RSS

Metode pembelajaran Tanya Jawab




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Metode-metode belajar konvensional, yang dilahirkan pada awal era ekonomi industri, cenderung menyerupai bentuk dan gaya pabrik: mekanisasi, standarisasi, dan tekanan pada format “Aku bicara-kau mendengar” yang terkenal membosankan. Kini tujuan pelatihan bukan hanya mengajari orang memberi tanggapan insingtif terhadap pekerjaan monoton yang relatif tidak membutuhkan pikiran, melainkan menyulut sepenuhnya kekuatan mental dan psikologis manusia untuk berpikir, memecahkan masalah, melakukan pembaharuan, dan belajar.
Kelangsungan hidup dan kesehatan individu dan organisasi di masa sekarang bergantung pada kemampuan mereka belajar, bukan mempelajari perilaku yang telah ditetapkan dan diulang-ulang, melainkan mempelajari cara berpikir, bertanya, menggali, mencipta, dan senantiasa berkembang.
Perihal cara bertanya, dalam pembahasan kali ini akan mengulas metode pembelajaran Tanya-Jawab yang memberikan andil sangat besar dalam proses berlangsungnya dan juga berkembangnya pembelajaran.
B.  Rumusan Masalah
1.    Konsep dasar Metode Tanya-Jawab, menjelaskan tentang kapan, mengapa dan bagaimana Metode Tanya-Jawab mulai muncul dan berkembang.
2.    Aspek-Aspek Pertanyaan.
3.    Aspek-Aspek Jawaban.
4.    Metode Tanya-Jawab dalam Pembelajaran PAI.





BAB II
PEMBAHASAN
A.  Konsep Dasar Metode Tanya-Jawab
1.    Pengertian
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetpi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Djamarah dan Zain (1996:107) mendefinisikan bahwa metode bertanya merupakan teknik penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa dan dapat pula dari siswa kepada guru. Bersamaan pikiran tersebut, Alipandie (1985:97) mengatakan metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab. Definisi yang sama juga datang dari Djajojodisastro (1984:97) bahwa metode Tanya jawab merupakan suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh murid pada saat itu juga.
Bertolak dari definisi-definisi diatas dapat dinyatakan bahwa metode tanya jawab merupakan metode dimana guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada siswa untuk dijawab. Sebaliknya demikian pertanyaan menciptakan sugesti untuk menggiatkan pola berpkir siswa. Jika ada ketidak-jelasan sesuatu memotivasi seseorang berupaya memaknainya.[1]
2.    Sejarah
Metode tanya-jawab merupakan metode yang membiasakan murid untuk mengungkapkan apa-apa yang terlintas dalam pikirannya dengan ungkapan yang teratur/ sistematis dan berani mengemukakan pendapatnya tanpa ada rasa takut dan gemetar, mendorong mereka untuk mendalami pelajaran, sehingga menambah kecintaan mereka (terhadap pelajaran) serta membangkitkan keaktifan berpikir dari mereka dan sepontanitas berpikir.
Methode ini disebut “methode Socrates” karena dialah yang sering mempergunakan metode ini. Dia dalam pengajarannya mempergunakan metode yang aneh karena dia tidak mengajar seperti pengajaran orang yang mengetahui masalah yang lebih mengetahui lebih banyak dari muridnya, akan tetapi terus terang bahwa dia orang bodoh yang ingin mengetahui hakekat daripada sesuatu yang dihadapinya dalam suatu methode. Inilah yang disebut dengan “Socrates pura-pura bodoh”, karena sebenarnya dia mengetahui topik (masalah) tersebut. Orang-orang yang diajaknya berbicara itu tidak mengetahui bahwa dia hanya berpura-pura saja. Langkah pertama dalam metodenya itu ialah mencoba meyakinkan muridnya bahwa muridnya itu bodoh (tidak mengerti apa-apa). Dia membangkitkan minat anak untuk belajar, kemudian dia berusaha agar murid itu dapat mengerti sendiri, yaitu dengan jalan dia mengajukan suatu pertanyaan dan murid segera menjawabnya karena dia (murid) mengira bahwa dia (murid) mengerti tentang topik (persoalan) itu. Socrates menunjukkan kesalahan jawabannya, misalnya dengan mengatakan kepadanya: apakah pengertiannya demikian dan demikian? Atau adakah pengertian yang lain? Murid menjawab dengan baik. Socrates menunjukkan kepada muridnya itu keslaahan lain lagi.
Demikianlah seterusnya, sampai murid itu yakin bahwa dia tidak mengerti topik (pokok persoalan) itu. Barulah Socrates mulai mengemukakan pertanyaan yang menjurus kepada inti persoalannya (hakekat). Ambillah sebagai contoh tanya jawab menurut metode Socrates yang jelas cermatnya seperti berikut:
Guru                  : apakah napas itu dingin atau panas?
Murid                 : yakin, napas itu panas.
Pertanyaan        : kamu pernah melihat anak-anak yang meniup dalam cangkir tehnya untuk mendinginkannya, dan saya kira seyogyanya mereka tidak berbuat demikian itu. Tahukah kamu mengapa mereka berbuat demikian?
Jawaban              : untuk mendinginkan teh itu
Pertanyaan          : apakah yang mendinginkan teh itu?
Jawaban              : napas itu (dia menjawab dengan ragu-ragu)
Pertanyaan          : bukankah kamu telah mengatakan bahwa napas itu panas?
Jawaban              : ya, betul.
Pertanyaan          : sesuatu yang panas tidak mendinginkan yang panas, bukankah demikian?
Jawaban              : ya, betul.
Pertanyaan          : apakah napas itu mendinginkan teh itu?
Jawaban              : ya, betul.
Pertanyaan          : dengan demikian, tidak mungkin napas itu panas, bukan?
Jawaban              : betul.
Pertanyaan          : kita melihat kurir misalnya pada pagi hari yang dingin meniup kedua telapak tangannya. Tahukah kamu mengapa mereka berbuat demikian?
Jawaban              : untuk menghangatkan tangannya.
Pertanyaan          : Apa yang menghangatkan tangannya?
Jawaban              : dengan ragu-ragu ia menjawab: napas itu.
Pertanyaan          : saya kira kamu telah mengatakan bahwa napas itu dingin.
Jawaban              : dia membalik-balikkan tangannya karena bingung.
Pertanyaan          : bagaimana pendapatmu?
Jawaban              : napas itu suatu ketika panas, suatu ketika dingin.
Pertanyaan          : kapan napas itu panas dan napas itu dingin?
Jawaban              : panas pada musim panas dan dingin pada musim dingin.
Pertanyaan          : kapan kamu melihat orang meniup pada tangannya untuk menghangatkan tangannya? Apa pada musim panas?
Jawaban              : tidak, tetapi pada musim dingin.
Pertanyaan          : akan tetapi kamu telah mengatakan bahwa napas itu dingin pada musim dingin.
Jawaban              : dia bingung sekali lagi.
Nampaklah bagi kita berdasarkan tanya jawab diatas, bahwa murid itu mengalami tiga macam keadaan selama tanya jawab itu, yaitu: Keyakinan tanpa dasar, keragu-raguan yang disertai keinginan menetapkan hakekat (kebenaran), keyakinan yang berdasarkan pandangan yang benar.[2]
Bagaimananpun pertanyaan-pertanyaan, hendaknya disusun menurut urutan yang berarti. Satu pertanyaan yang kurang relevan dapat merusak nilai serangkaian pertanyaan yang baik. Siswa pun akan mengalami banyak kesukaran menjwabanya jika rangkaian tanya-jawab itu tidak diurutkan dengan baik. Dalam pengajaran berprogram prosedur demikian disebut “urutan penolong”, yaitu jawaban-jawaban yang terdahulu memudahkan siswa menemukan jawaban untuk pertanyaan tertentu.[3]
Perhatian serius dengan pertanyaan-pertanyaan itu, pengakuan akan kelebihan-kelebihannya, dan faedahnya yang besar dalam pengajaran adalah suatu hasil dari perhatian dengan methode-methode baru yang telah digambarkan oleh sarjana-sarjana pendidikan seperti Pestalozzi dan lain-lain.
Mengajar dengan memakai metode tanya jawab ini, disamping lambat juga sangat positif dan sangat besar pengaruhnya dalam jiwa anak dibanding dengan metode lainnya. Plato pernah berkata di Negaranya: Sesungguhnya kamu akan berusaha agar mereka (penduduk) memperoleh pendidikan yang akan memungkinkan mereka memperoleh lebih banyak bahagian dari kemahiran melalui metode tanya-jawab. Salah seorang tokoh pendidikan pernah berkata: Sesungguhnya pertanyaan-pertanyaan itu adalah salah satu seni dari berbagai seni yang bagus yang terdapat dalam pekerjaan mengajar.[4]
3.    Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Adapun hal-hal yang perlu di perhatikan dalam menerapkan metode ini adalah :
a.       Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban yang mungkin akan di dengarkannya dari murid atas suatu pertanyaan yang di ajukannya.
b.       Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang di ajukan olehnya kepada murid dengan cepat.
c.       Pertanyaan-pertanyaan harus jelas dan singkat ini harus di perhatikan, sebab pertanyaan-pertanyaan harus di ajukan secara lisan.
d.      Susublah pertanyaan dalam bahasa yang mudah di pahami murid.
e.       Guru harus mengarahkan pertanyaan pada seluruh kelas.
f.       Berikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan, sehingga murid dapat merumuskannya dengan sistematis.
g.      Tanya jawab harus di lakukan dengan suasana yang tenang dan bukan dalam suasana yang tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak sehat di antara anak didik.
h.      Agar sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran menjawab pertanyaan dan jika seseorang tidak dapat menjawab segera, giliran di berikan kepada murid yang lain.
i.        Usahakan selalu agar setiap pertanyaan hanya berisi satu problem saja.
j.        Pertanyaan harus di bedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan pertanyaan reproduksi atau pertanyaan yang meminta pendapat dan hanya fakta-fakta.
k.      Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sudah direncanakan sebelumnya.
l.        Perencanaan pertanyaan dapat berdasarkan pada konsep yang ingin diperoleh atau dipahami siswa. Pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan kemampuan siswa  dan dengan kalimat yang lugas.
4.    Kelebihan dan Kekurangan[5]
a.    Kelebihan
Dalam pelaksanaannya metode tanya jawab mempunyai kelebihan seperti kelas lebih hidup karena partisipasi siswa lebih aktif dan berusaha mendengarkan pertanyaan guru dengan baik dan mencoba untuk memberikan jawaban yang tepat, sehingga siswa menerima pelajaran dengan aktif berpikir, tidak pasif mendengarkan saja.
Kebaikan metode tanya jawab secara sistematis yaitu sebagai kerikut: (1) situasi kelas lebih hidup karena para siswa aktif berpikir dan menyampaikan buah pikirannya melalui jawaban atas pertanyaan guru, (2) sangat positif untuk melatih anak agar berani mengemukakan pendapatnya dengan lisan secara teratur, (3) timbulnya perbedaan pendapat di antara para anak didik, membawa kelas pada situasi diskusi yang menarik, (4) siswa yang segan mencurahkan perhatian, menjadi berhati-hati dan secara sungguh-sungguh mengikuti pelajaran, (5) sekalipun pelajaran berjalan agak lamban, tetapi guru dapat melakukan kontrol terhadap pemahaman dan pengertian siswa tentang masalah yang dibicarakan.
b.    Kelemahan
Secara umum kelemahan metode tanya jawab adalah kelancaran jalannya pelajaran agak terhambat karena diselingi dengan tanya jawab, jawaban siswa belum tentu tepat.
Menurut Sudirman (1992) bahwa kelemahan metode tanya jawab dalam proses pembelajaran antara lain: (1) siswa sering merasa takut, apabila guru kurang dapat medorong siswa untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang dan akrab, (2) tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa dan mudah dipahami siswa, (3) waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang, (4) guru masih tetap mendominasi proses belajar mengajar, (5) apabila jumlah siswa puluhan, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa, (6) sering jawaban diborong oleh sejumlah kecil siswa yang menguasai dan senang berbicara, sedangkan banyak siswa lainnya tidak memikirkan jawabannya.
B.  Pertanyaan
Mengikut proses pembelajran dikelas, yang lazim disaksikan adalah aktivitas verbal dalam wujud berbicara. Hal demikian mengindikasikan suatu keterampilan verbal yang dimiliki oleh seorang guru adalah terampil bertanya. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Yandianto, 2000:608), bertanya artinya meminta keterangan, penjelasan, meminta supaya diberitahu. Sementara Hasibuan dan Moedjiono (1986:62) bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons seseorang yang dikenai. Maksud respon berupa pengetahuan dan hal yang butuh pertimbangan siswa.
Quetioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. [6]
1.    Klasifikasi Pertanyaan
a.    Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Teori Bloom
Dalam taksonomi Bloom, pengklasifikasian pertanyaan dilakukan dengan menganalisis karakteristik pertanyaan yang berupa 6 tingkat pertanyaan. Setiap tingkat pertanyaan menuntut kemampuan merespon secara spesifik. Guru harus mampu menggunakan keenam tingkat pertanyaan itu untuk menciptakan kondisi belajar yang menunjang proses berpikir siswa. Keenam tingkat pertanyaan tersebut yaitu: (a) pertanyaan pengetahuan, (b) pertanyaan pemahaman, (c) pertanyaan aplikasi, (d) pertanyaan analisis, (e) pertanyaan sintesis, (f) pertanyaan evaluasi. Pertanyaan 1 sampai dengan 3 digolongkkan sebagai pertanyaan tingkat rendah, sedangkan pertanyaan 4 sampai dengan 6 digolongkan sebagai pertanyaan tingkat tinggi.
(6)
(5)
(4)                          TINGKAT TINGGI
(3)
(2)
 




(1)                                    TINGKAT RENDAH
                                                                                                                                     
                                                         Taksonomi Bloom
Seperti dinyatakan oleh Socrates, berpikir itu sendiri adalah bertanya (thinking itself is questioning). Jadi, klarifikasi ranah menurut Bloom berdasarkan tingkat berpikir rendah dan tinggi, dan bertanya disesuaikan juga dengan bertanya tingkat tinggi karena menyangkut berpikir tingkat tinggi, dan bertanya tingkat rendah karena menyangkut berpikir tingkat rendah. Rendah dan tinggi ini lebih dikonotasikan pada sederhana dan kompleksnya proses mental. Untuk dapat mencapai berpikir tingkat tinggi, siswa harus sudah terlebih dahulu menguasai berpikir tingkat rendah sebagai prasaratnya.
Hubungan antara tingkat rendah dan tingkat tinggi bersifat dinamis dua arah yang saling berinteraksi. Artinya, proses berpikir dapat dimulai dari tangga terendah menuju ke atas, tetapi dapat juga terjadi karena suatu alasan tertentu menurun dari tangga atas ke bawah untuk dikembalikan lagi ke atas (dinamis). [7]
1)   Pertanyaan Pengetahuan
Pertanyaan pengetahuan adalah pertanyaan yang menuntut siswa untuk menyebutkan  kembali informasi (pelajaran). Siswa tidak dituntut untuk memanipulasikan informasi, tetapi hanya dituntut untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari mereka sebelumnya. Untuk menjawab pertanyaan pengetahuan, siswa harus mengingat kembali fakta, hasil observasi, definisi, dalil yang pernah dipelajari mereka.
Contoh:
a)   Apa nama ibu kota Provinsi Timor Timur?
b)   Siapakah yang menulis buku Belenggu?
c)    Tahun berapakah Balai Pustaka didirikan?
d)   Di manakah uangmu yang hilang ditemukan?
Sering kali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hanyalah bersifat ingatan. Pertanyaan ingatan merupakan pertanyaan yang penting atau dasar bagi tingkat berpikir yang lebih tinggi. Kita tidak dapat meminta siswa untuk berpikir tingkat tinggi jika mereka tidak dapat mengingat informasi-informasi dasar. Kemampuan mengingat informasi juga diperlukan dalam penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun penting, pertanyaan yang tergolong dalam kategori pengetahuan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a)    Guru cenderung untuk menggunakannya secara berlebihan karena pertanyaan jenis ini paling mudah dirumuskan.
b)   Hal-hal yang perlu diingat sering kali mudah dilupakan.
c)    Pertanyaan ingatan memberikan hasil belajaryang rendah tingkatannya. Dapat mengerti fakta belum berarti mengerti.

2)   Pertanyaan Pemahaman
Pertanyaan pemahaman menuntut siswa untuk mendemonstrasikan bahwa dia telah mempunyai pemahaman yang cukup untuk mengorganisasi suatu informasi secara mental. Supaya dapat menjawab pertanyaan pemahaman, siswa harus memilih fakta yang cocok. Kemampuan siswa dalam memahami bahan informasi dapat ditunjukkan dengan cara memparafrase, membuat deskripsi dengan kata-kata sendiri, membuat suatu perbandingan, menerjemahkan bahan informasi dari bahan komunikasi verbal ke bentuk yang lain misalnya grafik, rumus, skema, dan sebaliknya.
Pada umumnya, pertanyaan pemahaman diajukan dengan tujuan agar siswa dapat menginterpretasikan bahan informasi, dan kemudian menerjemahkannya ke dalam bentuk yang lain.
Contoh:
a)   Gagasan-gagasan apakah yang disajikan dalam chart itu?
b)   Uraikan dengan kata-katamu sendiri tentang masalah lingkungan!
c)    Buatlah grafik dari data yang kamu peroleh!
d)   Dari uraian tadi, bagaimanakah hubungan antara volume dan tekanan?
3)   Pertanyaan Aplikasi
Siswa tidak cukup hanya dituntut untuk mengingat kembali suatu informasi dan mengemukakannya dengan kata-kata sendiri. Siswa perlu diminta mengaplikasikan informasi yang dipelajarinya. Pertanyaan yang menuntut siswa untuk mengaplikasikan suatu informasi yang telah dipelajari dikenal dengan pertanyaanaplikasi.
Pertanyaan aplikasi menuntut siswa untuk mengaplikasikan suatu aturan, hukum atau prinsip dalam situasi bawahan tunggal yang benar dari masalah itu. Pertanyaan aplikasi sangat umum dijumpai dalam matematika. Dalam bahasa indonesia siswa dapat diminta menyebutkan definisi pantun dan prosa (pertanyaanpengetahuan). Guru kemudian dapat meminta siswa untuk membandingkan definisi pantun dengan definisi prosa (pertanyaan pemahaman). Dalam pertanyaan aplikasi, guru dapat meminta siswa untuk membuat contoh pantun dan prosa.
Contoh:
a)   Berdasarkan definisi kita tentang sosialisme, negara-negara manakah yang menganut paham sosialisme?
b)   Berdasarkan definisi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, tulislah dua buah contoh kehidupan sehari-hari yang mencerminkan sila pertama Pancasila!
4)   Pertanyaan Analisis
Pertanyaan analisis mempunyai tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga pertanyaan yang pertama. Siswa dituntut lebih kritis dan mendalam. Ada tiga macam proses berpikir yang dirakit siswa dalam merespon pertanyaan analisis, yaitu:
a)   Mengidentifikasi motif, alasan, atau penyebab kejadian yang spesifik. Misal: “kemukakan suatu alasan mengapa Israel dipilih sebagai negara bangsa Yahudi!”
b)   Mempertimbangkan dan menganalisis suatu informasi yang diperlukan agar tercapai suatu kesimpulan, inferensi atau generalisasi berdasarkan suatu informasi. Misal: “setelah kamu membaca buku Siti Nurbaya, bagaimana kamu mengemukakan karakteristiknlatar belakang, sikap, dan pandangan pengarangnya?”
c)    Menganalisis suatu kesimpulan, generalisasi, untuk mendapat bukti yang dapat menunjang atau menolak kesimpulan atau generalisasi tersebut, misal: “pemerintah telah berusaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukti-bukti apakah yang dapat kamu kemukakan?”
Pertanyaan jenis ini memerlukan waktu untuk berpikir dan menganalisis, pertanyaan tidak dapat dijawab cepat atau tanpa melalui proses berpikir yang mendalam. Fakta menunjukkan bahwa adanya kemungkinan jawaban yang lebih dari satu serta waktu berpikir yang lama diperlukan untuk merespon membuktikan bahwa pertanyaan analisis merupakan pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan analisis mempunyai kemampuan untuk mendorong siswa berpikir secara kritis, tidak saja mendorong mempelajari apa yang telah terjadi, tetapi juga membantu siswa mencari alasan dari penyebab suatu kejadian.
5)   Pertanyaan Sintesis
Pertanyaan sintesis merupakan pertanyaaan tingkat tinggi yang meminta siswa untuk menyusun suatu pemikiran mandiri dan kreatif. Jenis pertanyaan ini meminta kemampuan siswa untuk:
a)   Menghasilkan bahan komunikasi yang orisinil, misal: “judul apakah yang paling tepat untuk cerita di bawah ini?”
b)   Membuat suatu prediksi, misal: “kemungkinan-kemungkinan apakah yang terjadi bila Keluarga Berencana hanya berhasil pada kelompok sosial menengah ke atas, dan tidak pada kelompok sosial bawah?”
c)    Memecahkan masalah, misal: “bagaimana cara kita mengukur tinggi bangunan tanpa kita perlu mendekatinya?”
6)   Pertanyaan Evaluasi
Tingkat akhir dari taksonomi Bloom adalah evaluasi. Seperti halnya analisi dan sintesis, pertanyaan evaluasi menuntut pula proses berpikir yang tinggi. Pertanyaan evaluasi tidak punya satu jawaban yang benar. Siswa dituntut untuk membuat keputusan baik-tidaknya satu ide atau gagasan, dan pemecahan masalah. Disamping itu, pertanyaan evaluasi meminta siswa mengemukakan pendapatnya terhadap suatu isu. Contoh:
“apakah anak-anak diperkenankan membaca sembarang buku yang diinginkan tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya?”
b.    Jenis-Jenis Pertanyaan menurut Maksudnya[8]
1)   Pertanyaan Permintaan (Compliance Question)
Yang dimaksud pertanyaan permintaan ialah pertanyaan yang mengharapkan agar murid mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
Contoh:
Dapatkah kamu tenang, agar keterangan saya ini dapat didengar oleh semua murid dalam kelas ini?
2)   Pertanyaan retoris (Rhetorical Question)
Yang dimaksud pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru. Hal itu diucapkan karena merupakan teknik penyampaian informasi kepada murid.
Contoh:
Mengapa beriman kepada malaikat akan berdampak posotif bagi kehidupan kita sahri-hari?
Karena dengan mengingat adanya malaikat kita akan menyadari bahwa kehidupan di dunia ini ternyata ada yang mengawasi setiap perbuatan kita.
3)   Pertanyaan menuntun/ mengarahkan (Prompting Question)
Yang dimaksud pertanyaan menuntun adalah pertanyaan yang diajukan unutk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Dalam proses belajar mengajar, kadang-kadang guru harus mengajukan sesuatu pertanyaan yang mengakibatkan siswa memperhatikan dengan seksama bagian tertentu dari sesuatu bahan pelajaran yang rumit. Dari segi lain, apabila murid tak dapat menjawab sesuatu pertanyaan atau salah memberikan jawaban, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan/menuntun proses berpikir dari murid, dan akhirnya dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang pertama tadi.
4)   Pertanyaan menggali (Probing Question)
Pertanyaan menggali adalah pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan sebelumnya. Dengan pertanyaan menggali ini, murid didorong untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya.
c.    Jenis-Jenis Pertanyaan menurut Luas Sempitnya Sasaran[9]
1)   Pertanyaan sempit
Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup (convergent) yang biasanya kunci jawabannya telah tersedia.
a)    Pertanyaan sempit informasi langsung
Pertanyaan semacam ini menuntut murid untuk mengingat atau menghafal informasi yang ada. Pertanyaan ini sangat berguna bila kepada murid dituntut menghafalkan hal-hal/informasi/rumus-rumus yang senantiasa digunakan dalam masyarakat secara hafal di luar kepala.
Contoh:
Sebutkan empat bentuk pengabdian kita kepada orangtua!
b)   Pertanyaan sempit memusat
Pertanyaan ini menuntut murid agar mengembangkan ide atau jawabannnya dengan cara menuntunnya melalui petunjuk tertentu. Pertanyaan ini bermanfaat bila guru menghendaki murid membedakan, mengasosiasikan, menjelaskan, dan lain-lain masalah yang ditampilkan.
Contoh:
Bagaimana dapat dibutuhkan bentuk konkret dari janji Allah untuk menjaga Al-Qur’an?



2)   Pertanyaan Luas (Broad Question)
Ciri pertanyaan ini adalah jawabannya yang mungkin lebih dari satu, sebab pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik, sehingga masih bersifat terbuka.
a)    Pertanyaan luas terbuka
Pertanyaan ini memberi kesempatan kepada murid untuk mencari jawabannya menurut cara dan gayanya masing-masing.
Contoh:
Bagaimana cara menanggulangi peningkatan krminalitas di kota ini?
b)   Pertanyaan Luas Menilai (Valuing Question)
Pertanyaan ini meminta murid untuk mengadakan penilaian terhadap aspek kognitif maupun sikap.
Contoh:
Bagaimana pendapatmu tentang jalannya pertandingan sepakbola tadi?
2.    Tujuan Pertanyaan
Memberikan pertanyaan kepada murid adalah untuk mengetahui apa yang telah diketahuinya. Prinsipnya dirumuskan dalam bahasa yang lebih tepat oleh Ausubel (1978) “faktor tunggal paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang sudah diketahui si pelajar. Pastikan dulu ini, dan ajarilah dia sesuai dengan apa yang dikehendakinya.” Alasan kognitif lain untuk bertanya adalah untuk merangsang ingatan, memperdalam pengertian, mengembangkan imajinasi dan menggalakkan penyelesaian masalah.[10]



Secara rinci, Abubakar Muhamad menjelaskan tujuan pertanyaan, diantaranya: [11]
a.    Memperluas bahan murid dengan bantuan pengetahuan mereka yang terdahulu dan pengalamannya serta mengkonsentrasikan kekuatan pemikiran mereka.
b.    Merangsang murid-murid untuk mempergunakan kekuatan pemikirannya dan membangkitkan minat mereka untuk senang menelaah.
c.    Melatih daya pemikiran akal atas penyelidikan dan penyimpulan intisari-intisari masalah.
d.   Memusatkan kekuatan ingatan dalam suatu masalah, sehingga dapat mengikuti sepenuhnya pembahasan dan pendalaman masalahnya.
e.    Memantabakan pengertian-pengertian dan maslalah-masalah yang telah diajarkan kepada mereka.
f.     Menunjukkan murid-murid kepada masalah-masalah yang penting dan membantu murid-murid untuk mengetahui hubungan pembicaraan di antara unsur –unsur pelajarn yang bermacam-macam itu.
g.    Mengukur (mengevaluasi) benar tidaknya bahan pelajaran yang dapat dimengerti oleh murid-murid selama pelajaran berlangsung dan mengukur kadar jelas tidaknya (pengertian mereka).
h.    Mengadakan perubahan (fariasi) dalam bentuk/sistem pengajaran.
i.      Dimaksudkan untuk menghilangkan perasaan angkuh dan tertipunya anak karena kebanggaan dengan dirinya yang menganggap bahwa dia lebih pintar daripada kawan-kawannya.
3.    Syarat-Syarat Pertanyaan yang Benar
Tujuan pertanyaan diatas akan dapat tercapai apabila sebuah pertanyaan telah memenuhi syarat-syarat pertanyaan yang yang benar, yaitu:[12]
a.    Hendaklah kalimatnya mudah dan jelas.
b.    Sesuai dengan daya pemikiran murid.
c.    Sesuai dengan pengetahuan mereka dan tidak terlalu sulit.
d.   Terbatas dan ringkas.
e.    Bersifat umum, tanpa diurut (menurut urutan bahan).
C.  Jawaban
Dalam menanggapi jawaban siswa, ada beberapa petunjuk metodologis yang dapat digunakan untuk memperbaiki hasil pengajaran. Sebaiknya jangan mengulangi jawaban siswa, misal:
Guru: apakah nama ibukota Filipina, Santi?
Santi: Manila
Guru: Manila
Hal di atas akan menghasilkan tanya-jawab yang tidak menggairahkan, membosankan, dan memupuk anggapan bahwa tidak ada satu jawaban pun yang benar jika tidak mendapat persetujuan (lewat pengulangan) guru. Disamping menimbulkan akibat psikologis yang jelek, anggapan demikian juga akan berakibat tidak adanya perhatian kelas terhadap jawaban-jawaban lain kecuali dari guru, dengan demikian diskusi yang berarti mustahil dapat terwujud.
Jika jawaban salah, maka seharusnya (demi prinsip tahu hasil) diberitahukan bahwa itu salah. Guru tidak boleh menunjukkan kebosanan dan kemarahannya atas murid, karena mereka salah menjawab pertanyaan. Akan tetapi guru harus menerimanya dengan lapang dada dan hati serta pikiran yang tenang, juga guru tidak boleh menolak seluruhnya, akan tetapi harus berusaha sungguh-sungguh untuk mengetahui sebab-sebab kesalahan itu.[13]
Terdapat beberapa sikap-sikap yang harus dimiliki guru dalam menerima jawaban murid, yaitu:[14]
1.    Guru harus memuji (menghargai) murid yang baik (benar) jawabannya. Guru harus memberanikan murid yang menjawab (tetapi ragu-ragu), yang bersusah payah berpikir dan sebahagian jawabannya sudah betul, dengan cara menerima jawaban itu dengan air muka yang jernih (simpatik) serta menolongnya untuk melengkapi jawabannya. Sebaiknya guru tidak membiasakan memujinya dengan ucapan “baik sekali”, atau “pintar sekali”.
2.    Guru harus menolak jawaban-jawaban yang tidak benar sedikitpun, tetapi jangan sekali-kali mencela murid tersebut, atau mengolok-oloknya atau ditertawai oleh kawan-kawannyaa karena kesalahan tersebut. Hal semacam itu menyebabkan mati semangat (cita-citanya), sehingga tidak mau menjawab pada kali yang akan datang.
3.    Banyak sekali diantara jawaban-jawaban itu yang mengandung kebenaran atau kesalahan, maka guru hendaknya mengadakan tanya jawab kembali dengan murid yang salah atau kawan-kawannya yang lain tentang bahagian-bahagian yang salah, sehingga dapat membetulkan kesalahannya. Jika guru belum mendapatkan jawaban yang betul, maka dia wajib menyelidiki sebab-sebabnya, karena terkadang kesalahan jawaban itu terjadi atas kesalahan pertanyaan itu sendiri.
4.    Sebagian murid nampak mengherankan dalam jawabannya. Kepada murid yang semacam ini, guru harus menerima pekerjannya dengan pura-pura bodoh (tidak tahu) dan tidak menampakkan pujian terhadap jawabannya.
Dalam jawaban, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Kecermatan, sesuai dengan kemampuan murid. Ini menunjukkan bahwa murid itu sudah mengerti pertanyaan tersebut.
2.    Lengkap, maka tidak cukup dengan isyarat pada jawaban. Untuk itu jawaban harus dalam kalimat yang sempurna.
3.    Singkat dan mudah dimengerti kalimatnya.
4.    Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Maka harus diberi kesempatan (waktu) yang cukup kepada murid-murid untuk memikirkan jawabannya.
5.    Hendaknya didengar oleh semua murid lain yang hadir.[15]
Adapun jawaban yang tidak baik memiliki ciri-ciri seperti berikut:
1.    Jawbaan yang didasarkan atas kira-kira (menebak). Jawaban semacam itu bukan hasil dari pemikiran, lebih-lebih cara menjawab semacam itu mengandung sifat tidak mengindahkan guru, membuang-buang waktunya dan waktu murid yang lain.
2.    Jawaban yang tidak sesuai dengan maksud pertanyaan.
3.    Jawaban yang melebihi dari yang dimaksudkan dalam soal. Hal ini timbul dari kerakusan murid untuk menunjukkan tingkat kepandaiannya. Jawaban semacam ini sebaiknya dihentikan saja sampai batasnya, dengan jalan guru menunjukkan kadar jawaban yang dibutuhkan saja.
4.    Tidak boleh bagi murid yang tidak ditanya untuk menjawab. Hal ini untuk menjaga siplin didalam kelas.[16]
D.  Implementasi Metode Tanya Jawab dalam Pembelajaran PAI
Metode Tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang, untuk berfikir dan membimbing perserta didik dalam mencapai kebenaran, memberikan pengertian kepada seseorang dan memancingnya dengan umpan pertanyaan. Metode ini seringkali digunakan pada zaman nabi dengan para sahabat.[17]
Metode Tanya jawab juga bisa membantu kekurangan-kekurangan yang ada pada metode ceramah yang disebabkan kurangnya perhatian peserta didik pada metode ceramah dan biasanya pserta didik akan lebih hati-hati terhadap pelajaran yang menggunakan metode Tanya jawab sebab peserta didik tahu sewaktu-waktu guru akan bertanya.
Metode Tanya jawab hanya dapat dipakai oleh guru secara umum untuk menetapkan perkiraan apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami pelajaran yang diberikan dan metode ini tidak dapat digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan kadar pengetahuan anak didik dalam suatu kelas karena metode ini tidak memberi kesempatan yang sama pada setiap murid untuk menjawab pertanyaan.[18]
Dalam perangkat pembelajaran PAI, aplikasi metode tanya-jawab sering digunakan dalam perumusan RPP.
Contoh:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
MI                                     : NURUL ULUM
Mata Pelajaran                : Aqidah Akhlak
Kelas/Semester                : I / 1
Alokasi Waktu                 : 2x40 menit (1 Kali pertemuan)
A.      Standar Kompetensi
1.    Mengenal rukun iman, syhadat tauhid dan syahadat rasul, Al-Asma Al-Husna (Al Ahad dan Al Kholiq)
B.       Komepetensi Dasar
Menghafal enam Rukun Iman.
C.      Materi Pembelajaran
§  Enam rukun iman
§  Arti rukun iman
D.      Metode Pembelajaran
§  Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk kegiatan awal.
§  Tanya jawab tentang Rukun Iman yang siswa ketahui
§  Diskusi
E.       Langkah-langkah Pembelajaran
No
Uraian Kegiatan
Waktu
1
Tujuan Pembelajaran :
§  Siswa dapat menjelaskan tentang rukun iman
§  Siswa dapat menyanyikan lagu dan tepuk, permainan siapa aku, tanya jawab rukun iman
§  Siswa dapat menjelaskan pengertian rukun iman.
Kegiatan awal :
Apersepsi :
Memberikan pertanyaan seputar rukun iman
Motivasi :
memberikan informasi tentang rukun iman
10  menit
2
Kegiatan inti :
§  Siswa membaca literatur tentang rukun iman (fase eksplorasi)
§  Bertanya jawab tentang rukun iman, (fase eksplorasi)
§  Siswa diminta berdiskusi :  menyebutkan rukun iman (fase elaborasi)
§  Siswa memaparkan hasil diskusinya (faseelaborasi)
§  Siswa dan guru merefleksikan hasil pembelajaran (fase konfirmasi)
60 Menit
3
Kegiatan akhir :
§  Tanya jawab tentang rukun iman
§  Guru memberikan tugas untuk menghafal salah satu surat pendek sebagai pengamalan

10    enit

F.     Sumber belajar dan media pembelajaran :
1.    Syair lagu
2.    Kartu rukun iman
3.    LKS
4.    Bendera
5.    TTS
G.      Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen

§  Menyebutkan enam rukun iman
§  Mengurutkan enam rukun iman
§  Menghafal enam Rukun Iman
§  Menyebutkan cirri-ciri orang yang beriman
§  Menjelaskan rukun iman

Tes tulis


Tes lisan


Jawaban singkat


Jawaban singkat



Mengetahui
Kepala Madrasah



Drs. H. M. SURUR


Surabaya
Guru bidang studi Aqidah Akhlaq



NUR CHASANAH, S. Pd.I









BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Metode pembelajaran tanya jawab memiliki konsep dasar “Socrates pura-pura bodoh” dalam memberikan stimulus untuk merangsang daya berpikir murid menjadi aktif, kreatif, dan juga berkembang.
Dua unsur pokok dalam metode ini yaitu pertanyaan dan jawaban. Pertanyaan-pertanyaan yang tepat penggunaannya akan menyenangkan bagi murid yang menerima, karena mereka senang memberitahukan kepada teman-temannya apa saja yang ada dalam pikiran dan hati mereka. begitu pula sebaliknya, pertanyaan yang membosankan akan begitu mudah kehilangan perhatian dari para murid, mereka cenderung acuh tak acuh dan tidak merespon. Mengenai jawaban, terdapat beberapa sikap yang harus dimiliki guru dalam merespon jawaban murid, diantaranya: menghargai, profesioanl, menyelidiki, dan pura-pura tidak tahu.
Dalam konteks pembelajaran PAI yang cenderung pada metode ceramah, tanya jawab sangat berguna dalam membantu kekurangan-kekurangan metode ceramah. Salah satunya adalah bahwa metode tanya jawab dapat menarik perhatian para murid saat mereka mulai jenuh mendengarkan ceramah dari guru. Hal ini disebabkan metode tanya jawab dapat menimbulkan rasa hati-hati dalam benak murid karena mereka berpikir sewaktu-waktu guru dapat menunjuknya dan memberikan mereka pertanyaan.





[1]Artikel ini diunduh dari Mukti Ali dalam http://muktialistkipnganjuk.blogspot.com/2013/02/metode-tanya-jawab.html pada tanggal 8 Mei 2014.
[2]Abubakar Muhamad, Pedoman Pendidikan & Pengajaran (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), 85.
[3]James Popham & Evi L Braker, Teknik Mengajar Secara Sistematis (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 89.
[4]Abubakar Muhamad, Pedoman Pendidikan & Pengajaran.... 91.
[5]Artikel ini diunduh dari Faisal Nizbah dalam http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/08/kelebihan-dan-kelemahan-metode-tanya.html pada tanggal 8 Mei 2014.
[6]Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), 110.
[7]Hasibuan dkk, Proses Belajar Mengajar “Keterampilan Dasar Pengajaran Makro” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), 42.
[8] Marno, Strategi & Metode Pengajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008). h.133.
[9] Ibid., h. 138.
[10] George Brown dan E.C. Wragg, Bertanya (Jakarta: Grasindo, 1997), h. 10.
[11] Abubakar Muhamad, Pedoman Pendidikan & Pengajaran.... 92.
[12] Ibid., 93.
[13] James Popham & Evi L Braker, Teknik Mengajar Secara Sistematis... 90.
[14] Abubakar Muhamad, Pedoman Pendidikan & Pengajaran.... 96.
[15] Ibid., 94.
[16] Ibid., 95.
[17]Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, SGM Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 56.
[18]Zakiah Dradjat, dkk, Metode KhususPengajaran Agama Islam ( Jakarta : Bumi Aksara, 2004), 308.


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 Neng Ingin Berbagi. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates