BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Filsafat Modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat
yang menjadi tanda berakhirnya era skolastisisme.
Waktu munculnya filsafat modern adalah abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat
dan Amerika Utara.
Filsafat Modern ini pun dimulai sejak munculnya rasionalisme
lewat pemikiran Descartes,
seorang filsuf terkemuka di zaman Modern. Periode dimana berbagai aliran
pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam kancah pemikiran filosofis
Barat. Filsafat Barat menjadi penggung perdebatan antar
filsuf terkemuka. Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang
khas. Argumentasi mereka pun tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang
tajam dan pragmatis, ada juga yang sentimental. Sejarah filsafat pada masa
modern ini dibagi ke dalam dua zaman atau periode, yaitu: zaman Renaissans (Renaissance),
zaman Pencerahan Budi (Aufklarung),
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
sejarah
muncul nya filsafat masa modern
2.
masa
Renaissans
3.
masa
Aufklarung
C. TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui sejarah filsafat masa modern
2.
Untuk
mengetahui paham-paham yang muncul pada zaman masa modern
3.
Untuk
mengetahui perkembangan filsafat pada masa modern
BAB II
PEMBAHASAN
Yunani-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia
sebagai subjek utama. Filsafat Yunani, misalnya menampilkan manusia
sebagai makhluk yang berpikir terus-menerus memahami lingkungan alamnya dan
juga menentukan prinsip-prinsip bagi tindakannya sendiri demi mencapai
kebahagiaan hidup (eudaimonia). Kesustraan Yunani, misalnya kisah
tentang Odisei karya penyair Yunani Kuno, Homerus,
menceritakan tentang keberanian manusia menjelajahi suatu dunia yang penuh
dengan tantangan dan pengalaman baru. Arsitektur ala Yunani-Romawi mencerminkan
kemampuan manusia dalam menciptakan harmoni dari aturan hukum, kekuatan, dan
keindahan.
Selain itu,
kemampuan bangsa Romawi dalam bidang tehnik dan kemampuan berorganisasi pantas
mendapatkan acungan jempol. Semua ini jelas menunjukkan bahwa kebudayaan
Yunani-Romawi memberikan tempat utama bagi manusia dalam kosmos. Suatu
pandangan yang biasa disebut dengan ''Humanisme Klasik''.
Pada masa Modern terjadi perkembangan
yang pesat pada bidang ekonomi. Hal ini terlihat dari kota-kota yang berkembang
menjadi pusat perdagangan, pertukaran barang, kegiatan ekonomi monoter, dan
perbankan. Kaum kelas menengah melakukan upaya untuk bangkit dari keterpurukan
dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini berkaitan dengan
syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa dibeli dengan
uang Makanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan penting untuk memnuntut
manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut pandang sosio-ekonomi
menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan tuntutan-tuntutan baru dan praktis
yang harus dijawab berdasarkan kemampuan akal budi yang mereka miliki. Kemampuan
ini tanpa harus mengacu kepada otoritas lain, entah itu dari kekuasaan gereja,
tuntutan tuan tanah feodal, maupun ajaran muluk-muluk dari
para filsuf. Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke
dalam dua zaman atau periode, yaitu: zaman Renaissans (Renaissance), zaman Pencerahan Budi (Aufklarung),
A. ZAMAN RENAISSANCE
Zaman Renaisans adalah
zaman kelahiran-kembali (Renaissance, bahasa Perancis)
kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan
ke-16 M. Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang
sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani. Namun, orang-orang kini mencari
orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif bagi kebudayaan Yunani-Romawi
sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik. Kebudayaan
Raissans ditujukan untuk menghidupkan kembali Humanisme Klasik yang
sempat terhambat oleh gaya berpikir sejumlah tokoh Abad Pertengahan. Filsuf
penting adalah N Macchiavelli (1469-1527), Thoman Hobbes (1588-1679), Thomas
More (1478-1535) dan Francis Bacon (1561-1626).
Pembaharuan terpenting
yang kelihatan dalam filsafat renaissance itu “antroposentris”-nya.pusat
perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos, seperti dalam jaman kuno,atau Tuhan,
seperti abad pertengahan,melainkan manusia. Mulai sekarang manusialah yang
dianggap sebagai titik focus dari kenyataan. Kita
bukan hanya umat manusia, tetapi kita juga adalah individu-individu unik yang
bebas untuk berbuat ssuatu dan menganut keyakinan tertentu. Kemuliaan
manusia sendiri terletak dalam kebebasannya untuk menentukan pilihan sendiri
dan dalam posisinya sebagai penguasa atas alam (Pico Della Mirandola).
Gagasan ini mendorong munculnya sikap pemujaan tindakan terbatas pada
kecerdasan dan kemampuan individu dalam segala hal. Gambaran manusia di sini
adalah manusia yang dicita-citakan Humanisme Renaissans adalah manusia
universal (Uomo Universale). Satu hal yang yang menjadi perhatian pada
masa Renaissance ini adalah perkembangannya. Perkembangan pada masa ini
menimbulkan sebuah masa yang amat berperan di dalam dunia filsafat . Inilah
yang menjadi awal dari masa modern.
B. ZAMAN AUFKLARUNG
1. Definisi filsafat abad ke-18,era Aufklarung (
masa pencerahan)
Filsafat
abad ke-18 di Jerman disebut Zaman Aufklarung atau zaman pencerahan yang di
Inggris dikenal dengan Enlightenment,yaitu suatu zaman baru dimana
seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Zaman ini muncul dimana manusia lahir dalam
keadaan belum dewasa dalam pemikiran filsafatnya. Namun setelah Immanuel Kant
mengadakan penyelidikan dan kritik terhadap peran pengetahuan akal barula
manusia terasa bebas dari otoritas yang datang dari luar manusia demi kemajuan
peradaban manusia. Pemberian nama ini juga dikarenakan pada zaman itu
manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Immanuel Kant mendefenisikan zaman
itu dengan mengatakan, “Dengan Aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari
keadaan tidak balig yang dengannya ia sendiri bersalah.” Apa sebabnya manusia
itu sendiri yang bersalah? Karena manusia itu sendiri tidak menggunakan
kemungkinan yang ada padanya,yaitu rasio.
Sebagai
latar belakangnya,manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu
pasti,biologi,filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan .
Disisi lain jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar
filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Isaac Newton (
1642-1727) memberikan dasar-dasar berpikir dengan induksi,yaitu pemikiran
yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar
yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan analisis. Dengan demikian zaman
pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia Barat yang
sudah dimulai sejak Renaissance dan Reformasi.
Para tokoh era
Aufklarung ini juga merancang program-program khusus diantaranya adalah
berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer. Senjatanya adalah
fakta-fakta ilmu dan metode-metode rasional.
2. Masa Pencerahan di Tiga Negara Eropa
a.
Pencerahan di Jerman
Pada umumnya Pencerahan
di Jerman tidak begitu bermusuhan sikapnya terhadap agama Kristen
seperti yang terjadi di Perancis. Memang orang juga berusaha menyerang
dasar-dasar iman kepercayaan yang berdasarkan wahyu, serta menggantinya dengan
agama yang berdasarkan perasaan yang bersifat pantheistic, akan tetapi semuanya
itu berjalan tanpa “perang’ terbuka.
Yang menjadi pusat
perhatian di Jerman adalah etika. Orang bercita-cita untuk mengubah ajaran
kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan
umum, yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan.
Sejak semula
pemikiran filsafat dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris dan di Perancis. Hal itu mengakibatkan
bahwa filsafat Jerman tidak berdiri sendiri.
Para
perintisnya di antaranya adalah Samuel Pufendorff(1632-1694), Christian
Thomasius (1655-1728). Akan tetapi pemimpin yang sebenarnya di bidang filsafat
adalah Christian Wolff (1679- 1754). la mengusahakan agar filsafat menjadi
suatu ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, dengan mengusahakan adanya
pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti-bukti yang kuat. Penting sekali
baginya adalah susunan sistim filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-gagasan
yang jelas dan penguraian yang tegas. Dialah yang menciptakan pengistilahan-pengistilahan
filsafat dalam bahasa Jerman dan menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi
pemikiran ilmiah. Karena pekerjaannya itu filsafat menarik perhatian
umum.
Pada dasarnya filsafatnya adalah
suatu usaha mensistimatisir pemikiran Leibniz dan menerapkan pemikiran itu pada
segala bidang ilmu pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang terdapat
penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz. Hingga munculnya Kant
yang filsafatnya merajai universitas-universitas di Jerman.Orang yang
seolah-olah dengan tiba-tiba menyempurnakan Pencerahan adalah Immanuel Kant
(1724-1804). Yang merupakan Filsuf yang pengaruhnya terhadap filsafat pada dua
ratus tahun terakhir ini,baik di Barat maupun di Timur, hampir secara universal
diakui sebagai filsuf terbesar sejak masa Aristoteles. Ada yang berpendapat
bahwa filsafat pada dua ratus tahun terakhir ini bagaikan catatan kaki terhadap
tulisan-tulisannya. Ada juga yang berpendapat sistem filsafatnya bagi dunia
modern ini laksana Aristoteles bagi dunia skolastik:
Kant lahir di Konigserg, Prusia
Timur,Jerman.Pikiran-pikiran dan tulisan-tulisannya membawa revolusi yang jauh
jangkauannya dalam filsafat modern.ia hidup dizaman Scepticism Sebagian besar
hidupnya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical process of thought
(proses penalaran logis),the external world (dunia eksternal) dan reality of
things (realitas segala yang wujud ).
Kehidupannya dalam dunia filsuf
dibagi dalam dua periode: zaman pra-kritis dan zaman kritis. Pada zaman
pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolff dkk.
Tetapi karena terpengaruh oleh David Hume ( 1711-1776), berangsur-angsur Kant
meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang
membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kriitsnya , Kant merubah
wajah filsafatnya secara radikal. Dilingkungan masyarakatnya,Kant sering
menjadi subjek karikatur secara tidak wajar,semisal bahwa rutinitas hariannya
amat kaku sampai-sampai para tetangganya menyetel arloji mereka menurut
kedatangan dan kepergiannya setiap hari,namun cerita semacam ini mungkin justru
mencerminkan integritas kehidupannya yang bersesuaian dengan ide-idenya sendiri
jika kita ingin menilainya secara positif.ketika meninggal,epitaf di batu
nisannya hanya bertuliskan“ Sang Filsuf “ sebuah sebutan yang dianggap
tepat,dengan mempertimbangkan bahwa periode filsafat yang bermula dengan
tampilnya Sokrates menjadi lengkap dalam banyak hal dengan hadirnya Kant.7
Dengan munculnya Kant
dimulailah zaman baru, sebab filsafatnya mengantarkan suatu gagasan baru yang
memberi arah kepada segala pemikiran filsafat la sendiri memang merasa,
bahwa is meneruskan Pencerahan.
Karyanya yang terkenal dengan
menampakkan kritisismenya adalah Critique of Pure Reason ?.
(kritik atas rasio murni) yang membicarakan tentang reason dan knowing process
yang ditulisnya selama lima belas tahun.Bukunya yang kedua adalah Critique of
Practical Reason atau kritik atas rasio praktis yang menjelaskan filsafat
moralnya dan bukunya yang ketiga adalah Critique of judgment atau kritik
atas daya pertimbangan.
Kant
yang juga dikenal sebagai raksasa pemikir Barat mengatakan bahwa, Filsafat
merupakan ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi empat persolan
yaitu: Apa yang dapat kita ketahui ? ,Apa yang boleh kita lakukan?,Sampai
dimanakah pengharapan kita? Dan Apakah manusia itu?
b. Pencerahan di
Inggris
Di
Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang
bermacam-macam keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir yang seorang lepas daripada yang
lain, kecuali tentunya beberapa aliran pokok. Salah satu gejala Pencerahan di
Inggris ialah yang disebut Deisme, suatu aliran dalam filsafat Inggris pada
abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert yang
dapat disebut pemberi alas ajaran agama alamiah.
Menurut Herbert, akal mempunyai
otonomi mutlak di bidang . Juga agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas
dasar pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu. Terhadap segala skeptisisme di bidang agama
ia bermaksud sekuat mungkin meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari
agama.
Dasar pengetahuan di bidang agama adalah
beberapa pengertian umum yang pasti bagi semua orang dan secara langsung tampak
jelas karena naluri alamiah, yang mendahului segala pengalaman dalam pemikiran
akal. Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan umum segala manusia,
karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal agama dan
kesusilaan. Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia
sehingga tersusunlah agama alamiah, yang berisi:
a)
bahwa ada Tokoh yang Tertinggi;
b) bahwa manusia
harus berbakti kepada Tokoh yang Tertinggi
itu
c) bahwa
bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan
d)
bahwa manusia karena tabiatnya benci
terhadap dosa dan yakin bahwa tiap pelanggaran kesusilaan harus disesali
e)
bahwa kebaikan dan keadilan Allah memberikan pahala dan hukuman kepada manusia
di dalam hidup ini dan di akhirat.
Menurut Herbert, di dalam segala
agama yang positif terdapat kebenaran-kebenaran pokok dari agama alamiah.
Pada akhir abad ke-17 dan awal abad
ke-18 pandangan Herbert ini lebih
lanjut, baik yang mengenai unsur-unsurnya yang negatif maupun unsur-unsurnya
yang positif.
c. Pencerahan di Perancis
Pada abad ke-18 filsafat di Perancis
menimba gagasannya dari Inggris. Para pelopor filsafat di Perancis sendiri
(Descartes, dll) telah dilupakan dan tidak dihargai lagi. Sekarang yang menjadi
guru mereka adalah Locke dan Newton.
Perbedaan antara filsafat Perancis dan
Inggris pada masa tersebut adalah Di Inggris para filsuf kurang berusaha
untuk menjadikan hasil pemikiran mereka dikenal oleh umum, akan tetapi di
Perancis keyakinan baru ini sejak semula diberikan dalam bentuk populer.
Akibatnya filsafat di Perancis dapat ditangkap oleh golongan yang lebih luas ,
yang tidak begitu terpelajar seperti para filsuf. Hal ini menjadikan keyakinan
baru itu memasuki pandaangan umum. Demikianlah di Perancis filsafat lebih eras
dihubungkan dengan hidup politik, sosial dan kebudayaan pada waktu itu. Karena
sifatnya yang populer itu maka filsafat di Perancis pada waktu itu tidak begitu
mendalam. Agama Kristen diserang secara keras sekali dengan memakai
senjata yang diberikan oleh Deisme.
Sama
halnya dengan di Inggris demikian juga di Perancis terdapat bermacam-macam
aliran: ada golongan Ensiklopedi, yang menyusun ilmu pengetahuan dalam bentuk
Ensiklopedi, dan ada golongan materialis, yang meneruskan asas mekanisme
menjadi materialisme semata-mata.Diantara tokoh yang menjadi sentral
pembicaraan disini adalah Voltaire (1694-1778),Pada tahun 1726 ia mengungsi ke
Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan Newton. Apa yang
telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah:
a)
sampai di mana jangkauan akal manusia, dan
b)
di mana letak batas-batas akal manusia. Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan
soal-soal agama alamiah dan etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah
mengusahakan agar hidup kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan
akal.
Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita
tidak mempunyai gagasan tentang jiwa (pengaruh Locke).Yang kita amati hanyalah
gejala-gejala psikis. Pengetahuan kita tidak sampai kepada adanya suatu
substansi jiwa yang berdiri sendiri. Oleh karena agama dipandang sebagai
terbatas kepada beberapa perintah kesusilaan, maka ia menentang segala dogma,
dan menentang agama.
Di Perancis
pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques Rousseau(1712-1778), yang telah
memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita pencerahan di Perancis.
Sebenarnya ia menentang Pencerahan, yang menurut dia, menyebarkan kesenian dan
ilmu pengetahuan yang umum, tanpa disertai penilaian yang baik, dengan terlalu
percaya kepada pembaharuan umat manusia melalui pengetahuan dan keadaban.
Sebenarnya Rousseau adalah seorang filsuf yang bukan menekankan kepada akal,
melainkan kepada perasaan dan subjektivitas. Akan tetapi di dalam menghambakan
diri kepada perasaan itu akalnya yang tajam dipergunakan. Terkait kebudayaan menurut
Rousseau, kebudayaan bertentangan dengan alam, sebab kebudayaan merusak
manusia. (Yang dimaksud ialah kebudayaan yang berlebih-lebihan tanpa
terkendalikan dan yang serba semu, seperti yang tampak di Perancis pada abad
ke-18 itu.
Mengenai agama Rousseau berpendapat,
bahwa agama adalah urusan pribad.. Agama tidak boleh mengasingkan orang dari
hidup bermasyarakat. Kesalahan agama Kristen ialah bahwa agama ini mematahkan
kesatuan masyarakat. Akan tetapi agama memang diperlukan oleh masyarakat.
Akibat keadaan ini ialah, bahwa masyarakat membebankan kebenaran-kebenaran
keagamaan, yang pengakuannva secara lahir perlu bagi hidup kemasyarakatan,
kepada para anggotanya sebagai suatu undang-undang, yaitu tentang adanya Allah
serta penyelenggaraannya terhadap dunia, tentang penghukuman di akhirat, dsb.
Pengakuan secara lahiriah terhadap agama memang perlu bagi masyarakat, tetapi
pengakuan batiniah tidak boleh dituntut oleh negara.
Pandangan
Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat dengan ajarannya tentang negara
dan masyarakat. Menurut dia, pendidikan bertugas untuk membebaskan anak dari
pengaruh kebudayaan dan untuk memberi kesempatan kepada anak mengembangkan
kebaikannya sendiri yang alamiah. Segala sesuatu yang dapat merugikan
perkembangan anak yang alamiah harus dijauhkan dari anak. Di dalam pendidikan
tidak boleh ada pengertian “kekuasaan” yang memberi perintah dan yang harus
ditaati. Anak harus diserahkan kepada dirinya sendiri. Hanya dengan cara demikian
ada jaminan bagi pembentukan yang diinginkan. Juga pendidikan agama yang secara
positif tidak boleh diadakan. Anak harus memilih Sendirikeyakinan apa yang
akan diikutinya. Bagi seorang muslim,paham seperti ini tentu sangat
menyesatkan.
Harun Hadiwijono berkesimpulan bahwa
Pencerahan di Perancis memberikan senjata rohani kepada revolusi Perancis.
3. Aliran-aliran yang muncul dimasa pencerahan
a.Kritisisme
Aliran
ini dimulai di Inggris, kemudian Prancis dan selanjutnya menyebar keseluruh
Eropa,terutama di Jerman.Di Jerman pertentangan antara rasionalisme dan
empirisme terus berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul
masalah,siapah sebenarnya dikatakan sumber pengetahuan? Apakah pengetahuan yang
benar itu lewat rasio atau empiri? Kant mencoba menyelesaikan persoalan diatas.
Pada awalnya Kant mengikuti rasionalisme,tetapi kemudian terpengaruh oleh
empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya, karena
ia mengetahui bahwa dalam empirisme terkandung skeptisme. Untuk itu tetap
mengakui kebenaran ilmu dan dengan akal manusia akan dapat mencapai
kebenaran.empirsme. Aliran Filsafat yang dkenal dengan kritisisme adalah filsafat
yang di introdusir oleh Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan
menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
Pertentangan antara rasionalisme dan empirisme dicoba untuk
diselesaikan oleh Kant dengan kritisismenya.
Adapun
ciri-ciri kritisisme diantarnya adalah sebagai berikut:
-
Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada
objek.
-
Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau
hakikat sesuatu, rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenya saja.
Tujuan filsafat kritis
Melalui
filsafatnya, Kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan.
Agar maksud itu terlaksana , orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak
rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah menemukan
kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari pengalaman.
Adapun empirisme mengira telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja.
Ternyata empirisme, sekalipun dimulai dengan ajaran yang murni tentang
pengalaman, tetap melalui idealisme subjektif bermuara pada suatu skeptisme
yang radikal. Dalam hal ini Kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis
terhadap rasio murni. Menurutnya, Syarat dasar bagi
segala ilmu pengetahuan adalah :bersifat umum dan mutlak dan yang kedua adalah
memberi pengetahuan baru. Sedangkan menurut Hume, ada jurang yang lebar antara
kebenaran – kebenaran rasio murni dengan realitas dalam dirinya sendiri.Salah
satu tujuan filsaft Kant yang disebut sebagai filsafat kritis,dengan metodenya
yang dikenal dengan sebutan metode transendental,dimana pengetahuan
mencerminkan struktur kategoris pikiran,ialah memberikan sebuah alternatif
pembenaran filosofis terhadap hasil-hasil Newton. Sistem konsep-konsep yang
dipakai dalam geometri Euklidean dan fisika Newtonian secara unik relevan bagi
pengalaman aktual manusia.
Dan
berikut kami paparkan kritik terhadap rasionalisme,empirisme dan kombinasi
antara keduanya:
1.
Kritik terhadap Rasionalisme
Dalam
hal ini ada tiga macam kritik yang dilontarkan Kant yaitu:
a.
Critique
of Pure Reason (kritik atas rasio murni)
Kritisisme
Kant dapat dianggap sebagai suatu usaha besar untuk mendamaikan rasionalisme
dengan empirisme. Rasionalisme mementingkan unsur apriori dalam pengenalan ,
berarti unsur –uunsur yang terlepas dari segalah pengalaman.Sedangkan Empirisme
menekankan unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari
pengalaman ( seperti Locke yang
menganggap rasio sebagai” Lembaran putih “- as a white paper). Menuru
Kant ,baik rasionalisme maupun empirisme kedua-duanya berat sebelah. Ia
berusaha menjelaskan bahwa pengalaman manusia merupakan perpadun antara sintesa
unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori.
Walaupun
Kant sangat mengagumi empirisme Hume,empirisme yang bersifat rtadikal dan
konsekuen, ia tidak dapat menyetujui skeptisime yang dianut Hume dengan
kesimpulannya bahwa dalam ilmu pengetahuan kita tidak mampu mencapai kepastian.
Pada waktu Kant hidup, sudah menjadi jelas bahwa ilmu pengetahuan alam yang dirumuskan
Newton memperoleh sukses besar .
Kant mengadakan suatu revolusi
filsafat.Ia berkata bahwa ia ingin mengusahakan suatu “revolusi kopernikan”
yang berarti suatu revolusi yang dapat dibandingkan dengan perubahan
revolusioner yang dijadikan Copernicus dalam bidang astronomi. Dahulu para
filsuf telah mencoba memahami pengenalan dengan mengandaikan bahwa si subjek
mengarahkan diri kepada objek. Kant mengerti pengenalan dengan berpangkal dari
anggapan bahwa objek mengarahkan diri pada subjeek. Sbagaimna Copernicus
menetapkan bahwa bumi berputar sekitar matahari dan bukan sebaliknya, demikkian
juga Kant memperlihatkan bahwa pengenalan berpusat pada subjek bukan pada
objek.
b.
Critique
of Practical Reason (kritik atas rasio praktis)
Rasio dapat menjalankan ilmu
pengetahuan,sehingga rasio disebut rasio teoritis atau menurut istilah Kant
sendiri adalah rasio murni. Akan tetapi,di samping rasio murni terdapat apa
yang disebut rasio praktis yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita
lakukan,atau dengan kata lain,rasio yang memberi perintah kepada kehendak kita.
Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberikan perintah yang mutlak yang
disebutnya sebagai imperatif kategori. Kant kemudian bertanya, ”Bagaimana
‘keharusan’ itu mungkin? Apakah yang memungkinkan keharusan itu ? Prinsip pokok
untuk menjawab pertanyaan ini adaladh,kalau kita harus,maka kita bisa juga.
Seluruh tingkah laku manusia menjadi mustahil,jika kita wajib membuat apa yang
tidak bisa dilakukan. Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari
sebaik-baiknya bahwa ketiga hal itu dibuktikan,hanya dituntut. Itulah
sebabnya Kant menyebutnya ketiga postulat dari rasio praktis. Ketiganya
yang dimaksud adalah:Kebebasan kehendak,immoralitas jiwa dan yang ketiga adalah
adanya Allah.
c.
Critique
of judgment atau kritik atas daya pertimbangan
sebagai
konsekuensi dari”kritik atas rasio murni daan “kritik atas rasio praktis adalah
munculnya dua lapangan tersendiri yaitu lapangan keperluan mutlak di bidang
alam dan lapangan kebebasan di bidang tingkah laku manusia. Maksud dari kritik
of judgment ialah mengerti kedua persesuaian kedua lapangan ini. Hal ini
terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).Filsafat bisa bersifat
subjektif dan objektif. Kalau filsafat bisa bersifat subjektif,manusia
mengarahkan objek pada diri manusia itu sendiri. Inilah yang terjadi didalam
pengalaman estetis (seni). Pengaalaman estetis itu diseleidiki dalam bagian
pertama bukunya,yaitu berjudul Kritik der Astheischen Urteiilskraft.Dengan
finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda
alam. Finalitas dalam alam itu diselidiki dalam bagian ke dua, yaitu Kritik
der Theoligischen Unteilskraft. Kant terdorong untuk menggagas metode
filosofisnya karena alasan yang sama dengan alasan Descrates. Ia bertanya dalam
hati mengapa ilmu-ilmu lain maju pesat tetapi metafisika tidak demikian.
bentuk
lain dari kritik terhadap rasionalisme adalah sebagai berikut :
1.
Pengetahuan rasional dibentuk
oleh idea yang tidak dapat dilihat maupun diraba. Eksistensi tentang idea yang
sudah pasti maupun yang bersifat bawaan itu sendiri belum dapat dilakukan oleh
semua manusia dengan kekuatan dan keyakinan yang sama. Lebih jauh terdapat
perbedaan pendapat yang nyata di antara kaum rasionalis itu sendir mengenai
kebenaran dasar yang menjadi landasan dalam menalar. Plato,St. Augustine dan
Descratws masing-masing mengembangkan teori-teori rasional sendiri yang
masing-masing berbeda.
2.
Banyak diantara manusia yang
berpikiran jauh,merasa bahwa mereka menemukan kesukaran yang besar dalam
menerapkan konsep rasional kepada masalah kehidupan yang praktis. Kecendrungan
terhadap abstraksi dan kecendrungan dalam meragukan serta menyangkal syahnya
pengalaman akeinderaan telah dikritik habis-habisan. Kritikus yang terdidik
biasanya mengeluh bahwa kaum rasionalis memperlakukan idea atau konsep
seakan-akan mereka adalah benda yang obyektif. Menghilangkan nilai dari
pengalaman keinderaan,menghilangkan pentingnya benda-benda fisik sebagai
tumpuan ,lalu menggantinya dengan serangkaian abstraksi yang
samar-samar,dinilai mereka sebagai suatu metode yang sangat meragukan dalam
memperoleh pengetahuan yang dapat diandalkan.
3.
Teori rasional gagal dalam
menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia selama ini. Banyak
dari idea yang sudah pasti pada suatu waktu kemudian berubah pada waktu yang
lain. Pada suatu saat dalam sejarah, idea bahwa bumi adalah pusat dari sistem
matahari hampir diterima secara umum sebagai suatu pernyataan yang pasti.
2. Kritik terhadap Empirisme
a.
Empirisme didasarkan pada pengalaman. Tetapi
apakah yang disebut pengalaman?
b.
Sekali waktu dia hanya berarti
rangsangan pancaidera. Lain kali dia muncul sebagai sebuah sensasi ditambah
dengan penilaian.Sebagai sebuah konsep,ternyata pengalaman tidak berhubungan
langsung dengan kenyataan obyektif yang sangat ditinggikan oleh kaum empiris.
Kritukus kaum empiris menunjukkan bahwa fakta tidak mempunyai apa pun yang
bersifat pasti. Fakta itu sendiri tak menunjukkan hubungan di antara mereka
terhadap pengamat yang netral. Jika dianalisis secara kritis maka”pengalaman”
merupakan pengertian yang terlalu samar untuk dijadikan dasar bagi sebuah teori
pengetahuan yang sistematis.
c.
Sebuah teori yang sangat
menitiberatkan pada persepsi pancaidera kiranya melupakan kenyataan bahwa
pancaindera manusia adalah terbatas dan tidak sempurna. Pancaindera kita sering
menyesatkan di mana hal ini disadari oleh kaum empiris itu sendiri. Empirisme
tidak mempunyai perlengakapan untuk membedakan antara khayalan dan fakta.
d.
Empirisme tidak memberikan kita
kepastian. Apa yang disebut pengetahuan yang mungkin, sebenarnya merupakan
pengetahuan yang seluruhnya diragukan. Tanpa terus berjaga-jaga dan mempunyai
urutan pengalaman indera yang tak terputus-putus,.
3. Kombinasi antara rasionalisme dan empirisme
Terdapat
suatu anggapan yang luas bahwa ilmu pada dasarnya adalah metode
induktif-empiris dalam memperoleh pengetahuan. Memang terdapat beberapa alasan
untuk mendukung penilaian ini karena ilmuwan mengumpulkan fakta-fakta yang
tertentu,melakukan pengamatan dan mempergunakan data inderawi, Walau
demikian,analisis yang mendalam terhadap metode
keilmuan
akan menyingkapkan kenyataan,bahwa apa yang dilakukan oleh ilmuwan dalam
usahanya mencari pengetahuan lebih tepat digambarkan sebagai suatu kombinasi
antara prosedur empiris dan rasional.
b. Deisme
Deisme
adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini.
Akan tetapi setelah dunia diciptakan, Allah menyerahkan dunia kepada nasibnya
sendiri. Sebab Ia telah memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala
sesuatu berjalan sesuai dengan hukum-hukumnya. Manusia dapat menunaikan
tugasnya dalam berbakti kepada Allah dengan hidup sesuai dengan hukum-hukum
akalnya.
Maksud
aliran ini adalah menaklukkan wahyu Ilahi beserta dengan
kesaksian-kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab, kepada kritik akal serta
menjabarkan agama dari pengetahuan yang alamiah, bebas dari segala ajaran
Gereja. Yang dipandang sebagai satu-satunya sumber dan patokan kebenaran adalah
akal.
Tokoh-tokoh
yang mewakili aliran ini di antaranya adalah John Toland (1670-1722), yang
menulis Christianity not mysterious (1696), dan Matteh Tindal (1656-1733), yang
menulis Christianity as Old as Creation (1730).
Di bidang
filsafat orang yang meneruskan karya Locke di bidang metafisika adalah George
Berkeley (w1753), yang mempunyai pangkal pikiran sama dengan Locke. Namun
kesimpulan-kesimpulannya berbeda dengan kesimpulan-kesimpulan Locke, yaitu
lebih tajam, bahkan sering bertentangan dengan Locke. Oleh karena itu Berkeley
bermuara ke dalam aliran idealisme, yang ia sendiri menyebutnya imaterialisme,
sebab ia menyangkal adanya suatu dunia yang ada di luar kesadaran manusia.
Keyakinannya yang
asasi adalah :
a) segala realitas di luar manusia tergantung
kepada kesadaran;
b)
tiada perbedaan antara dunia rohani dan dunia bendawi;
c)
tiada perbedaan antara gagasan pengalaman batiniah dan gagasan pengalaman
lahiriah, sebab pengamatan adalah identik dengan gagasan yang diamati;
d)
tiada sesuatu yang berada kecuali roh,
yang dalam realitasnya yang konkrit adalah pribadi-pribadi atau tokoh-tokoh
yang berpikir. Pangkal pikiran Berkeley terdapat pada pandangannya di bidang
teori pengenalan Menurut dia segala pengetahuan bersandar pada pengamatan.
Pengamatan adalah identik dengan gagasan yang diamati.
sifat pengamatan adalah konkrit, artinya: isi
yang diamati adalah sesuatu yang benar-benar dapat diamati. segala sesuatu yang
kita amati adalah konkrit.
Pengertian
Locke yang mengenai substansi dipandangnya hanya sebagai hipotese yang
sewenang-wenang dan berlebih-lebihan, substansi, demikian Berkeley, tidak lebih
dari suatu penggabungan yang tetap dari gagasan-gagasan. Seandainya kita
meniadakan segala sifat yang ada pada sesuatu, tidak akan ada sesuatu lagi.
Sebab sifat-sifat itulah yang membentuk isi sesuatu tadi. sesuatu yang kita
kenal sebenarnya adalah suatu kelompok sifat-sifat yang dapat diamati. Sebuah
meja, umpamanya, terdiri dari bentuknya yang tampak, kerasnya yang dapat
diraba, suaranya yang dapat didengar jikalau ditarik dari tempatnya, dan
lain-lainnya.
Orang
yang mengembangkan filsafat empirisme Locke dan Berkeley secara konsekuen
adalah David Hume (1711-1776).
Dalam
soal teori pengenalan ia mengajarkan, bahwa manusia tidak membawa pengetahuan
bawaan ke dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan
memberikan dua hal, yaitu: kesan-kesan (impression) dan pengertian-pengertian
atau idea-idea (ideas).
Menurut
Hume,Pada umumnya manusia mendasarkan pendapatnya atau pengetahuannya atas
hal-hal yang diterimanya tidak secara langsung, yang melalui idea-idea atau
pengertian-pengertian. Itulah sebabnya manusia sering ragu-ragu, kacau dan
lain sebagainya.
Menurut
Harun Hadiwijono pemikiran Hume ini bersifat analitis, kritis dan skeptic. la
berpangkal kepada keyakinan, bahwa hanya kesan-kesanlah yang pasti, jelas dan
tidak dapat diragukan. Dari situ ia sampai kepada keyakinan, bahwa “aku”yang
merupakan substansi rohani termasuk alam khayalan. Dunia hanya terdiri
dari kesan-kesan yang terpisah-pisah, yang tidak dapat disusun secara obyektif
sistematis, karena tiada hubungan sebab-akibat di antara kesan-kesan itu.
Demikianlah tampak ada garis yang berkesinambungan atau
kontinyu, yang dimulai dari Locke, diteruskan oleh Berkeley dan sampai kepada
Hume. Pemikiran ketiga orang ini terlebih-lebih diarahkan kepada ajaran tentang
pengenalan.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Di abad ke-18 dimulai suatu zaman
baru yang memang telah berakar pada Renaissance dan mewujudkan buah pahit dari rasionalisme
dan empirisme. Masa ini disebut dengan masa pencerahan atau Aufklarung yang
menurut Immanuel Kant,di zaman ini manusia terlepas dari keadaan tidak balik
yang disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri yang tidak memanfaatkan
akalnya. Voltaire menyebut zaman pencerahan sebagai “zaman akal” dimana manusia
merasa bebas, zaman perwalian pemikiran manusia dianggap sudah berakhir, mereka
merdeka dari segala kuasa dari luar dirinya. Para tokoh era
Aufklarung ini juga merancang program-program khusus diantaranya adalah
berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer. Senjatanya adalah
fakta-fakta ilmu dan metode-metode rasional.
Di Jerman hadir sosok Immanuel Kant
yang dalam filsafat kritiknya ia bermaksud memugar sifat objektivitas dunia
ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana ,orang harus menghindarkan
diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihar empirisme.
Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada
diri subjeknya, lepas dari pengalaman. Adapun empirisme mengira telah
memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja. Kritisisme Kant adalah suatu
usaha besar untuk mendamaikan rasionalisme dengan empirisme.
Menurut Kant baik rasionalisme maupun empirisme
dua-duanya berat sebelah. Ia berusaha menjelaskan bahwa pengalaman manusia
merupakan perpaduan antara sintesa unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur
aposteriori.
Di Inggris muncul paham deisme
sebagai salah satu gejala Pencerahan yang juga disebut pemberi alas ajaran
agama alamiah. Munculnya paham deisme ini sebagai bentuk penggabungan terhadap
gagasan Eduard Herbert
Menurut Herbert, akal mempunyai
otonomi mutlak di bidang agama. Juga agama Kristen ditaklukkan kepada akal.
Atas dasar pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu.
0 komentar:
Posting Komentar