RSS

Filsafat Idealisme dan Neothomisme




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ketidak puasan murid-murid Kant dengan batasan budi, sehingga mereka mencari suatu dasar untuk renungan mereka yang melahirkan sistem metafisika. Dan sistem tersebut dicari dan didapat dari dasar tindakan ialah aku sebagai subyek yang konkrit dari suatu dasar menurunkan kesimpulan-kesimpulan serta memberi keterangan keseluruhan ada itu ada yang menyebut idealisme. Oleh sebab itu karena idealisme ini berdasarkan atas subyek maka disebut idealisme subyektif , berlawanan dengan idealisme realistis yang diajukan oleh Plato.
Konsep ini dalam filsafat dikenal sebagai idealisme etis. Cita-cita manusia mengarah kepada tingkah laku dan kesusilaannya. Manusia itu amat tinggi derajatnya karena akal budinya, dan karena itu manusia lebih tinggi dari makhluk lain di dunia ini. Dikenal pula idealisme estetis yang menganggap kebaikan tertinggi adalah keindahan. Berarti manusia harus indah. Indah dalam hal ini adalah indah baik rohani maupun jasmaninya. Keindahan ini dicapai dengan menyempurnakan dirinya dan menyelaraskan segala kemampuannya dengan keadaan dunia yang mengelilinginya. Pada prakteknya kini ditempuh jalan tengah yang dikenal dengan idealisme realistis. Konsep ini berpangkal pada realita bahwa manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Dua-duanya tidak boleh diabaikan karena keduanya yang menjadikan manusia. Oleh karena itu sering muncul dua kutub idealisme dan realita yang nampaknya saling bertentangan. keterangannya tentang budi, dengan terang dikatakannya bahwa dengan budi murni mungkin orang tak mungkin mengenal yang diluar pengalaman. Oleh sebab itu pada pembahasan ini kita akan mengupas pemikiran tokoh-tokoh filsafat dalam membentuk nilai idealisme yang konkrit bukan terdominasi oleh proses idealisme.
Aliran Neo-Thomisme ini berhubungan dengan aliran Thomisme. Ketika pertengahan abad ke-19, di tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas.
Demikianlah latar belakang dari pembahasan kelompok kami, untuk lebih jelasnya akan kami uraikan masing-masing pembahasan mengenai “ Idealisme dan Neo-Thomisme”.

B.     Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian Idealisme dan Neo-thomisme
2.      Untuk mengeathui tokoh-tokoh dalam aliran Idealisme dan Neo-Thomisme
3.      Untuk mengetahui paham-paham dalam setiap aliran Idealisme dan Neo-Thomisme















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Idealisme
1.      Sejarah idealisme
Istilah idealisme yang menunjukkan suatu pandangan dalam filsafat belum lama dipergunakan orang. Namun demikian, pemikiran tentang ide telah dikemukakan oleh Plato sekitar 2.400 tahun yang lalu. Menurut Plato, realitas yang fundamental adalah ide, sedangkan realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide tersebut. Bagi kelompok idealisme alam ini ada tujuannya yang bersifat spiritual. Hukum-hukum alam dianggap sesuai dengan kebutuhan watak intelektual dan moral manusia. Mereka juga berpendapat bahwa terdapat suatu harmoni yang mendasar antara manusia dengan alam. Manusia memang bagian dari proses alam, tetapi ia juga bersifat spiritual, karena manusia memiliki akal, jiwa, budi, dan nurani.
Kelompok yang mengikuti pandangan ini cenderung menghormati kebudayaan dan tradisi, sebab mereka mempunyai pandangan bahwa nilai-nilai kehidupan itu memiliki tingkat yang lebih tinggi dari sekadar nilai kelompok individu. Ini menunjukkan bahwa kekuatan idealisme terletak pada segi mental dan spiritual kehidupan.

2.      Pengertian idealisme
Arti dari kata idealisme sendiri adalah suatu standar kesempurnaan, keunggulan, keindahan, dan kebaikan. Dapat juga diartikan sebagai objek tujuan sempurna dan hasrat untuk mencupai suatu keinginan.
Menurut kelompok kami, idealisme adalah suatu aliran yang di dalamnya mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami kaitanya dengan jiwa dan ruh.
Secara mudah idealisme dapat diartikan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok orang. Idealisme bukan sembarang cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan luhur, suatu nilai kebenaran dan harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil yang istimewa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan.
Tujuan mempertahankan idealisme ialah untuk mendapatkan kepuasan jiwa yang begitu mahal harganya. Kepuasan dan kebahagiaan itu, tentu saja tidak dapat diukur dengan nilai uang atau materi
.
3.      Ajaran dalam aliran idealisme
a.       Plato
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli, keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.
Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).
Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato.
Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.
Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan.
b.      Immanuel Kant dan Georg Wilhelm Friedrich Hegel
Mereka adalah dua filosof yang beraliran idealis. Idealism adalah paham yang mengatakan bahwa pengetahuan hanya didapatkan melalui ide mereka sendiri. Dalam ranah sosial, Kant menolah gagasan tentang hak alami, dia juga menolak anggapan pengetahuan hanya didapatkan melalui pengalaman empiris. Bagi Kant, pengegtahuan diturunkan dari refleksi atas hakikat pikiran manusia. Perilaku sosial manusia bukan diarahkan oleh hukum alami melainkan oleh hukum akal.
Berbeda dengan Kant, Hegel mendasarkan filsafat sosialnya pada filsafat sejarah yang dimulai dari “tesis, antithesis dan akhirnya menjadi sintesis”. Hegel sepakat dengan kontrak sosialnya Locke namun konsep itu lemah ketika individu-individu gampang menyalahpahami kebebasan individu dalam masyarakat. Hegel juga sepakat dengan nurani individunya Kant, namun hal ini juga masih tergantung pada tiap individu untuk menentukan tindakan itu baik atau buruk. Filsafat sosialnya Hegel mengikuti pemahaman Locke dan Kant dan hanya menolak sifatnya yang satu sisi. Keluarga, menurut Hegel, didasarkan pada cinta alami di antara dua jenis kelamin dan bukan melalui kontak sosial seperti dalam Hobbes dan Kant. Hegel mengatakan: Upacara perkawinan memang merupakan kontrak sosial namun dampak perkawinan justru untuk menjauhi kebebasan legal dari dua pribadi dan mencipta ruang yang melampaui hukum. Tujuan perkawinan adalah untuk mencapai bentuk kebebasan yang lebih tinggi, di mana perempuan akan memiliki domain yang aman dan tertutup, di mana ia bisa mengembangkan perasaan naluriahnya, dan di mana seorang laki-laki bisa bersantai sesudah bekerja, karena memang sudah sifat dasarnya untuk bekerja di dunia luar.
Hegel mengatakan segala peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya. Ide yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya gerak yang menimbulkan tesis, kemudian antitesis (gerak yang bertentangan), kemudian timbul sintesis yang merupakan tesis baru yang nantinya menimbulkan antitesis baru dan seterusnya.

4.      Latar belakang pemikiran para tokoh-tokoh idealisme
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sirna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali pengaruhnya di Eropa.

B.     Neo-Thomisme
1.      Filsafat Sosial Thomas Aquinas
Thomas Aquinas adalah salah satu filosof abad pertengahan. Ciri utama filsafat abad pertengahan adalah penekanannya pada intuisi ketimbang menggunakan rasio. Begitu pula dengan Aquinas, dia juga mendasarkan filsafatnya pada intuisi. Filsafat sosialnya Aquinas didasarkan pada pemikiran filsafatnya yang menyatakan bahwa akal cocok (tidak bertentangan) dengan wahyu Tuhan (dalam hal ini adalah ajaran Kristen).
Filsafat sosial Aquinas berkeyakinan bahwa Tuhan sepenuhnya rasional, dan jika seseorang semakin rasional maka ia pun semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kemampuan untuk mematuhi hukum Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan secara sadar.

2.      Sejarah Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke -19, di tengah-tengah gereja katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Thomas Aquinas. Pada mulanya kalangan gereja ada semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut kemudian menjadi satu paham Thomisme, yaitu pertama ajaran Thomisme sudah sempurna, tugas kita adalah memberikan tafsir sesuai zaman, kedua walau ajaran Thomisme sudah sempurna namun masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas oleh karenanya sekarang perlu diadakan penyesuaian sesuai dengan ilmu pengetahuan. Ketiga paham yang menganggap bahwa ajaran Thomisme harus diikuti akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa ajarannya betul-betul sepurna.
Berikut poin-poin mengenai Neo-Thomisme:
a.       Hampir semua negara Eropa dan Amerika terdapat pengikut Neo Thomisme, terutama di lingkungan Katholik.
b.      Tahun 1879 adanya Surat Edaran dari Paus Leo XII untuk mendasarkan filsafat dan teologinya pada Thomas Aquinas, akibatnya: :
1). Mendorong perkembangan pengajaran filsafat dan teologi diseminari- seminari,
2). Mendorong perkembangan Ilmu Pengetahuan di Gereja Katholik dengan menggunakan ajaran Thomas Aquinas sebagai fundamen dengan 3 cara:
a)      Mendirikan Akademi Kepausan San Thomasso,
b)      Ordo Dominikan diberi kepercayaan menertibkan karya-karya Thomas Aquinas,
c)      Filsafat Thomas sebagai mata kuliah di Universitas Leuven (Belgia). Surat Edaran ini timbul untuk melawan positivisme dan materialisme yang mengakibatkan krisis dalam bidang pemikiran filosofis, khususnya bagi gereja yaitu adanya keresahan akibat munculnya aliran –aliran teologis misalnya : Fideisme (fide = setia), Tradisionalisme, Ontologisme.
3.      Tokoh Neo Thomisme :
a.       Joseph Geyser (Munster)
b.      Joseph Peiper ( Munster)
c.       Gustav Siewerth (Freiberg im Briegau)
d.      Gallus Manser
e.       Karl Rahner.


















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:

Arti dari kata idealisme sendiri adalah suatu standar kesempurnaan, keunggulan, keindahan, dan kebaikan. Dapat juga diartikan sebagai objek tujuan sempurna dan hasrat untuk mencupai suatu keinginan.
Menurut kelompok kami, idealisme adalah suatu aliran yang di dalamnya mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami kaitanya dengan jiwa dan ruh.
Secara mudah idealisme dapat diartikan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok orang. Idealisme bukan sembarang cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan luhur, suatu nilai kebenaran dan harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil yang istimewa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan.
Pada pertengahan abad ke -19, di tengah-tengah gereja katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Thomas Aquinas. Pada mulanya kalangan gereja ada semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut kemudian menjadi satu paham Thomisme, yaitu pertama ajaran Thomisme sudah sempurna, tugas kita adalah memberikan tafsir sesuai zaman, kedua walau ajaran Thomisme sudah sempurna namun masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas oleh karenanya sekarang perlu diadakan penyesuaian sesuai dengan ilmu pengetahuan.




















DAFTAR PUSTAKA

Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmoderisme, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Achmadi, Asmoro. 2010. Filsafat Umum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Soemargono, Sarjono. 2004. Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana yogya
  Muminatus, “ Filsafat Idealisme”, diakses pada tanggal 13 Desember 2011 dari  http://muminatus.blog.com/filsafat-idealisme/
Sujarwo, Ahmad, “ Neo-Thomisme(Neo-Scholastik) dan Neo-Hegelianism”, diakses pada tanggal 13 Desember 2011 dari http://jarwoarronggo.blogspot.com/




