BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Metode-metode belajar konvensional, yang dilahirkan pada awal era
ekonomi industri, cenderung menyerupai bentuk dan gaya pabrik: mekanisasi,
standarisasi, dan tekanan pada format “Aku bicara-kau mendengar” yang terkenal membosankan.
Kini tujuan pelatihan bukan hanya mengajari orang memberi tanggapan insingtif
terhadap pekerjaan monoton yang relatif tidak membutuhkan pikiran, melainkan
menyulut sepenuhnya kekuatan mental dan psikologis manusia untuk berpikir,
memecahkan masalah, melakukan pembaharuan, dan belajar.
Kelangsungan hidup dan kesehatan individu dan organisasi di masa
sekarang bergantung pada kemampuan mereka belajar, bukan mempelajari perilaku
yang telah ditetapkan dan diulang-ulang, melainkan mempelajari cara berpikir,
bertanya, menggali, mencipta, dan senantiasa berkembang.
Perihal cara bertanya, dalam pembahasan kali ini akan mengulas
metode pembelajaran Tanya-Jawab yang memberikan andil sangat besar dalam proses
berlangsungnya dan juga berkembangnya pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Konsep
dasar Metode Tanya-Jawab, menjelaskan tentang kapan, mengapa dan bagaimana
Metode Tanya-Jawab mulai muncul dan berkembang.
2.
Aspek-Aspek
Pertanyaan.
3.
Aspek-Aspek
Jawaban.
4.
Metode
Tanya-Jawab dalam Pembelajaran PAI.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Metode Tanya-Jawab
1.
Pengertian
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran
dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,
tetpi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua
dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga,
masyarakat maupun sekolah.
Djamarah
dan Zain (1996:107) mendefinisikan bahwa metode bertanya merupakan teknik
penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari
guru kepada siswa dan dapat pula dari siswa kepada guru. Bersamaan pikiran
tersebut, Alipandie (1985:97) mengatakan metode tanya jawab adalah penyampaian
pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab.
Definisi yang sama juga datang dari Djajojodisastro (1984:97) bahwa metode
Tanya jawab merupakan suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab oleh murid pada saat itu juga.
Bertolak
dari definisi-definisi diatas dapat dinyatakan bahwa metode tanya jawab
merupakan metode dimana guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada siswa
untuk dijawab. Sebaliknya demikian pertanyaan menciptakan sugesti untuk
menggiatkan pola berpkir siswa. Jika ada ketidak-jelasan sesuatu memotivasi
seseorang berupaya memaknainya.[1]
2.
Sejarah
Metode tanya-jawab merupakan metode yang membiasakan murid untuk mengungkapkan
apa-apa yang terlintas dalam pikirannya dengan ungkapan yang teratur/
sistematis dan berani mengemukakan pendapatnya tanpa ada rasa takut dan gemetar,
mendorong mereka untuk mendalami pelajaran, sehingga menambah kecintaan mereka
(terhadap pelajaran) serta membangkitkan keaktifan berpikir dari mereka dan
sepontanitas berpikir.
Methode ini disebut “methode Socrates” karena dialah yang sering
mempergunakan metode ini. Dia dalam pengajarannya mempergunakan metode yang
aneh karena dia tidak mengajar seperti pengajaran orang yang mengetahui masalah
yang lebih mengetahui lebih banyak dari muridnya, akan tetapi terus terang
bahwa dia orang bodoh yang ingin mengetahui hakekat daripada sesuatu yang
dihadapinya dalam suatu methode. Inilah yang disebut dengan “Socrates pura-pura
bodoh”, karena sebenarnya dia mengetahui topik (masalah) tersebut. Orang-orang
yang diajaknya berbicara itu tidak mengetahui bahwa dia hanya berpura-pura
saja. Langkah pertama dalam metodenya itu ialah mencoba meyakinkan muridnya
bahwa muridnya itu bodoh (tidak mengerti apa-apa). Dia membangkitkan minat anak
untuk belajar, kemudian dia berusaha agar murid itu dapat mengerti sendiri, yaitu
dengan jalan dia mengajukan suatu pertanyaan dan murid segera menjawabnya
karena dia (murid) mengira bahwa dia (murid) mengerti tentang topik (persoalan)
itu. Socrates menunjukkan kesalahan jawabannya, misalnya dengan mengatakan
kepadanya: apakah pengertiannya demikian dan demikian? Atau adakah pengertian
yang lain? Murid menjawab dengan baik. Socrates menunjukkan kepada muridnya itu
keslaahan lain lagi.
Demikianlah seterusnya, sampai murid itu yakin bahwa dia tidak
mengerti topik (pokok persoalan) itu. Barulah Socrates mulai mengemukakan
pertanyaan yang menjurus kepada inti persoalannya (hakekat). Ambillah sebagai
contoh tanya jawab menurut metode Socrates yang jelas cermatnya seperti
berikut:
Guru : apakah napas itu dingin atau
panas?
Murid : yakin, napas itu panas.
Pertanyaan : kamu pernah melihat anak-anak yang
meniup dalam cangkir tehnya untuk mendinginkannya, dan saya kira seyogyanya
mereka tidak berbuat demikian itu. Tahukah kamu mengapa mereka berbuat
demikian?
Jawaban : untuk mendinginkan teh itu
Pertanyaan : apakah yang mendinginkan teh itu?
Jawaban : napas itu (dia menjawab dengan
ragu-ragu)
Pertanyaan : bukankah kamu telah mengatakan bahwa
napas itu panas?
Jawaban : ya,
betul.
Pertanyaan : sesuatu yang panas tidak
mendinginkan yang panas, bukankah demikian?
Jawaban : ya,
betul.
Pertanyaan : apakah
napas itu mendinginkan teh itu?
Jawaban : ya,
betul.
Pertanyaan : dengan demikian, tidak mungkin napas
itu panas, bukan?
Jawaban : betul.
Pertanyaan : kita
melihat kurir misalnya pada pagi hari yang dingin meniup kedua telapak
tangannya. Tahukah kamu mengapa mereka berbuat demikian?
Jawaban : untuk
menghangatkan tangannya.
Pertanyaan : Apa yang
menghangatkan tangannya?
Jawaban : dengan
ragu-ragu ia menjawab: napas itu.
Pertanyaan : saya kira kamu telah mengatakan
bahwa napas itu dingin.
Jawaban : dia
membalik-balikkan tangannya karena bingung.
Pertanyaan :
bagaimana pendapatmu?
Jawaban : napas
itu suatu ketika panas, suatu ketika dingin.
Pertanyaan : kapan
napas itu panas dan napas itu dingin?
Jawaban : panas pada musim panas dan
dingin pada musim dingin.
Pertanyaan : kapan kamu melihat orang meniup pada
tangannya untuk menghangatkan tangannya? Apa pada musim panas?
Jawaban : tidak,
tetapi pada musim dingin.
Pertanyaan : akan tetapi kamu telah mengatakan
bahwa napas itu dingin pada musim dingin.
Jawaban : dia
bingung sekali lagi.
Nampaklah bagi kita berdasarkan tanya jawab diatas, bahwa murid itu
mengalami tiga macam keadaan selama tanya jawab itu, yaitu: Keyakinan tanpa
dasar, keragu-raguan yang disertai keinginan menetapkan hakekat (kebenaran),
keyakinan yang berdasarkan pandangan yang benar.[2]
Bagaimananpun pertanyaan-pertanyaan, hendaknya disusun menurut
urutan yang berarti. Satu pertanyaan yang kurang relevan dapat merusak nilai
serangkaian pertanyaan yang baik. Siswa pun akan mengalami banyak kesukaran
menjwabanya jika rangkaian tanya-jawab itu tidak diurutkan dengan baik. Dalam
pengajaran berprogram prosedur demikian disebut “urutan penolong”, yaitu
jawaban-jawaban yang terdahulu memudahkan siswa menemukan jawaban untuk
pertanyaan tertentu.[3]
Perhatian serius dengan pertanyaan-pertanyaan itu, pengakuan akan
kelebihan-kelebihannya, dan faedahnya yang besar dalam pengajaran adalah suatu
hasil dari perhatian dengan methode-methode baru yang telah digambarkan oleh
sarjana-sarjana pendidikan seperti Pestalozzi dan lain-lain.
Mengajar dengan memakai metode tanya jawab ini, disamping lambat
juga sangat positif dan sangat besar pengaruhnya dalam jiwa anak dibanding
dengan metode lainnya. Plato pernah berkata di Negaranya: Sesungguhnya kamu
akan berusaha agar mereka (penduduk) memperoleh pendidikan yang akan
memungkinkan mereka memperoleh lebih banyak bahagian dari kemahiran melalui
metode tanya-jawab. Salah seorang tokoh pendidikan pernah berkata: Sesungguhnya
pertanyaan-pertanyaan itu adalah salah satu seni dari berbagai seni yang bagus
yang terdapat dalam pekerjaan mengajar.[4]
3. Hal-Hal
yang Perlu Diperhatikan
Adapun hal-hal yang
perlu di perhatikan dalam menerapkan metode ini adalah :
a. Guru
harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban yang
mungkin akan di dengarkannya dari murid atas suatu pertanyaan yang di
ajukannya.
b. Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang di ajukan
olehnya kepada murid dengan cepat.
c. Pertanyaan-pertanyaan
harus jelas dan singkat ini harus di perhatikan, sebab pertanyaan-pertanyaan
harus di ajukan secara lisan.
d. Susublah
pertanyaan dalam bahasa yang mudah di pahami murid.
e. Guru
harus mengarahkan pertanyaan pada seluruh kelas.
f. Berikan
waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan, sehingga murid dapat
merumuskannya dengan sistematis.
g. Tanya
jawab harus di lakukan dengan suasana yang tenang dan bukan dalam suasana yang
tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak sehat di antara anak didik.
h. Agar
sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran menjawab pertanyaan dan jika
seseorang tidak dapat menjawab segera, giliran di berikan kepada murid yang
lain.
i.
Usahakan selalu agar
setiap pertanyaan hanya berisi satu problem saja.
j.
Pertanyaan harus di
bedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan pertanyaan reproduksi atau
pertanyaan yang meminta pendapat dan hanya fakta-fakta.
k. Pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan sudah direncanakan sebelumnya.
l.
Perencanaan pertanyaan
dapat berdasarkan pada konsep yang ingin diperoleh atau dipahami siswa.
Pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan kemampuan siswa dan dengan
kalimat yang lugas.
a.
Kelebihan
Dalam pelaksanaannya metode tanya jawab mempunyai kelebihan seperti kelas
lebih hidup karena partisipasi siswa lebih aktif dan berusaha mendengarkan
pertanyaan guru dengan baik dan mencoba untuk memberikan jawaban yang tepat,
sehingga siswa menerima pelajaran dengan aktif berpikir, tidak pasif
mendengarkan saja.
Kebaikan metode tanya jawab secara sistematis yaitu sebagai kerikut: (1)
situasi kelas lebih hidup karena para siswa aktif berpikir dan menyampaikan
buah pikirannya melalui jawaban atas pertanyaan guru, (2) sangat positif untuk
melatih anak agar berani mengemukakan pendapatnya dengan lisan secara teratur,
(3) timbulnya perbedaan pendapat di antara para anak didik, membawa kelas pada situasi
diskusi yang menarik, (4) siswa yang segan mencurahkan perhatian, menjadi
berhati-hati dan secara sungguh-sungguh mengikuti pelajaran, (5) sekalipun pelajaran
berjalan agak lamban, tetapi guru dapat melakukan kontrol terhadap pemahaman
dan pengertian siswa tentang masalah yang dibicarakan.
b.
Kelemahan
Secara umum kelemahan metode tanya jawab adalah kelancaran jalannya
pelajaran agak terhambat karena diselingi dengan tanya jawab, jawaban siswa
belum tentu tepat.
Menurut Sudirman (1992) bahwa kelemahan metode tanya jawab dalam proses
pembelajaran antara lain: (1) siswa sering merasa takut, apabila guru kurang
dapat medorong siswa untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang
dan akrab, (2) tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berpikir siswa dan mudah dipahami siswa, (3) waktu sering banyak terbuang,
terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga
orang, (4) guru masih tetap mendominasi proses belajar mengajar, (5) apabila
jumlah siswa puluhan, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan
kepada setiap siswa, (6) sering jawaban diborong oleh sejumlah kecil siswa yang
menguasai dan senang berbicara, sedangkan banyak siswa lainnya tidak memikirkan
jawabannya.
B.
Pertanyaan
Mengikut
proses pembelajran dikelas, yang lazim disaksikan adalah aktivitas verbal dalam
wujud berbicara. Hal demikian mengindikasikan suatu keterampilan verbal yang
dimiliki oleh seorang guru adalah terampil bertanya. Menurut Kamus Bahasa
Indonesia (Yandianto, 2000:608), bertanya artinya meminta keterangan,
penjelasan, meminta supaya diberitahu. Sementara Hasibuan dan Moedjiono
(1986:62) bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons seseorang yang
dikenai. Maksud respon berupa pengetahuan dan hal yang butuh pertimbangan
siswa.
Quetioning (bertanya)
merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian
penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. [6]
1.
Klasifikasi
Pertanyaan
a.
Jenis-Jenis
Pertanyaan Menurut Teori Bloom
Dalam taksonomi Bloom, pengklasifikasian pertanyaan dilakukan
dengan menganalisis karakteristik pertanyaan yang berupa 6 tingkat pertanyaan.
Setiap tingkat pertanyaan menuntut kemampuan merespon secara spesifik. Guru
harus mampu menggunakan keenam tingkat pertanyaan itu untuk menciptakan kondisi
belajar yang menunjang proses berpikir siswa. Keenam tingkat pertanyaan
tersebut yaitu: (a) pertanyaan pengetahuan, (b) pertanyaan pemahaman, (c)
pertanyaan aplikasi, (d) pertanyaan analisis, (e) pertanyaan sintesis, (f)
pertanyaan evaluasi. Pertanyaan 1 sampai dengan 3 digolongkkan sebagai
pertanyaan tingkat rendah, sedangkan pertanyaan 4 sampai dengan 6 digolongkan
sebagai pertanyaan tingkat tinggi.
(6)
|
(5)
|
(4) TINGKAT
TINGGI
|
(3)
|
(2)
|
(1)
TINGKAT
RENDAH
|
Taksonomi
Bloom
Seperti dinyatakan oleh Socrates, berpikir itu sendiri adalah
bertanya (thinking itself is questioning). Jadi, klarifikasi ranah
menurut Bloom berdasarkan tingkat berpikir rendah dan tinggi, dan
bertanya disesuaikan juga dengan bertanya tingkat tinggi karena menyangkut
berpikir tingkat tinggi, dan bertanya tingkat rendah karena menyangkut berpikir
tingkat rendah. Rendah dan tinggi ini lebih dikonotasikan pada sederhana dan
kompleksnya proses mental. Untuk dapat mencapai berpikir tingkat tinggi, siswa
harus sudah terlebih dahulu menguasai berpikir tingkat rendah sebagai
prasaratnya.
Hubungan antara tingkat rendah dan tingkat tinggi bersifat dinamis
dua arah yang saling berinteraksi. Artinya, proses berpikir dapat dimulai dari
tangga terendah menuju ke atas, tetapi dapat juga terjadi karena suatu alasan
tertentu menurun dari tangga atas ke bawah untuk dikembalikan lagi ke atas
(dinamis). [7]
1)
Pertanyaan
Pengetahuan
Pertanyaan pengetahuan adalah pertanyaan yang menuntut siswa untuk
menyebutkan kembali informasi
(pelajaran). Siswa tidak dituntut untuk memanipulasikan informasi, tetapi hanya
dituntut untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari mereka sebelumnya.
Untuk menjawab pertanyaan pengetahuan, siswa harus mengingat kembali fakta,
hasil observasi, definisi, dalil yang pernah dipelajari mereka.
Contoh:
a)
Apa nama ibu kota Provinsi Timor Timur?
b)
Siapakah yang menulis buku Belenggu?
c)
Tahun berapakah Balai Pustaka didirikan?
d)
Di manakah uangmu yang hilang ditemukan?
Sering kali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hanyalah bersifat
ingatan. Pertanyaan ingatan merupakan pertanyaan yang penting atau dasar bagi
tingkat berpikir yang lebih tinggi. Kita tidak dapat meminta siswa untuk
berpikir tingkat tinggi jika mereka tidak dapat mengingat informasi-informasi
dasar. Kemampuan mengingat informasi juga diperlukan dalam penyelesaian masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun penting, pertanyaan yang tergolong dalam
kategori pengetahuan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a)
Guru
cenderung untuk menggunakannya secara berlebihan karena pertanyaan jenis ini
paling mudah dirumuskan.
b)
Hal-hal
yang perlu diingat sering kali mudah dilupakan.
c)
Pertanyaan
ingatan memberikan hasil belajaryang rendah tingkatannya. Dapat mengerti fakta
belum berarti mengerti.
2)
Pertanyaan
Pemahaman
Pertanyaan pemahaman menuntut siswa untuk mendemonstrasikan bahwa
dia telah mempunyai pemahaman yang cukup untuk mengorganisasi suatu informasi
secara mental. Supaya dapat menjawab pertanyaan pemahaman, siswa harus memilih
fakta yang cocok. Kemampuan siswa dalam memahami bahan informasi dapat
ditunjukkan dengan cara memparafrase, membuat deskripsi dengan kata-kata
sendiri, membuat suatu perbandingan, menerjemahkan bahan informasi dari bahan
komunikasi verbal ke bentuk yang lain misalnya grafik, rumus, skema, dan
sebaliknya.
Pada umumnya, pertanyaan pemahaman diajukan dengan tujuan agar
siswa dapat menginterpretasikan bahan informasi, dan kemudian menerjemahkannya
ke dalam bentuk yang lain.
Contoh:
a)
Gagasan-gagasan apakah yang disajikan dalam chart itu?
b)
Uraikan dengan kata-katamu sendiri tentang masalah lingkungan!
c)
Buatlah grafik dari data yang kamu peroleh!
d)
Dari uraian tadi, bagaimanakah hubungan antara volume dan tekanan?
3)
Pertanyaan
Aplikasi
Siswa tidak cukup hanya dituntut untuk mengingat kembali suatu
informasi dan mengemukakannya dengan kata-kata sendiri. Siswa perlu diminta
mengaplikasikan informasi yang dipelajarinya. Pertanyaan yang menuntut siswa
untuk mengaplikasikan suatu informasi yang telah dipelajari dikenal dengan pertanyaanaplikasi.
Pertanyaan aplikasi menuntut siswa untuk mengaplikasikan suatu
aturan, hukum atau prinsip dalam situasi bawahan tunggal yang benar dari
masalah itu. Pertanyaan aplikasi sangat umum dijumpai dalam matematika. Dalam
bahasa indonesia siswa dapat diminta menyebutkan definisi pantun dan prosa
(pertanyaanpengetahuan). Guru kemudian dapat meminta siswa untuk membandingkan
definisi pantun dengan definisi prosa (pertanyaan pemahaman). Dalam pertanyaan
aplikasi, guru dapat meminta siswa untuk membuat contoh pantun dan prosa.
Contoh:
a)
Berdasarkan definisi kita tentang sosialisme, negara-negara manakah
yang menganut paham sosialisme?
b)
Berdasarkan definisi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, tulislah dua
buah contoh kehidupan sehari-hari yang mencerminkan sila pertama Pancasila!
4)
Pertanyaan
Analisis
Pertanyaan analisis mempunyai tingkat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ketiga pertanyaan yang pertama. Siswa dituntut lebih kritis
dan mendalam. Ada tiga macam proses berpikir yang dirakit siswa dalam merespon
pertanyaan analisis, yaitu:
a)
Mengidentifikasi
motif, alasan, atau penyebab kejadian yang spesifik. Misal: “kemukakan suatu
alasan mengapa Israel dipilih sebagai negara bangsa Yahudi!”
b)
Mempertimbangkan
dan menganalisis suatu informasi yang diperlukan agar tercapai suatu
kesimpulan, inferensi atau generalisasi berdasarkan suatu informasi. Misal: “setelah
kamu membaca buku Siti Nurbaya, bagaimana kamu mengemukakan karakteristiknlatar
belakang, sikap, dan pandangan pengarangnya?”
c)
Menganalisis
suatu kesimpulan, generalisasi, untuk mendapat bukti yang dapat menunjang atau
menolak kesimpulan atau generalisasi tersebut, misal: “pemerintah telah
berusaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukti-bukti apakah yang dapat kamu kemukakan?”
Pertanyaan
jenis ini memerlukan waktu untuk berpikir dan menganalisis, pertanyaan tidak
dapat dijawab cepat atau tanpa melalui proses berpikir yang mendalam. Fakta
menunjukkan bahwa adanya kemungkinan jawaban yang lebih dari satu serta waktu berpikir
yang lama diperlukan untuk merespon membuktikan bahwa pertanyaan analisis
merupakan pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan analisis mempunyai kemampuan
untuk mendorong siswa berpikir secara kritis, tidak saja mendorong mempelajari
apa yang telah terjadi, tetapi juga membantu siswa mencari alasan dari penyebab
suatu kejadian.
5)
Pertanyaan
Sintesis
Pertanyaan sintesis merupakan pertanyaaan tingkat tinggi yang
meminta siswa untuk menyusun suatu pemikiran mandiri dan kreatif. Jenis
pertanyaan ini meminta kemampuan siswa untuk:
a)
Menghasilkan
bahan komunikasi yang orisinil, misal: “judul apakah yang paling tepat untuk
cerita di bawah ini?”
b)
Membuat
suatu prediksi, misal: “kemungkinan-kemungkinan apakah yang terjadi bila
Keluarga Berencana hanya berhasil pada kelompok sosial menengah ke atas, dan
tidak pada kelompok sosial bawah?”
c)
Memecahkan
masalah, misal: “bagaimana cara kita mengukur tinggi bangunan tanpa kita
perlu mendekatinya?”
6)
Pertanyaan
Evaluasi
Tingkat akhir dari taksonomi Bloom adalah evaluasi. Seperti halnya
analisi dan sintesis, pertanyaan evaluasi menuntut pula proses berpikir yang
tinggi. Pertanyaan evaluasi tidak punya satu jawaban yang benar. Siswa dituntut
untuk membuat keputusan baik-tidaknya satu ide atau gagasan, dan pemecahan
masalah. Disamping itu, pertanyaan evaluasi meminta siswa mengemukakan
pendapatnya terhadap suatu isu. Contoh:
“apakah anak-anak diperkenankan membaca sembarang buku yang
diinginkan tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya?”
b.
Jenis-Jenis
Pertanyaan menurut Maksudnya[8]
1)
Pertanyaan
Permintaan (Compliance Question)
Yang dimaksud pertanyaan permintaan ialah pertanyaan yang
mengharapkan agar murid mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk
pertanyaan.
Contoh:
Dapatkah kamu tenang, agar keterangan saya ini dapat didengar oleh
semua murid dalam kelas ini?
2)
Pertanyaan
retoris (Rhetorical Question)
Yang dimaksud pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak
menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru. Hal itu diucapkan
karena merupakan teknik penyampaian informasi kepada murid.
Contoh:
Mengapa beriman kepada malaikat akan berdampak posotif bagi
kehidupan kita sahri-hari?
Karena dengan mengingat adanya malaikat kita akan menyadari bahwa
kehidupan di dunia ini ternyata ada yang mengawasi setiap perbuatan kita.
3)
Pertanyaan
menuntun/ mengarahkan (Prompting Question)
Yang dimaksud pertanyaan menuntun adalah pertanyaan yang diajukan
unutk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Dalam proses belajar
mengajar, kadang-kadang guru harus mengajukan sesuatu pertanyaan yang
mengakibatkan siswa memperhatikan dengan seksama bagian tertentu dari sesuatu
bahan pelajaran yang rumit. Dari segi lain, apabila murid tak dapat menjawab
sesuatu pertanyaan atau salah memberikan jawaban, guru mengajukan pertanyaan
lanjutan yang akan mengarahkan/menuntun proses berpikir dari murid, dan
akhirnya dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang pertama tadi.
4)
Pertanyaan
menggali (Probing Question)
Pertanyaan menggali adalah pertanyaan lanjutan yang akan mendorong
murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan sebelumnya. Dengan
pertanyaan menggali ini, murid didorong untuk meningkatkan kualitas ataupun
kuantitas jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya.
c.
Jenis-Jenis
Pertanyaan menurut Luas Sempitnya Sasaran[9]
1)
Pertanyaan
sempit
Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup (convergent)
yang biasanya kunci jawabannya telah tersedia.
a)
Pertanyaan
sempit informasi langsung
Pertanyaan semacam ini menuntut murid untuk mengingat atau
menghafal informasi yang ada. Pertanyaan ini sangat berguna bila kepada murid
dituntut menghafalkan hal-hal/informasi/rumus-rumus yang senantiasa digunakan
dalam masyarakat secara hafal di luar kepala.
Contoh:
Sebutkan empat bentuk pengabdian kita kepada orangtua!
b)
Pertanyaan
sempit memusat
Pertanyaan ini menuntut murid agar mengembangkan ide atau
jawabannnya dengan cara menuntunnya melalui petunjuk tertentu. Pertanyaan ini
bermanfaat bila guru menghendaki murid membedakan, mengasosiasikan, menjelaskan,
dan lain-lain masalah yang ditampilkan.
Contoh:
Bagaimana dapat dibutuhkan bentuk konkret dari janji Allah untuk
menjaga Al-Qur’an?
2)
Pertanyaan
Luas (Broad Question)
Ciri pertanyaan ini adalah jawabannya yang mungkin lebih dari satu,
sebab pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik, sehingga masih
bersifat terbuka.
a)
Pertanyaan
luas terbuka
Pertanyaan ini memberi kesempatan kepada murid untuk mencari
jawabannya menurut cara dan gayanya masing-masing.
Contoh:
Bagaimana cara menanggulangi peningkatan krminalitas di kota ini?
b)
Pertanyaan
Luas Menilai (Valuing Question)
Pertanyaan ini meminta murid untuk mengadakan penilaian terhadap
aspek kognitif maupun sikap.
Contoh:
Bagaimana pendapatmu tentang jalannya pertandingan sepakbola tadi?
2.
Tujuan
Pertanyaan
Memberikan pertanyaan kepada murid adalah untuk mengetahui apa yang
telah diketahuinya. Prinsipnya dirumuskan dalam bahasa yang lebih tepat oleh
Ausubel (1978) “faktor tunggal paling penting yang mempengaruhi belajar adalah
apa yang sudah diketahui si pelajar. Pastikan dulu ini, dan ajarilah dia sesuai
dengan apa yang dikehendakinya.” Alasan kognitif lain untuk bertanya adalah
untuk merangsang ingatan, memperdalam pengertian, mengembangkan imajinasi dan
menggalakkan penyelesaian masalah.[10]
Secara rinci, Abubakar Muhamad menjelaskan tujuan pertanyaan,
diantaranya: [11]
a.
Memperluas
bahan murid dengan bantuan pengetahuan mereka yang terdahulu dan pengalamannya
serta mengkonsentrasikan kekuatan pemikiran mereka.
b.
Merangsang
murid-murid untuk mempergunakan kekuatan pemikirannya dan membangkitkan minat
mereka untuk senang menelaah.
c.
Melatih
daya pemikiran akal atas penyelidikan dan penyimpulan intisari-intisari
masalah.
d.
Memusatkan
kekuatan ingatan dalam suatu masalah, sehingga dapat mengikuti sepenuhnya pembahasan
dan pendalaman masalahnya.
e.
Memantabakan
pengertian-pengertian dan maslalah-masalah yang telah diajarkan kepada mereka.
f.
Menunjukkan
murid-murid kepada masalah-masalah yang penting dan membantu murid-murid untuk
mengetahui hubungan pembicaraan di antara unsur –unsur pelajarn yang
bermacam-macam itu.
g.
Mengukur
(mengevaluasi) benar tidaknya bahan pelajaran yang dapat dimengerti oleh
murid-murid selama pelajaran berlangsung dan mengukur kadar jelas tidaknya
(pengertian mereka).
h.
Mengadakan
perubahan (fariasi) dalam bentuk/sistem pengajaran.
i.
Dimaksudkan
untuk menghilangkan perasaan angkuh dan tertipunya anak karena kebanggaan
dengan dirinya yang menganggap bahwa dia lebih pintar daripada kawan-kawannya.
3.
Syarat-Syarat
Pertanyaan yang Benar
Tujuan
pertanyaan diatas akan dapat tercapai apabila sebuah pertanyaan telah memenuhi
syarat-syarat pertanyaan yang yang benar, yaitu:[12]
a.
Hendaklah
kalimatnya mudah dan jelas.
b.
Sesuai
dengan daya pemikiran murid.
c.
Sesuai
dengan pengetahuan mereka dan tidak terlalu sulit.
d.
Terbatas
dan ringkas.
e.
Bersifat
umum, tanpa diurut (menurut urutan bahan).
C.
Jawaban
Dalam menanggapi jawaban siswa, ada beberapa petunjuk metodologis
yang dapat digunakan untuk memperbaiki hasil pengajaran. Sebaiknya jangan
mengulangi jawaban siswa, misal:
Guru: apakah nama ibukota Filipina, Santi?
Santi: Manila
Guru: Manila
Hal di atas akan menghasilkan tanya-jawab yang tidak menggairahkan,
membosankan, dan memupuk anggapan bahwa tidak ada satu jawaban pun yang benar
jika tidak mendapat persetujuan (lewat pengulangan) guru. Disamping menimbulkan
akibat psikologis yang jelek, anggapan demikian juga akan berakibat tidak
adanya perhatian kelas terhadap jawaban-jawaban lain kecuali dari guru, dengan
demikian diskusi yang berarti mustahil dapat terwujud.
Jika jawaban salah, maka seharusnya (demi prinsip tahu hasil)
diberitahukan bahwa itu salah. Guru tidak boleh menunjukkan kebosanan dan
kemarahannya atas murid, karena mereka salah menjawab pertanyaan. Akan tetapi
guru harus menerimanya dengan lapang dada dan hati serta pikiran yang tenang,
juga guru tidak boleh menolak seluruhnya, akan tetapi harus berusaha
sungguh-sungguh untuk mengetahui sebab-sebab kesalahan itu.[13]
Terdapat beberapa sikap-sikap yang harus dimiliki guru dalam
menerima jawaban murid, yaitu:[14]
1.
Guru
harus memuji (menghargai) murid yang baik (benar) jawabannya. Guru harus
memberanikan murid yang menjawab (tetapi ragu-ragu), yang bersusah payah
berpikir dan sebahagian jawabannya sudah betul, dengan cara menerima jawaban
itu dengan air muka yang jernih (simpatik) serta menolongnya untuk melengkapi
jawabannya. Sebaiknya guru tidak membiasakan memujinya dengan ucapan “baik
sekali”, atau “pintar sekali”.
2.
Guru
harus menolak jawaban-jawaban yang tidak benar sedikitpun, tetapi jangan
sekali-kali mencela murid tersebut, atau mengolok-oloknya atau ditertawai oleh
kawan-kawannyaa karena kesalahan tersebut. Hal semacam itu menyebabkan mati
semangat (cita-citanya), sehingga tidak mau menjawab pada kali yang akan
datang.
3.
Banyak
sekali diantara jawaban-jawaban itu yang mengandung kebenaran atau kesalahan,
maka guru hendaknya mengadakan tanya jawab kembali dengan murid yang salah atau
kawan-kawannya yang lain tentang bahagian-bahagian yang salah, sehingga dapat
membetulkan kesalahannya. Jika guru belum mendapatkan jawaban yang betul, maka
dia wajib menyelidiki sebab-sebabnya, karena terkadang kesalahan jawaban itu
terjadi atas kesalahan pertanyaan itu sendiri.
4.
Sebagian
murid nampak mengherankan dalam jawabannya. Kepada murid yang semacam ini, guru
harus menerima pekerjannya dengan pura-pura bodoh (tidak tahu) dan tidak
menampakkan pujian terhadap jawabannya.
Dalam jawaban,
guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Kecermatan,
sesuai dengan kemampuan murid. Ini menunjukkan bahwa murid itu sudah mengerti
pertanyaan tersebut.
2.
Lengkap,
maka tidak cukup dengan isyarat pada jawaban. Untuk itu jawaban harus dalam
kalimat yang sempurna.
3.
Singkat
dan mudah dimengerti kalimatnya.
4.
Tidak
terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Maka harus diberi kesempatan (waktu)
yang cukup kepada murid-murid untuk memikirkan jawabannya.
5.
Hendaknya
didengar oleh semua murid lain yang hadir.[15]
Adapun jawaban yang tidak baik memiliki ciri-ciri seperti berikut:
1.
Jawbaan
yang didasarkan atas kira-kira (menebak). Jawaban semacam itu bukan hasil dari
pemikiran, lebih-lebih cara menjawab semacam itu mengandung sifat tidak
mengindahkan guru, membuang-buang waktunya dan waktu murid yang lain.
2.
Jawaban
yang tidak sesuai dengan maksud pertanyaan.
3.
Jawaban
yang melebihi dari yang dimaksudkan dalam soal. Hal ini timbul dari kerakusan
murid untuk menunjukkan tingkat kepandaiannya. Jawaban semacam ini sebaiknya
dihentikan saja sampai batasnya, dengan jalan guru menunjukkan kadar jawaban
yang dibutuhkan saja.
4.
Tidak
boleh bagi murid yang tidak ditanya untuk menjawab. Hal ini untuk menjaga
siplin didalam kelas.[16]
D.
Implementasi Metode Tanya Jawab dalam
Pembelajaran PAI
Metode Tanya
jawab dimaksudkan untuk merangsang, untuk berfikir dan membimbing perserta
didik dalam mencapai kebenaran, memberikan pengertian kepada seseorang dan
memancingnya dengan umpan pertanyaan. Metode ini seringkali digunakan pada
zaman nabi dengan para sahabat.[17]
Metode Tanya
jawab juga bisa membantu kekurangan-kekurangan yang ada pada metode ceramah
yang disebabkan kurangnya perhatian peserta didik pada metode ceramah dan
biasanya pserta didik akan lebih hati-hati terhadap pelajaran yang menggunakan
metode Tanya jawab sebab peserta didik tahu sewaktu-waktu guru akan bertanya.
Metode Tanya
jawab hanya dapat dipakai oleh guru secara umum untuk menetapkan perkiraan
apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami pelajaran
yang diberikan dan metode ini tidak dapat digunakan sebagai ukuran untuk
menetapkan kadar pengetahuan anak didik dalam suatu kelas karena metode ini
tidak memberi kesempatan yang sama pada setiap murid untuk menjawab pertanyaan.[18]
Dalam perangkat
pembelajaran PAI, aplikasi metode tanya-jawab sering digunakan dalam perumusan
RPP.
Contoh:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
MI :
NURUL ULUM
Mata Pelajaran :
Aqidah Akhlak
Kelas/Semester :
I / 1
Alokasi Waktu :
2x40 menit (1 Kali pertemuan)
A.
Standar
Kompetensi
1. Mengenal rukun iman, syhadat tauhid dan
syahadat rasul, Al-Asma Al-Husna (Al Ahad dan Al Kholiq)
B.
Komepetensi
Dasar
Menghafal enam Rukun Iman.
C.
Materi
Pembelajaran
§
Enam rukun iman
§
Arti rukun iman
D.
Metode
Pembelajaran
§
Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai
kegiatan pembelajaran terutama untuk kegiatan awal.
§
Tanya jawab tentang Rukun Iman yang siswa ketahui
§
Diskusi
E.
Langkah-langkah
Pembelajaran
No
|
Uraian Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Tujuan Pembelajaran :
§ Siswa dapat menjelaskan tentang rukun iman
§ Siswa dapat menyanyikan lagu dan tepuk, permainan siapa aku, tanya jawab
rukun iman
§ Siswa dapat menjelaskan pengertian rukun iman.
Kegiatan awal :
Apersepsi :
Memberikan pertanyaan seputar rukun iman
Motivasi :
memberikan informasi tentang rukun iman
|
10 menit
|
2
|
Kegiatan inti :
§ Siswa membaca literatur tentang rukun iman (fase eksplorasi)
§ Bertanya jawab tentang rukun iman, (fase eksplorasi)
§ Siswa diminta berdiskusi :
menyebutkan rukun iman (fase elaborasi)
§ Siswa memaparkan hasil diskusinya (faseelaborasi)
§ Siswa dan guru merefleksikan hasil pembelajaran (fase konfirmasi)
|
60 Menit
|
3
|
Kegiatan akhir :
§ Tanya jawab tentang rukun iman
§ Guru memberikan tugas untuk menghafal salah satu surat pendek sebagai
pengamalan
|
10 enit
|
F.
Sumber belajar
dan media pembelajaran :
1. Syair lagu
2. Kartu rukun iman
3. LKS
4. Bendera
5. TTS
G.
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Jenis Penilaian
|
Bentuk Penilaian
|
Contoh Instrumen
|
§ Menyebutkan enam rukun iman
§ Mengurutkan enam rukun iman
§ Menghafal enam Rukun Iman
§ Menyebutkan cirri-ciri orang yang beriman
§ Menjelaskan rukun iman
|
Tes tulis
Tes lisan
|
Jawaban singkat
Jawaban singkat
|
|
Mengetahui
Kepala Madrasah
Drs. H. M. SURUR
|
|
Surabaya
Guru bidang studi Aqidah Akhlaq
NUR CHASANAH, S. Pd.I
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode
pembelajaran tanya jawab memiliki konsep dasar “Socrates pura-pura bodoh” dalam
memberikan stimulus untuk merangsang daya berpikir murid menjadi aktif,
kreatif, dan juga berkembang.
Dua unsur pokok
dalam metode ini yaitu pertanyaan dan jawaban. Pertanyaan-pertanyaan yang tepat
penggunaannya akan menyenangkan bagi murid yang menerima, karena mereka senang
memberitahukan kepada teman-temannya apa saja yang ada dalam pikiran dan hati
mereka. begitu pula sebaliknya, pertanyaan yang membosankan akan begitu mudah
kehilangan perhatian dari para murid, mereka cenderung acuh tak acuh dan tidak
merespon. Mengenai jawaban, terdapat beberapa sikap yang harus dimiliki guru
dalam merespon jawaban murid, diantaranya: menghargai, profesioanl,
menyelidiki, dan pura-pura tidak tahu.
Dalam konteks
pembelajaran PAI yang cenderung pada metode ceramah, tanya jawab sangat berguna
dalam membantu kekurangan-kekurangan metode ceramah. Salah satunya adalah bahwa
metode tanya jawab dapat menarik perhatian para murid saat mereka mulai jenuh
mendengarkan ceramah dari guru. Hal ini disebabkan metode tanya jawab dapat
menimbulkan rasa hati-hati dalam benak murid karena mereka berpikir
sewaktu-waktu guru dapat menunjuknya dan memberikan mereka pertanyaan.
[1]Artikel ini diunduh dari Mukti Ali dalam http://muktialistkipnganjuk.blogspot.com/2013/02/metode-tanya-jawab.html pada tanggal 8
Mei 2014.
[2]Abubakar
Muhamad, Pedoman Pendidikan & Pengajaran (Surabaya: Usaha Nasional,
1981), 85.
[3]James Popham
& Evi L Braker, Teknik Mengajar Secara Sistematis (Jakarta: Rineka
Cipta, 1992), 89.
[4]Abubakar
Muhamad, Pedoman Pendidikan & Pengajaran.... 91.
[5]Artikel ini
diunduh dari Faisal Nizbah dalam http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/08/kelebihan-dan-kelemahan-metode-tanya.html pada tanggal 8
Mei 2014.
[6]Trianto, Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), 110.
[7]Hasibuan dkk, Proses
Belajar Mengajar “Keterampilan Dasar Pengajaran Makro” (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1988), 42.
[8] Marno, Strategi
& Metode Pengajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008). h.133.
[9] Ibid., h. 138.
[10] George Brown
dan E.C. Wragg, Bertanya (Jakarta: Grasindo, 1997), h. 10.
[11] Abubakar Muhamad,
Pedoman Pendidikan & Pengajaran.... 92.
[12] Ibid., 93.
[13] James Popham
& Evi L Braker, Teknik Mengajar Secara Sistematis... 90.
[14] Abubakar
Muhamad, Pedoman Pendidikan & Pengajaran.... 96.
[15] Ibid., 94.
[16] Ibid., 95.
[17]Abu Ahmadi dan
Joko Tri Prasetyo, SGM Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka
Setia, 2005), 56.
0 komentar:
Posting Komentar