dalam mengidentifikasi hukum bacaan mad.
- Kelompok yang paling
baik dalam membaca al-quran.
d.
Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya dan menyampaikan tugas mandiri terstruktur.
e.
Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.
Pertemuan Kedua:
1. Pendahuluan (10 Menit)
o Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama
dipimpin oleh seorang peserta didik dengan penuh khidmat;
o Guru memulai pembelajaran dengan membaca al-Qur’an surah/ayat pilihan
(nama surat sesuai dengan program pembiasaan yang ditentukan sebelumnya);
o Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran dan memeriksa
kehadiran, kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk pesrta didik.
o Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan
secara komunikatif yang berkaitan
dengan materi pelajaran.
o Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar
dan tujuan yang akan dicapai.
o
Guru mengkondisikan peserta didik untuk duduk secara berpasangan
(dalam jenis kelamin yang sama).
2.
Kegiatan inti (100 Menit)
a.
Mengamati
-
Menyimak tayangan bacaan surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11.
-
Secara
bergantian peserta didik menghafal dan menyimak hafalan surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11.
b.
Menanya
-
Dibawah bimbingan
guru, peserta didik mengartikan Q.S. Ar-Rahman (55): 33 dan Q.S.Al-
Mujadalah (58): 11 dan hadist terkait tentang menuntut ilmu secara
per kata dan keseluruhan.
c.
Eksplore dan asosiasi
Game “Maching Card”, dengan cara:
-
Dengan bimbingan guru, peserta didik
mengkondisikan kelas untuk game.
-
Guru
membagikan secara acak kartu yang telah
dipersiapkan yang berisi potongan-potongan ayat Q.S. Ar-Rahman (55):33, atau Q.S.Al-
Mujadalah (58):11, atau hadits tentang ilmu pengetahuan dan artidari potongan ayat atau hadits tersebut.
-
(Game Pertama) Dengan aba-aba guru, peserta didik diminta untuk mencari pasangan potongan-potongan kertas yang berisi potongan-potongan ayat
Q.S. Ar-Rahman (55): 33 dan Q.S.Al-
Mujadalah (58): 11dan artinya yang tersebar di antara
mereka
-
(Game Kedua) Dengan aba-aba guru, peserta didik
diminta berkelompok sesuai ayat atau hadits masing-masing, dan membentuk satu
ayat secara berurutan.
-
(Game Ketiga) Peserta didik diminta melafadzkan
potongan ayat / hadits secara berurutan sehingga terbaca satu ayat / hadits
yang utuh.
-
Dan seterusnya.
d.
komunikasi
-
Secara
berpasangan peserta didik mendemontrasikan hafalan dan arti ayat Q.S. Ar-Rahman (55):33, atau Q.S.Al-
Mujadalah (58):11, atau hadits tentang ilmu pengetahuan.
3.
Penutup
1.
Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkanmateripembelajaran.
2.
Bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
3.
Guru memberikan reward kepada “pasangan terbaik” yang hafal ayat
dan mampu mengartikan ayatQ.S.
Ar-Rahman (55):33, atauQ.S.Al-
Mujadalah (58):11, atau hadits tentang ilmu pengetahuan.
4.
Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
5.
Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.
K.
Penilaian
1.
Sikap spiritual
a. Teknik Penilaian :
Penilaian diri
b. Bentuk Instrumen :
Lembar penilaian diri
c. Kisi-kisi :
No.
|
Sikap/nilai
|
Butir Instrumen
|
|
Meyakini bahwa semua ilmu
bersumber dari Allah swt.
|
Terlampir
|
|
Meyakini bahwa menuntut ilmu adalah perintah Allah swt.
|
Terlampir
|
|
Meyakini bahwa umat Islam wajib
mempunyai ilmu pengetahuan.
|
Terlampir
|
|
Meyakini bahwa setiap ilmu harus diamalkan
|
Terlampir
|
|
Meyakini bahwa Allah swt memuliakan terhadap orang yang berilmu
|
Terlampir
|
Instrumen:
Terlampir
2.
Sikap sosial
a. Teknik Penilaian : Penilaian
Antar Teman
b. Bentuk Instrumen :
Lembar Penilaian
c. Kisi-kisi:
No.
|
Sikap/nilai
|
Butir Instrumen
|
|
Suka mengajarkan ilmu pengetahuan kepada temannya.
|
Terlampir
|
|
Segera memberikan bantuan pemahaman ketika dimintai tolong
temannya tentang pelajaran.
|
Terlampir
|
|
Tidak pelit ketika temannya meminjam buku pelajaran.
|
Terlampir
|
|
Tidak menyombongkan diri karena ilmu yang ia miliki.
|
Terlampir
|
|
Tidak membeda-bedakan pergaulan dengan dasar kepandaian.
|
Terlampir
|
Instrumen:
Terlampir
3.
Pengetahuan
a. Teknik Penilaian :Tes Lisan
b. Bentuk Instrumen :
Lembar penilaian tes lisan
c. Kisi-kisi :
No.
|
Indikator
|
Butir
Instrumen
|
|
Dapat mengartikan Q.S. Ar-Rahman (55) ayat 33
|
Artikan Q.S. Ar-Rahman (55) ayat 33 dengan benar!
|
|
Dapat mengartikan Q.S. Al- Mujadalah (58) ayat 11
|
Artikan Q.S. Al- Mujadalah (58) ayat 11 dengan benar!
|
|
Dapat mengartikan salah satu hadits yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan
|
Artikan salah satu hadits yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan!
|
Instrumen:
Terlampir
4.
Keterampilan
a. Teknik Penilaian :
Performance
b. Bentuk Instrumen :
Praktik
c. Kisi-kisi:
No.
|
Keterampilan
|
Butir
Instrumen
|
|
Dapat membaca Q.S. Ar-Rahman (55) ayat 33
|
Bacalah Q.S. Ar-Rahman (55) ayat 33 dengan tartil!
|
|
Dapat membaca Q.S. Al- Mujadalah (58) ayat 11
|
Bacalah Q.S. Al- Mujadalah (58) ayat 11 dengan tartil !
|
Instrumen:
Terlampir
Surabaya, 7 Mei
2014
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah Pendidikan
Agama Islam
______________________ ______________________
NIP. ... NIP.
...
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Metode Drill ialah
suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa
melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau
ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
2. Syarat-syarat metode
drill antara lain: masa
latihan harus menarik dan menyenangkan, bersifat otomatik, latihan diberikan
dengan memperhitungkan kemampuan/daya tahan siswa, adanya pengerahan dan
koreksi dari guru yang melatih, latihan diberikan secara sistematis, lebih baik
diberikan kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan koreksi, harus
diberikan terpisah menurut bidang ilmunya.
3. Tujuan metode drill
(latihan siap) adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang
sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis
pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu dan siap dipergunakan bila
sewaktu-waktu diperlukan.
4. Sebelum latihan dimulai, siswa hendaknya diberi
pengertian yang mendalam tentang apa yang dilatihkan, latihan untuk pertama
kalinya hendaknya bersifat diagnostis, kemudian mengadakan perbaikan lalu
penyempurnaan, waktu singkat, disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa,
hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.
5. Adapun kelebihan metode
Driil yaitu: Dalam waktu relatif singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan
keterampilan yang diharapkan. Para murid akan memiliki pengaturan yang siap. Akan menanamkan pada nak-anak kebiasaan belajar secara
rutin dan disiplin.
6. Adapun kelemahan dari metode Drill diantaranya: Menghambat bakat dan inisiatif siswa. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada
lingkungan. Perkembangan inisiatif
di dalam menghadapi situasi- situasi baru dimatikan. Membentuk kebiasaan yang
kaku. Menimbulkan verbalisme.
7.
Implementasi
Metode Resitasi dalam pembelajaran PAI (RPP): Dalam hal ini kami akan mengemukakan
dua contoh aplikasi mengenai Metode pemberian tugas/resitasi pada pembelajaran
materi PAI, yang pertama dalam bentuk tugas biasa dan yang kedua dalam bentuk
RPP
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. Metode Khusus Pengajaran
Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran
Mengembangkan Study Kompetensi Guru. Bandung: PT. Rosda Karya, 2006.
Munjin Nasih, Ahmad., dan Lilik Nur Khalidah. Metode dan
Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama,
2013.
Pasaribu, B. Simandjuntak. Didaktik dan
Metodik. Bandung: Tarsito, 1986.
Ramayulis. Metodologi
Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 2010.
Roestiyah N.K. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2008.
Shalahuddin, Mahfud. Metodologi Pengajaran
Agama. Surabaya:Bina Ilmu, 1987.
Tim
Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. Pengantar Didaktik Metodik
kurikulum PBM. Jakarta:PT Grafindo Persada, 1995.
Yusuf, dkk., Metode Pengajaran Agama dan
Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997).
Zuhairini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan
Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
[4] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan
Study Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2006), 133.
[5]
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1983), 106.
[6] Mahfud
Shalahuddin, Metodologi Pengajaran Agama, (Surabaya:Bina Ilmu, 1987), 100.
[7] Ahmad
Munjin Nasih, dkk., Metode dan Tekhnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2013), Cet II, 93-94.
[8] Pasar
Ibu, B. Simandjuntak, Didaktik dan Metodik, (Bandung: Tarsito, 1986),
112.
[10] Tim Didaktik Metodik
Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik kurikulum PBM, (Jakarta:PT Grafindo Persada, 1995) h. 44- 45.
[11] Ahmad
Munjin Nasih, dkk., Metode dan Tekhnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 93.
[12] Yusuf,
dkk., Metode Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997), 66.
[13]
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama,107.
[14] Ahmad
Munjin Nasih, dkk., Metode dan Tekhnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 91.
[16] Munjin
Nasih, dkk., Metode dan Tekhnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 92.
[17] Munjin
Nasih, dkk., Metode dan Tekhnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 92.
1 komentar:
ia taekwondo
Posting Komentar