Filsafat Idealisme dan Neothomisme



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ketidak puasan murid-murid Kant dengan batasan budi, sehingga mereka mencari suatu dasar untuk renungan mereka yang melahirkan sistem metafisika. Dan sistem tersebut dicari dan didapat dari dasar tindakan ialah aku sebagai subyek yang konkrit dari suatu dasar menurunkan kesimpulan-kesimpulan serta memberi keterangan keseluruhan ada itu ada yang menyebut idealisme. Oleh sebab itu karena idealisme ini berdasarkan atas subyek maka disebut idealisme subyektif , berlawanan dengan idealisme realistis yang diajukan oleh Plato.
Konsep ini dalam filsafat dikenal sebagai idealisme etis. Cita-cita manusia mengarah kepada tingkah laku dan kesusilaannya. Manusia itu amat tinggi derajatnya karena akal budinya, dan karena itu manusia lebih tinggi dari makhluk lain di dunia ini. Dikenal pula idealisme estetis yang menganggap kebaikan tertinggi adalah keindahan. Berarti manusia harus indah. Indah dalam hal ini adalah indah baik rohani maupun jasmaninya. Keindahan ini dicapai dengan menyempurnakan dirinya dan menyelaraskan segala kemampuannya dengan keadaan dunia yang mengelilinginya. Pada prakteknya kini ditempuh jalan tengah yang dikenal dengan idealisme realistis. Konsep ini berpangkal pada realita bahwa manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Dua-duanya tidak boleh diabaikan karena keduanya yang menjadikan manusia. Oleh karena itu sering muncul dua kutub idealisme dan realita yang nampaknya saling bertentangan. keterangannya tentang budi, dengan terang dikatakannya bahwa dengan budi murni mungkin orang tak mungkin mengenal yang diluar pengalaman. Oleh sebab itu pada pembahasan ini kita akan mengupas pemikiran tokoh-tokoh filsafat dalam membentuk nilai idealisme yang konkrit bukan terdominasi oleh proses idealisme.
Aliran Neo-Thomisme ini berhubungan dengan aliran Thomisme. Ketika pertengahan abad ke-19, di tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas.
Demikianlah latar belakang dari pembahasan kelompok kami, untuk lebih jelasnya akan kami uraikan masing-masing pembahasan mengenai “ Idealisme dan Neo-Thomisme”.

B.     Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian Idealisme dan Neo-thomisme
2.      Untuk mengeathui tokoh-tokoh dalam aliran Idealisme dan Neo-Thomisme
3.      Untuk mengetahui paham-paham dalam setiap aliran Idealisme dan Neo-Thomisme















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Idealisme
1.      Sejarah idealisme
Istilah idealisme yang menunjukkan suatu pandangan dalam filsafat belum lama dipergunakan orang. Namun demikian, pemikiran tentang ide telah dikemukakan oleh Plato sekitar 2.400 tahun yang lalu. Menurut Plato, realitas yang fundamental adalah ide, sedangkan realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide tersebut. Bagi kelompok idealisme alam ini ada tujuannya yang bersifat spiritual. Hukum-hukum alam dianggap sesuai dengan kebutuhan watak intelektual dan moral manusia. Mereka juga berpendapat bahwa terdapat suatu harmoni yang mendasar antara manusia dengan alam. Manusia memang bagian dari proses alam, tetapi ia juga bersifat spiritual, karena manusia memiliki akal, jiwa, budi, dan nurani.
Kelompok yang mengikuti pandangan ini cenderung menghormati kebudayaan dan tradisi, sebab mereka mempunyai pandangan bahwa nilai-nilai kehidupan itu memiliki tingkat yang lebih tinggi dari sekadar nilai kelompok individu. Ini menunjukkan bahwa kekuatan idealisme terletak pada segi mental dan spiritual kehidupan.

2.      Pengertian idealisme
Arti dari kata idealisme sendiri adalah suatu standar kesempurnaan, keunggulan, keindahan, dan kebaikan. Dapat juga diartikan sebagai objek tujuan sempurna dan hasrat untuk mencupai suatu keinginan.
Menurut kelompok kami, idealisme adalah suatu aliran yang di dalamnya mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami kaitanya dengan jiwa dan ruh.
Secara mudah idealisme dapat diartikan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok orang. Idealisme bukan sembarang cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan luhur, suatu nilai kebenaran dan harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil yang istimewa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan.
Tujuan mempertahankan idealisme ialah untuk mendapatkan kepuasan jiwa yang begitu mahal harganya. Kepuasan dan kebahagiaan itu, tentu saja tidak dapat diukur dengan nilai uang atau materi
.
3.      Ajaran dalam aliran idealisme
a.       Plato
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli, keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.
Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).
Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato.
Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.
Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan.
b.      Immanuel Kant dan Georg Wilhelm Friedrich Hegel
Mereka adalah dua filosof yang beraliran idealis. Idealism adalah paham yang mengatakan bahwa pengetahuan hanya didapatkan melalui ide mereka sendiri. Dalam ranah sosial, Kant menolah gagasan tentang hak alami, dia juga menolak anggapan pengetahuan hanya didapatkan melalui pengalaman empiris. Bagi Kant, pengegtahuan diturunkan dari refleksi atas hakikat pikiran manusia. Perilaku sosial manusia bukan diarahkan oleh hukum alami melainkan oleh hukum akal.
Berbeda dengan Kant, Hegel mendasarkan filsafat sosialnya pada filsafat sejarah yang dimulai dari “tesis, antithesis dan akhirnya menjadi sintesis”. Hegel sepakat dengan kontrak sosialnya Locke namun konsep itu lemah ketika individu-individu gampang menyalahpahami kebebasan individu dalam masyarakat. Hegel juga sepakat dengan nurani individunya Kant, namun hal ini juga masih tergantung pada tiap individu untuk menentukan tindakan itu baik atau buruk. Filsafat sosialnya Hegel mengikuti pemahaman Locke dan Kant dan hanya menolak sifatnya yang satu sisi. Keluarga, menurut Hegel, didasarkan pada cinta alami di antara dua jenis kelamin dan bukan melalui kontak sosial seperti dalam Hobbes dan Kant. Hegel mengatakan: Upacara perkawinan memang merupakan kontrak sosial namun dampak perkawinan justru untuk menjauhi kebebasan legal dari dua pribadi dan mencipta ruang yang melampaui hukum. Tujuan perkawinan adalah untuk mencapai bentuk kebebasan yang lebih tinggi, di mana perempuan akan memiliki domain yang aman dan tertutup, di mana ia bisa mengembangkan perasaan naluriahnya, dan di mana seorang laki-laki bisa bersantai sesudah bekerja, karena memang sudah sifat dasarnya untuk bekerja di dunia luar.
Hegel mengatakan segala peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya. Ide yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya gerak yang menimbulkan tesis, kemudian antitesis (gerak yang bertentangan), kemudian timbul sintesis yang merupakan tesis baru yang nantinya menimbulkan antitesis baru dan seterusnya.

4.      Latar belakang pemikiran para tokoh-tokoh idealisme
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sirna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali pengaruhnya di Eropa.

B.     Neo-Thomisme
1.      Filsafat Sosial Thomas Aquinas
Thomas Aquinas adalah salah satu filosof abad pertengahan. Ciri utama filsafat abad pertengahan adalah penekanannya pada intuisi ketimbang menggunakan rasio. Begitu pula dengan Aquinas, dia juga mendasarkan filsafatnya pada intuisi. Filsafat sosialnya Aquinas didasarkan pada pemikiran filsafatnya yang menyatakan bahwa akal cocok (tidak bertentangan) dengan wahyu Tuhan (dalam hal ini adalah ajaran Kristen).
Filsafat sosial Aquinas berkeyakinan bahwa Tuhan sepenuhnya rasional, dan jika seseorang semakin rasional maka ia pun semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kemampuan untuk mematuhi hukum Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan secara sadar.

2.      Sejarah Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke -19, di tengah-tengah gereja katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Thomas Aquinas. Pada mulanya kalangan gereja ada semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut kemudian menjadi satu paham Thomisme, yaitu pertama ajaran Thomisme sudah sempurna, tugas kita adalah memberikan tafsir sesuai zaman, kedua walau ajaran Thomisme sudah sempurna namun masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas oleh karenanya sekarang perlu diadakan penyesuaian sesuai dengan ilmu pengetahuan. Ketiga paham yang menganggap bahwa ajaran Thomisme harus diikuti akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa ajarannya betul-betul sepurna.
Berikut poin-poin mengenai Neo-Thomisme:
a.       Hampir semua negara Eropa dan Amerika terdapat pengikut Neo Thomisme, terutama di lingkungan Katholik.
b.      Tahun 1879 adanya Surat Edaran dari Paus Leo XII untuk mendasarkan filsafat dan teologinya pada Thomas Aquinas, akibatnya: :
1). Mendorong perkembangan pengajaran filsafat dan teologi diseminari- seminari,
2). Mendorong perkembangan Ilmu Pengetahuan di Gereja Katholik dengan menggunakan ajaran Thomas Aquinas sebagai fundamen dengan 3 cara:
a)      Mendirikan Akademi Kepausan San Thomasso,
b)      Ordo Dominikan diberi kepercayaan menertibkan karya-karya Thomas Aquinas,
c)      Filsafat Thomas sebagai mata kuliah di Universitas Leuven (Belgia). Surat Edaran ini timbul untuk melawan positivisme dan materialisme yang mengakibatkan krisis dalam bidang pemikiran filosofis, khususnya bagi gereja yaitu adanya keresahan akibat munculnya aliran –aliran teologis misalnya : Fideisme (fide = setia), Tradisionalisme, Ontologisme.
3.      Tokoh Neo Thomisme :
a.       Joseph Geyser (Munster)
b.      Joseph Peiper ( Munster)
c.       Gustav Siewerth (Freiberg im Briegau)
d.      Gallus Manser
e.       Karl Rahner.


















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:

Arti dari kata idealisme sendiri adalah suatu standar kesempurnaan, keunggulan, keindahan, dan kebaikan. Dapat juga diartikan sebagai objek tujuan sempurna dan hasrat untuk mencupai suatu keinginan.
Menurut kelompok kami, idealisme adalah suatu aliran yang di dalamnya mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami kaitanya dengan jiwa dan ruh.
Secara mudah idealisme dapat diartikan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok orang. Idealisme bukan sembarang cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan luhur, suatu nilai kebenaran dan harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil yang istimewa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan.
Pada pertengahan abad ke -19, di tengah-tengah gereja katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Thomas Aquinas. Pada mulanya kalangan gereja ada semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut kemudian menjadi satu paham Thomisme, yaitu pertama ajaran Thomisme sudah sempurna, tugas kita adalah memberikan tafsir sesuai zaman, kedua walau ajaran Thomisme sudah sempurna namun masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas oleh karenanya sekarang perlu diadakan penyesuaian sesuai dengan ilmu pengetahuan.




















DAFTAR PUSTAKA

Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmoderisme, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Achmadi, Asmoro. 2010. Filsafat Umum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Soemargono, Sarjono. 2004. Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana yogya
  Muminatus, “ Filsafat Idealisme”, diakses pada tanggal 13 Desember 2011 dari  http://muminatus.blog.com/filsafat-idealisme/
Sujarwo, Ahmad, “ Neo-Thomisme(Neo-Scholastik) dan Neo-Hegelianism”, diakses pada tanggal 13 Desember 2011 dari http://jarwoarronggo.blogspot.com/




Copyright 2009 Neng Ingin Berbagi. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates