BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ketidak puasan murid-murid Kant
dengan batasan budi, sehingga mereka mencari suatu dasar untuk renungan mereka
yang melahirkan sistem metafisika. Dan sistem tersebut dicari dan didapat dari
dasar tindakan ialah aku sebagai subyek yang konkrit dari suatu dasar
menurunkan kesimpulan-kesimpulan serta memberi keterangan keseluruhan ada itu
ada yang menyebut idealisme. Oleh sebab itu karena idealisme ini berdasarkan
atas subyek maka disebut idealisme subyektif , berlawanan dengan idealisme
realistis yang diajukan oleh Plato.
Konsep ini dalam filsafat dikenal
sebagai idealisme etis. Cita-cita manusia mengarah kepada tingkah laku dan
kesusilaannya. Manusia itu amat tinggi derajatnya karena akal budinya, dan
karena itu manusia lebih tinggi dari makhluk lain di dunia ini. Dikenal pula
idealisme estetis yang menganggap kebaikan tertinggi adalah keindahan. Berarti
manusia harus indah. Indah dalam hal ini adalah indah baik rohani maupun
jasmaninya. Keindahan ini dicapai dengan menyempurnakan dirinya dan
menyelaraskan segala kemampuannya dengan keadaan dunia yang mengelilinginya.
Pada prakteknya kini ditempuh jalan tengah yang dikenal dengan idealisme
realistis. Konsep ini berpangkal pada realita bahwa manusia terdiri dari
jasmani dan rohani. Dua-duanya tidak boleh diabaikan karena keduanya yang
menjadikan manusia. Oleh karena itu sering muncul dua kutub idealisme dan
realita yang nampaknya saling bertentangan. keterangannya tentang budi, dengan
terang dikatakannya bahwa dengan budi murni mungkin orang tak mungkin mengenal
yang diluar pengalaman. Oleh sebab itu pada pembahasan ini kita akan mengupas
pemikiran tokoh-tokoh filsafat dalam membentuk nilai idealisme yang konkrit
bukan terdominasi oleh proses idealisme.
Aliran Neo-Thomisme ini berhubungan dengan aliran Thomisme. Ketika
pertengahan abad ke-19, di tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham
Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas.
Demikianlah latar belakang dari pembahasan kelompok kami, untuk lebih
jelasnya akan kami uraikan masing-masing pembahasan mengenai “ Idealisme dan
Neo-Thomisme”.
B. Tujuan
Pembahasan
Adapun
tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian Idealisme dan Neo-thomisme
2. Untuk
mengeathui tokoh-tokoh dalam aliran Idealisme dan Neo-Thomisme
3. Untuk
mengetahui paham-paham dalam setiap aliran Idealisme dan Neo-Thomisme
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Idealisme
1.
Sejarah idealisme
Istilah idealisme yang
menunjukkan suatu pandangan dalam filsafat belum lama dipergunakan orang. Namun
demikian, pemikiran tentang ide telah dikemukakan oleh Plato sekitar 2.400
tahun yang lalu. Menurut Plato, realitas yang fundamental adalah ide, sedangkan
realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide tersebut.
Bagi kelompok idealisme alam ini ada tujuannya yang bersifat spiritual.
Hukum-hukum alam dianggap sesuai dengan kebutuhan watak intelektual dan moral
manusia. Mereka juga berpendapat bahwa terdapat suatu harmoni yang mendasar
antara manusia dengan alam. Manusia memang bagian dari proses alam, tetapi ia
juga bersifat spiritual, karena manusia memiliki akal, jiwa, budi, dan nurani.
Kelompok yang mengikuti
pandangan ini cenderung menghormati kebudayaan dan tradisi, sebab mereka
mempunyai pandangan bahwa nilai-nilai kehidupan itu memiliki tingkat yang lebih
tinggi dari sekadar nilai kelompok individu. Ini menunjukkan bahwa kekuatan
idealisme terletak pada segi mental dan spiritual kehidupan.
2.
Pengertian idealisme
Arti dari kata idealisme sendiri
adalah suatu standar kesempurnaan, keunggulan, keindahan, dan kebaikan. Dapat
juga diartikan sebagai objek tujuan sempurna dan hasrat untuk mencupai suatu
keinginan.
Menurut kelompok kami, idealisme
adalah suatu aliran yang di dalamnya mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami kaitanya dengan jiwa dan ruh.
Secara mudah idealisme dapat
diartikan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang. Idealisme bukan sembarang cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan
luhur, suatu nilai kebenaran dan harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil
yang istimewa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan
salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat
melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan
rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan.
Tujuan mempertahankan idealisme
ialah untuk mendapatkan kepuasan jiwa yang begitu mahal harganya. Kepuasan dan
kebahagiaan itu, tentu saja tidak dapat diukur dengan nilai uang atau materi
.
3.
