BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Tulisan yang berjudul
“Pragmatisme: Sebuah tinjauan Sejarah Intelektual Amerika" akan membahas
apa sebenarnya pragmatisme itu, dan ia sebagai filsafat Amerika Serikat. Dalam
tulisan ini juga membahas sejarah timbulnya pracmatisme di Amerika Serikat
sekaligus di kaitkan dengan tokoh-tokoh yang mempelopori filsafat pragmatisme
ini.
Akhir-akhir ini, kalau
kita mengamati secara tajam perkembangan negara kita ini, kita akan kerap
mendengar kata-kata seperti "pragmatis", "berguna",
laksanakan yang bermanfaat bagi masyrakat saja, ada gunanya atau tidak sarana
itu. Ungkapan-ungkapan itu belakangan ini semakin santer disuarakan.
Secara fenomenologis
hal itu berarti ada suatu sumbernya. Di belakang sumber itu pasti ada aliran cara
berfikir tertentu yang berpengaruh. Apakah sumber itu? Inilah yang akan kita
pertanyakan untuk kita ketahui. Dengan demikian, kita akan memasuki sumber itu
untuk mengerti latar belakang aliran atau cara berfikir apa yang mempengaruhi
ungkapan-uangkapan di atas.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PRAGMATISME
1. Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme
adalah aliran filsafat
yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang
bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif
dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari
pengetahuan kepada individu-individu.
Dasar
dari pragmatisme adalah logika
pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia
dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu
sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.
Representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi
dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide
menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian,
filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar
kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik,
sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat
di dalam sejarah.
Pada
garis besarnya, filsafat Amerika Serikat senasib dengan kebudayaan Amerika pada
umumnya. Seperti kita ketahui bahwa kebudayaan Amerika Serikat mempunyai ciri
khas yaitu tidak mempunyai tradisi yang panjang. Karena itu, ia belum pernah
mempunyai wajah sendiri. Kebudayaannya bersandar pada "self made
man". Apabila kita lihat, pandang secara cermat, ciri yang penting adalah
perkembangan material dan tekniknya. Perkembangan ini sangat mempengaruhi alam
pemikiran bangsa tersebut. Pengaruh itu jelas dalam pragmatisme.
Istilah
pragmatisme berasal dari kata Yunani "pragma" yang berarti perbuatan
atau tindakan. "Isme" di sini sama artinya dengan isme-isme yang
lainnya yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian
pragmatisme berarti: ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti
tindakan. Kreteria kebenarannya adalah "faedah" atau
"manfaat". Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar
apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori adalah benar if it
works ( apabila teori dapat diaplikasikan).
Dalam
usahanya untuk memcahkan masalah-masalah metafisik yang selalu menjadi
pergunjingan berbagai filosofi tulah pragmatisme menemukan suatu metoda yang
spesifik, yaitu dengan mencari konsekwensi praktis dari setiap konsep atau
gagasan dan pendirian yang dianut masing-masing pihak.
Dalam
perkembangannya lebih lanjut, metode tersebut diterapkan dalam setiap bidang
kehidupan manusia. Karena pragmatisme adalah suatu filsafat tentang tindakan
manusia, maka setiap bidang kehidupan manusia menjadi bidang penerapan dari
filsafat yang satu ini. Dan karena metode yang dipakai sangat populer untuk di
pakai dalam mengambil keputusan melakukan tindakan tertentu, karena menyangkut
pengalaman manusia sendiri, filsafat inipun segera menjadi populer. Dan
filsafat ini yang berkembang di Amerika pada abad ke-19 sekaligus menjadi
filsafat khas Amerika dengan tokoh-tokohnya seperti Charles Sander Peirce,
William James, dan John Dewey menjadi sebuah aliran pemikiran yang sangat
mempengaruhi segala bidang kehidupan Amerika.
Namun
filsafat inl akhirnya menjadi lebih terkenal sebagai suatu metode dalam
mengambil keputusan melakukan tindakan tertentu atau yang menyangkut
kebijaksanaan tertentu. Lebih dari itu, karena filsafat ini merupakan filsafat
yang khas Amerika, ia dikenal sebagaimana suatu model pengambilan keputusan,
model bertindak, dan model praktis Amerika.
Bagi
kaum pragmatis, untuk mengambil tindakan tertentu, ada dua hal penting.
Pertama, ide atau keyakinan yang mendasari keputusan yang harus diambil untuk
melakukan tindakan tertentu. Dan yang kedua, tujuan dari tindakan itu sendiri.
Keduanya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan suatu paket tunggal dari
metode bertindak yang pragmatis. Pertama-tama manusia memiliki ide atau
keyakinan itu yang ingin direalisasikan.
Untuk
merealisasikan ide atau keyakinan itu, manusia mengambil keputusan yang berisi:
akan dilakukan tindakan tertentu sebagai realisasi ide atau keyakinan tadi.
Dalam hal ini, sebagaimana diketahui oleh Peirce, tindakan tersebut tidak dapat
diambil lepas dari tujuan tertentu. Dan tujuan itu tidak lain adalah hasil yang
akan diperoleh dari tindakan itu sendiri, atau konsekwensi praktis dari adanya
tindakan itu.
Apa
yang dikatakan oleh Peirce tersebut merupakan prinsip pragmatis dalam arti yang
sebenarnya. Pragmatisme dalam hal ini tidak lain adalah suatu metode untuk
menentukan konsekwensi praktis dari suatu ide atau tindakan.
Karena
itulah pragmatisme diartikan sebagal suatu filsafat tentang tindakan. Itu
berarti bahwa pragmatisme bukan merupakan suatu sistem filosofis yang siap
pakai yang sekaligus memberikan jawaban terakhir atas masalah-masa1ah
filosofis.
2.
Sejarah
Lahirnya Pragmatisme
Aliran
ini terutama berkembang di Amerika
Serikat, walau pada awal perkembangannya
sempat juga berkembang ke Inggris,
Perancis,
dan Jerman.
William James
adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan dari aliran ini ke seluruh
dunia. William James dikenal juga secara luas dalam bidang psikologi.
Filsuf awal lain yang terkemuka dari pragmatisme adalah John
Dewey. Selain sebagai filsuf, Dewey juga
dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.
Secara
etimologis, kata 'pragmatisme' berasal dari kata bahasa
Yunani pragmatikos yang berarti
cakap dan berpengalaman dalam urusan hukum, dagang, dan perkara negara. Istilah
pragmatisme disampaikan pertama kali oleh Charles Peirce
pada bulan Januari
1878 dalam artikelnya yang berjudul How
to Make Our Ideas Clear.
Kendati
pragmatisme merupakan filsafat Amerika, metodenya bukanlah sesuatu yang sama
sekali baru, Socrates sebenarnya ahli dalam hal ini, dan Aristoteles telah menggunakannya
secara metodis John Locke (1632 - 1704), George Berkeley (1685 - 1753), dan
Dayid Hume (1711 - 1776) mempunyai sumbangan yang sangat berarti dalam
pemikiran pragmatis ini (Copleston, 1966: 342).
Dari
segi historis, abad ke-19 di tandai dengan skeptisisme yang di tiupkan oleh
teori evolusi Darwin. Nilai religius dan spiritual menjadi, dipertanyakan.
Filsafat Unitarian, suatu aliran pemikiran yang hanya menerima ke Esaan, Tuhan
yang bergantung pada argumen-argumen tentang teologi kodrati dan perwahyuan,
lemah dalam membela diri terhadap evolusi onisme. Karena kaum ilmuan menerima
teori evolusi Darwin, filosof-filosof Unitarian menjadi tenggelam. Lebih lagi
karena keyakinan bahwa pemikiran mengenai proses seleksi dan evolusi alamiah
berakhir dengan atheisme dan bahwa manusia hanya bisa membenarkan eksistensinya
dengan agama, mereka tidak dapat mengintegrasikan hipotesis evolusi ke dalam
keyakinan mereka (Bukhart, 1978: xiii).
Pada
saat yang sama, suatu kelompok pemikir dari Harvard menemukan suatu jalan untuk
menghadapi krisis teologi ini tanpa mengorbankan ajaran agama yang essensial.
Kelompok ini melihat bahwa suatu interpretasi yang mekanistis tentang teori
Darwin dapat menghancurkan agama dan dapat mengarah ke aliran ateisme yang
fatalistis. Mereka khawatir bahwa interpretasi ini dapat berakhir dengan sikap
yang pasif, apatis, bunuh diri dan semacamnya. Karena itu mereka menganjurkan
agar evolusi Darwin dipahami secara lain. Dan karena filsafat Unitarian sendiri
hampir mati, kelompok ini yang dikenal dengan "Perkumpulan
Metafisika", menyusun prinsip-prinsip pragmatisme baik secara bersama
maupun secara individual dalam menghadapi evolusi Darwin (Kuck-lick, 1979:
xix).
Istilah
pragamatisme sebenarnya diambil oleh C.S. Peirce dari Immanuel Kant. Kant
sendiri memberi nama "keyakinan-keyakinan hipotesa tertentu yang mencakup
penggunaan suatu sarana yang merupakan suatu kemungkinan real untuk mencapai
tujuan tertentu”. Manusia memiliki keyakinan-keyakinan yang berguna tetapi
hanya bersifat kemungkinan belaka, sebagaimana dimiliki oleh seorang dokter
yang memberi resep untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Tetapi Kant baru
melihat bahwa keyakinan-keyakinan pragmatis atau berguna seperti itu dapat di terapkan
misalnya dalam penggunaan obat atau semacamnya.
la
belum menyadari bahwa keyakinan seperti itu juga cocok untuk filsafat. Karen
Peirce sangat tertarik untuk membuat filsafat dapat diuji secara ilmiah atau
eksperiemntal, ia mengambil alih istilah pragmatisme untuk merancang suatu
filsafat yang mau berpeling kepada konsekwensi praktis atau hasil eksperimental
sebagai ujian bagi arti dan validitas idenya.
Dalam
rangka itulah Peirce mencoba merintis suatu pemikiran filosofis baru yang agak
lain dari pemikiran filosofis tradisional. Pemikiran filosofis yang baru ini
diberi nama Pragmatisme. Pragmatisme lalu dikenal pada permulaannya sebagai
usaha Peirce untuk merintis suatu metode bagi pemikiran filosofis sebagaimana
yang dikehendaki di atas.
Pragmatisme merupakan bagian sentral dari
usaha membuat filsafat tradisional menjadi ilmiah. Tetapi untuk merevisi
seluruh pemikiran filosofis tradisional bukan suatu hal yang mudah. Untuk
maksud benar-benar dibutuhkan revisi dalam logika dan metafisika yang merupakan
dasar filsafat.
Dengan
demikian, progmatisme muncul sebagai usaha refleksi analitis dan filosofis
mengenai kehidupan Amerika sendiri yang dibuat oleh orang Amerika di Amerika
sebagai suatu bentuk pengalaman mendasar, dan meninggalkan jejaknya pada setiap
kehidupan Amerika. Oleh karena itu ada suatu alasan yang kuat untuk meyakini
bahwa pragmatisme mewakili suatu pandangan asli Amerika tentang hidup dan
dunia. Atau barangkali lebih tepat kalau dikatakan bahwa pragmatisme
mengkristalisasikan keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap yang telah menentukan
perkembangan Amerika sebagaimana menggejala dalam berbagai aspek kehidupannya,
misalnya dalam penerapan teknologi, kebijaksanaan-kebijaksanaan politik
pemerintah, dan sebagainya.
3. Teori Pragmatisme
Teori
pragmatis menyatakan bahwa 'apa yang benar adalah apa yang berfungsi. Bayangkan
sebuah mobil
dengan segala kerumitan mesin yang membuatnya bekerja, namun yang sesungguhnya
menjadi dasar adalah jika mobil itu dapat bekerja atau berfungsi dengan baik.
4. Teori Kebenaran
Teori
pragmatis menyatakan bahwa 'apa yang benar adalah apa yang berfungsi. Bayangkan
sebuah mobil
dengan segala kerumitan mesin yang membuatnya bekerja, namun yang sesungguhnya
menjadi dasar adalah jika mobil itu dapat bekerja atau berfungsi dengan baik.
5.
Pencetus
dan Tokoh-tokoh Pragmatisme
Berbicara
tentang suatu aliran tertentu, kita tidak lepas dari siapa pencetus Pragmatisme
di Amerika Serikat, serta tokoh-tokohnya yang berpengaruh. Ini berarti bahwa
kita di bawa untuk melihat siapa pencetus dan tokoh-tokoh lainnya.
Menurut
Copleston dalam A History of Philosophy
(Vol. VIII, London, 1966, Part IV), pemula aliran pragmatisme di Amerika
Serikat dalam C.S. Peirce (1839-1914). Secara pasti, pragmatisme lebih populer
dan selalu dikaitkan dengan nama William James, karena dialah yang
mempopulerkannya.
Hal
ini bisa dimenegerti karena James sebagai lektor dan penulis lebih cepat
terkenal dari pada Peirce sebagai filosof selama hidupnya.
B. REALISME KRITIS
1. Pengertian Realisme
Aliran Realisme adalah aliran filsafat
yang memandang realitas sebagai dualitas. Aliran realisme memandang dunia
ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani.
Hal ini berbeda dengan filsafat aliran idealisme yang bersifat monistis yang
memandang hakikat dunia pada dunia spiritual semata. Dan juga berbeda dari aliran
materialisme yang memandang hakikat kenyataan adalah kenyatan yang bersifat
fisik semata. Realisme membagi realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang
menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya realita di luar
manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Aliran realisme mempunyai berbagai
macam bentuk yaitu realisme rasional, realisme naturalis dan realisme kritis.
Realisme rasional juga masih terbagi dua yaitu realisme klasik dan realisme
religius. Realisme klasik pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles. Berikut
ini kita bahas pendidikan menurut aliran realisme.
2.
Bentuk-bentuk
aliran realism
Aliran
realism dibedakan menjadi tiga :
a. Realisme
Rasional
Realisme klasik berpandangan bahwa manusia
sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian manusia dapat menjangkau
kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama realistas
alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah penting bukan saja sebagai
tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut realisme klasik
pengalaman manusia penting bagi pendidikan. Menurut Aristoteles, terdapat
aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai
mahluk rasional. Manusia sempurna menurutnya adalah manusia sempurna yang mengambil
jalan tengah. Konsep pendidikan pada anak bahwa anak harus diajarkan ukuran
moral yang absolut dan universal karena baik dan benar adalah untuk seluruh
umat manusia. Kebiasaan baik harus dipelajari karena kebaikan tidak datang
dengan sendirinya.
Sedangkan menurut realisme religius bahwa kenyataan itu
dipandang berbentuk natural dan supernatural. Pandangan filsafat ini menitik
beratkan pada hakikat kebenaran dan kebaikan. Pendidikan merupakan suatu proses
untuk meningkatkan diri guna mencapai kebenaran abadi. Kebenaran bukan dibuat
melainkan sudah ditentukan dan belajar harus mencerminkan kebenaran itu.
Menurut Cornerius pendidikan harus universal, seragam dan merupakan suatu
kewajiban dimulai dengan pendidikan yang lebih rendah.
b.
Realisme Natural
Menurut realisme natural pengetahuan yang diakui adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empiris dengan jalan observasi
atau pengamatan indera. Para pengikut realisme natural mengikuti teori
pengatahuan empirisme yang mengatakan pengalaman merupakan faktor fundamental
dalam pengetahuan dan merupakan sumber pengetahuan manusia.
Pendidikan berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang.
Dunia diatur oleh hukum alam. Pendidikan menurut aliran realisme natural
haruslah ilimiah dan yang menjadi objeknya adalah kenyataan dalam alam.
c.
Realisme kritis.
Menurut pandangan Breed filsafat pendidikan hendaknya
harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus
diartikan sebagai pengarah terhadap tuntunan sosial dan individual. Menurut
Imanuel Kant, pengetahuan mulai dari pengalaman namun tidak semuanya dari pengalaman. Pikiran tanpa isi
adalah kosong dan tanggapan tanpa konsepsi adalah buta.
Menurut Henderson ke semua bentuk aliran realisme
pendidikan menyetujui bahwa:
a.
Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita
menjadi hebat,
b.
Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan umum,
c.
Tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah pendidikan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bagi
pragmatisme, filsafat itu adalah alat untuk menolong manusia dalam hidup
sehari-hari dan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan mewujudkan dunia
teknik (praktis). Dalam segalanya itu, pelaksanaan atau praktek hiduplah yang penting
bukan pendapat atau teori rang hipotesis atau sepihak. Untuk menilai bermanfaat
atau tidaknya ilmu pengetahuan, anggapan hidup, malahan filsafat sendiripun
perlu diperhatikan segala hasil den kesimpulan atau akibat yang terjadi atas
dasar hipotesis-hipotesis itu. Yang pokok adalah manusia berbuat dan bukan
berfikir. Pikiran atau teori merupakan alat yang hanya berguna untuk
memungkinkan timbulnya pengalaman yang semakin ikut mengembangkan hidup manusia
dalam praktek pelaksanaannya.
Demikianlah
pragmatisme berpendapat bahwa yang benar itu hanyalah yang mempengaruhi hidup
manusia serta yang berguna dalam praktek, yang dapat memenuhi tuntutan hidup
manusia, Filsafat pragmatisme penting di terapkan di Indonesia apalagi kita
sedang hangat-hangatnya melaksanakan pembangunan nasional jangka panjang 25
tahun yang kedua. Yang penting buat kita berbuat bukan berteori.
Untuk realism kritis kami menyimpulkan bahwa Aliran Realisme
adalah aliran filsafat yang memandang realitas sebagai dualitas. Aliran
realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia
fisik dan dunia rohani. Hal ini berbeda dengan filsafat aliran idealisme yang
bersifat monistis yang memandang hakikat dunia pada dunia spiritual semata. Dan
juga berbeda dari aliran materialisme yang memandang hakikat kenyataan adalah
kenyatan yang bersifat fisik semata. Realisme membagi realistas menjadi dua
bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua
adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Dan realisme sendiri dibagi menjadi
tiga yaitu realisme rasional, realisme naturalis dan realisme kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum. Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2010.
Sutrisno,
F.X. Mudji,. Pragmatisme. Jakarta: PT Gramedia, 1977.
Horton,
Rd W., dan Herbert W. Edwards, Background of American Literary Thought. London:
Prentice Hall International, Inc, 1974.
Bukhard,
Frederick The Works of William James: Some Pro blems of Philosophy. London:
Harvard University Press, 1979.
1 komentar:
thanks buat infonya..... (y)
Posting Komentar