Ajaran dalam aliran
idealisme
a. Plato
Tokoh aliran idealisme adalah Plato
(427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu
filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang
semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita)
dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa
dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang
serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau
tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak
dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam
wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni.
Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya
tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan
asli, keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak
bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia
yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh
yang dikatakan dunia idea.
Plato yang memiliki filsafat beraliran
idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat
menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan
setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai
keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat
menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari
atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada
pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah
bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan
sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan
cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan
doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini
tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide
adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja
yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat
menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala
sesuatu yang dialami sehari-hari.
Aliran idealisme kenyataannya sangat identik
dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang
tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan
ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian
seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan
sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai
yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih
tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari
semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan
lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak
dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang
paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali
kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal
dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting dari ajaran ini
adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi
dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya
dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut
sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan
secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa
gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat
yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi
individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang
akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila
kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang
pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan
untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan
terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan
dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut
dengan idea.
Memang para filosof ideal memulai
sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas
yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63). Sehingga,
rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu
alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya, para
filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat alam
yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar benda
yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang
dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun katakanlah
idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran
ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak
mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua
prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di
sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia
nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan (boraton genos) dan
dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran
studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).
Plato dalam mencari jalan melalui teori
aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata
seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum
tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar
membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato.
Ini disebabkan aliran Platonisme ini
bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya
dan mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat
kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa
akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah
filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah
pikirannya yang pokok dan utama.
Antara lain Betran Russel berkata:
Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota
utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang
sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran
utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang
sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang
dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos,
yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan.
b. Immanuel Kant dan Georg Wilhelm
Friedrich Hegel
Mereka adalah dua
filosof yang beraliran idealis. Idealism adalah paham yang mengatakan bahwa
pengetahuan hanya didapatkan melalui ide mereka sendiri. Dalam ranah sosial,
Kant menolah gagasan tentang hak alami, dia juga menolak anggapan pengetahuan
hanya didapatkan melalui pengalaman empiris. Bagi Kant, pengegtahuan diturunkan
dari refleksi atas hakikat pikiran manusia. Perilaku sosial manusia bukan
diarahkan oleh hukum alami melainkan oleh hukum akal.
Berbeda dengan Kant,
Hegel mendasarkan filsafat sosialnya pada filsafat sejarah yang dimulai dari
“tesis, antithesis dan akhirnya menjadi sintesis”.
Hegel sepakat dengan kontrak sosialnya Locke namun konsep itu lemah ketika
individu-individu gampang menyalahpahami kebebasan individu dalam masyarakat.
Hegel juga sepakat dengan nurani individunya Kant, namun hal ini juga masih
tergantung pada tiap individu untuk menentukan tindakan itu baik atau buruk.
Filsafat sosialnya Hegel mengikuti pemahaman Locke dan Kant dan hanya menolak
sifatnya yang satu sisi. Keluarga, menurut Hegel, didasarkan pada cinta alami di
antara dua jenis kelamin dan bukan melalui kontak sosial seperti dalam Hobbes
dan Kant. Hegel mengatakan: Upacara perkawinan memang merupakan kontrak sosial
namun dampak perkawinan justru untuk menjauhi kebebasan legal dari dua pribadi
dan mencipta ruang yang melampaui hukum. Tujuan perkawinan adalah untuk
mencapai bentuk kebebasan yang lebih tinggi, di mana perempuan akan memiliki
domain yang aman dan tertutup, di mana ia bisa mengembangkan perasaan
naluriahnya, dan di mana seorang laki-laki bisa bersantai sesudah bekerja,
karena memang sudah sifat dasarnya untuk bekerja di dunia luar.
Hegel mengatakan segala
peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu
jika peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya.
Ide yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain.
Artinya gerak yang menimbulkan tesis, kemudian antitesis (gerak yang
bertentangan), kemudian timbul sintesis yang merupakan tesis baru yang nantinya
menimbulkan antitesis baru dan seterusnya.
4. Latar
belakang pemikiran para tokoh-tokoh idealisme
Idealisme adalah suatu
ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas
roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan
itu.Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah
pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran
yang murni dari Plato. yang
menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan
sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan
saja dari alam idea itu. Aristoteles
memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide
sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan
menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang
masa tidak pernah faham idealisme hilang sirna sekali. Di masa abad pertengahan
malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah
dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua
seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian
dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting
daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan
kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka
tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada
masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali
pengaruhnya di Eropa.
B.
Neo-Thomisme
1. Filsafat
Sosial Thomas Aquinas
Thomas Aquinas adalah salah satu filosof abad pertengahan. Ciri
utama filsafat abad pertengahan adalah penekanannya pada intuisi ketimbang
menggunakan rasio. Begitu pula dengan Aquinas, dia juga mendasarkan filsafatnya
pada intuisi. Filsafat sosialnya Aquinas didasarkan pada pemikiran filsafatnya
yang menyatakan bahwa akal cocok (tidak bertentangan) dengan wahyu Tuhan (dalam
hal ini adalah ajaran Kristen).
Filsafat sosial Aquinas berkeyakinan bahwa Tuhan sepenuhnya
rasional, dan jika seseorang semakin rasional maka ia pun semakin mendekatkan
diri kepada Tuhan. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kemampuan untuk
mematuhi hukum Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan secara sadar.
2.
Sejarah Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad
ke -19, di tengah-tengah gereja katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu
aliran yang mengikuti
Thomas Aquinas. Pada mulanya kalangan gereja ada semacam keharusan untuk
mempelajari ajaran tersebut kemudian menjadi satu paham Thomisme, yaitu pertama
ajaran Thomisme sudah sempurna, tugas kita adalah memberikan tafsir sesuai
zaman, kedua walau ajaran Thomisme sudah sempurna namun masih terdapat hal-hal
yang pada suatu saat belum dibahas oleh karenanya sekarang perlu diadakan
penyesuaian sesuai dengan ilmu pengetahuan. Ketiga paham yang menganggap bahwa
ajaran Thomisme harus diikuti akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa
ajarannya betul-betul sepurna.
Berikut poin-poin
mengenai Neo-Thomisme:
a.
Hampir
semua negara Eropa dan Amerika terdapat pengikut Neo Thomisme, terutama di lingkungan
Katholik.
b.
Tahun
1879 adanya Surat Edaran dari Paus Leo XII untuk mendasarkan filsafat dan
teologinya pada Thomas Aquinas, akibatnya: :
1). Mendorong perkembangan pengajaran filsafat dan teologi diseminari- seminari,
1). Mendorong perkembangan pengajaran filsafat dan teologi diseminari- seminari,
2). Mendorong perkembangan Ilmu
Pengetahuan di Gereja Katholik dengan menggunakan ajaran Thomas Aquinas sebagai
fundamen dengan 3 cara:
a)
Mendirikan
Akademi Kepausan San Thomasso,
b)
Ordo
Dominikan diberi kepercayaan menertibkan karya-karya Thomas Aquinas,
c)
Filsafat
Thomas sebagai mata kuliah di Universitas Leuven (Belgia). Surat Edaran ini
timbul untuk melawan positivisme
dan materialisme yang mengakibatkan krisis dalam bidang pemikiran filosofis,
khususnya bagi gereja yaitu adanya keresahan akibat munculnya aliran –aliran
teologis misalnya : Fideisme (fide = setia), Tradisionalisme, Ontologisme.
3.
Tokoh Neo Thomisme
:
a. Joseph Geyser (Munster)
b. Joseph Peiper ( Munster)
c. Gustav Siewerth (Freiberg im Briegau)
d. Gallus Manser
e. Karl Rahner.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan:
Arti dari kata idealisme sendiri
adalah suatu standar kesempurnaan, keunggulan, keindahan, dan kebaikan. Dapat
juga diartikan sebagai objek tujuan sempurna dan hasrat untuk mencupai suatu
keinginan.
Menurut kelompok kami, idealisme
adalah suatu aliran yang di dalamnya mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami kaitanya dengan jiwa dan ruh.
Secara mudah idealisme dapat
diartikan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang. Idealisme bukan sembarang cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan
luhur, suatu nilai kebenaran dan harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil
yang istimewa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan
salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat
melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan
rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan.
Pada pertengahan abad
ke -19, di tengah-tengah gereja katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu
aliran yang mengikuti
Thomas Aquinas. Pada mulanya kalangan gereja ada semacam keharusan untuk
mempelajari ajaran tersebut kemudian menjadi satu paham Thomisme, yaitu pertama
ajaran Thomisme sudah sempurna, tugas kita adalah memberikan tafsir sesuai
zaman, kedua walau ajaran Thomisme sudah sempurna namun masih terdapat hal-hal
yang pada suatu saat belum dibahas oleh karenanya sekarang perlu diadakan
penyesuaian sesuai dengan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum,
Ali. 2008. Pengantar Filsafat Dari Masa
Klasik Hingga Postmoderisme, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Achmadi, Asmoro. 2010. Filsafat Umum, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
Soemargono,
Sarjono. 2004. Pengantar Filsafat,
Yogyakarta: Tiara Wacana yogya
Muminatus, “ Filsafat Idealisme”, diakses
pada tanggal 13 Desember 2011 dari http://muminatus.blog.com/filsafat-idealisme/
Sujarwo, Ahmad, “
Neo-Thomisme(Neo-Scholastik) dan Neo-Hegelianism”, diakses pada tanggal 13
Desember 2011 dari http://jarwoarronggo.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar