KATA PENGANTAR
Pertama-tama kita panjatkan puja
dan puji syukur atas rahmat dan ridho ALLAH SWT, karena tanpa rahmat dan ridho-NYA
kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Fauti Subhan
M.Pd.I selaku dosen pengampu IAD, IBD, ISD yang membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang sudah membantu kami dalam hal mengumpulkan data-data dalam
pembuatan makalah ini.
Dalam makalah
ini kami menjelaskan tentang manusia dan cinta kasih, penderitaan dan keadilan.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran & kritik yang membangun dari pembaca. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.
Surabaya,
November 2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ............................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................... iii
Bab.I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang ........................................................................................ 1
1.2
Tujuan ..................................................................................................... 2
Bab.II ISI/PEMBAHASAN
2.1 Manusia
dan cinta kasih ........................................................................... 3
2.1.1. Arti cinta kasih .............................................................................. 3
2.1.2. Macam-macam cinta kasih ............................................................ 3
2.1.3. Cinta kasih menurut Islam ............................................................ 4
2.2
Manusia penderitaaan ............................................................................... 7
2.2.1. Makna penderitaan ....................................................................... 7
2.3
Keadilan ................................................................................................... 7
2.3.1. Keadilan ........................................................................................ 7
2.3.2. Kejujuran ...................................................................................... 8
2.3.3. Kecurangan ................................................................................... 8
2.3.4. Pembalasan ................................................................................... 9
Bab.III
KESIMPULAN ........................................................................................... 11
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Hakikat
cinta kasih yaitu cinta boleh jadi merupakan suatu istilah yang sulit untuk
dibatasi secara jelas. Kendatipun demikian, sulit juga untuk diungkapkan dan
diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup
fundamental. Begitu fundamentalnya sampai-sampai membawa Victor Hago, seorang
pujangga terkenal, pada satu kesimpulan: bahwa mati tanpa
cinta sama halnya dengan mati dengan penuh dosa.
Cinta memang sangat erat terpaut dengna kehidupan manusia. Tidak pernah selintas pun orang berpikir bahwa cinta itu tidak penting. Mereka haus akan cinta.
Cinta memang sangat erat terpaut dengna kehidupan manusia. Tidak pernah selintas pun orang berpikir bahwa cinta itu tidak penting. Mereka haus akan cinta.
Kendatipun
demikian, hampir setiap orang tidak pernah berpikir tentang apa dan bagaimana
cinta itu. Padahal berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu padahal, cinta
bisa diibaratkan sebagai suatu seni yang sebagaimana bentuk seni lainnya sangat
memerlukan pengetahuan dan latihan untuk bisa menggapainya.
Cinta
merupakan pengalaman yang sangat menarik yang pernah kita alami dalam hidup
ini. Sangat disesali, orang pada umumnya masih bingung akan apakah cinta itu
sesungguhnya. Kebingungan mereka semakin bertambah ketika dunia perfilman
menperkenalkan arti cinta yang salah dimana penekanan akan cinta selalu di
titik beratkan pada perasaan dan cerita romantika.
1.2
TUJUAN
a.
Untuk
memahami dan berwawasan yang komprehenship tentang konsep cinta kasih,
penderitaan dan keadilan.
b.
Untuk
menambah atau memperdalam wawasan tentang cinta kasih, penderitaan dan
keadilan.
c.
Untuk
mengetahui materi tentang
cinta kasih, penderitaan dan keadilan secara detail.
BAB II
ISI/PEMBAHASAN
2.1 Manusia
dan Cinta Kasih
2.1.1. Arti Cinta Kasih
Cinta kasih
bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang dapat
berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggung
jawab. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa
kasih sayang dan kemesraan. Belas kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang
disertai dengan tanggung jawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan
kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara
manusia dengan Tuhan.
Apabila dirumuskan secara
sederhana, cinta ksih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan
dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab.
Tanggung jawab artinya akibat yang baik, positif, berguna, saling
menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan.
2.1.2. Macam-macam cinta kasih
a. Cinta kasih antar orang tua dan anak. Orang
tua yang memperhatikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, berarti mempunyai rasa
cinta kasih terhadap anak. Mereka selalu mengharapkan agar anaknya menjadi
orang baik dan berguna dikemudian hari.
b. Cinta kasih antara pria dan wanita. Seseorang
pria menaruh perhatian terhadap seorang gadis dengan perilaku baik, lemah
lembut, sopan, apalagi memberikan seuntai mawar merah, berarti ia menaruh cinta
kasih terhadap gadis itu.
c. Cinta kasih antara sesama manusia. Apabila
seorang sahabat berkunjung ke rumah kawannya yang sedang sakit dan membawa obat
kepadanya berarti bahwa sahabat itu menaruh cinta kasih terhadap kawannya yang
sakit itu.
d. Cinta
kasih antara manusia dan Tuhan. Apabila seorang taat beribadah, menurut
perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-Nya, orang itu mempunyai cinta kasih
kepada Tuhan penciptanya.
e. Cinta
kasih manusia terhadap lingkungannya. Apabila seseorang menciptakan taman yang
indah, memelihara taman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan seenaknya,
menanam tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan secara semena-mena
atau dikatakan bahwa orang itu menaruh cinta kasih atau menyayangi lingkungan
hidupnya.
2.1.3. Cinta
kasih menurut Islam
a. Cinta Diri
Cinta Diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Al-Qur’an telah
mengungkpkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri ini,
kecenderungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
dirinya, dan menghindari diri dari segala sesuatu yang membahayakan kesalahan
dirinya, melalui ucapan Nabi Muhammd SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui
hal-hl gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan
menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
b. Cinta Kepada Sesama Manusia
Agar manusia
dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya,
tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya.
Allah ketika member isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri,
seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan
usahanya yang terus menurus untuk memperoleh kebaikan serta kebakhilannya dalam
memberikan sebagian karunia yang diperolehnya, setelah itu Allah langsung
memberi pujian kepada orang-orang yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan
dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu.
c. Cinta Seksual
Cinta erat
kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan
kasih sayang, keserasian, dan kerjasama ntara suami dan istri. Ia merupakan
factor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang
berpikir. QS, Ar-Rum, 30:21)
Dorongan seksual
melakukan suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan
jenis. Lewat dorongan seksual terbentuk keluarga.
d. Cinta Kebapakan
Mengingat bahwa antara ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin oleh
iktan-ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-ankanya,
maka para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah
dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, melaikan dorongan psikis.
Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan dalam kasih nabi Nuh as.
Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan
penuh rasa cinta. Kasih sayang, dan belas kasihan, untuk naik ke perahu agar
tidak tenggelam ditelan ombak : “…Dan nuh memanggil anaknya – sedang anak itu berada di tempat yang jauh
terpencil – : “Hai…anakku, naiklah (kekapal) bersama kami dan janganlah kamu
berada bersama-sama orang-orang yang kafir”. (QS. Yusuf, 12:84)
e. Cinta Kepada Rasul
Cinta kepad rasul, yang ditulis Allah sebagai rahmh bagi seluruh alam
semesta, menduduki peringkt ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul
merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun
berbagai sifat luhur lainnya.
2.2 Manusia
Penderitaan
2.2.1 Makna Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal
dari bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita
artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan
itu dapat berbentuk lahir atau batin, keduanya termasuk penderitaan ialah keluh
kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain.
2.3
Keadilan
2.3.1.
Keadilan
Keadilan menurut
Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan
sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu
sedikit.
Keaadilan oleh Plato diproyeksikan pada
diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri
dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada
pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah
merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik.
Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan
terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai
raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya.
Menurut pendapat yang lebih umum
dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara
hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan
menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila
setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh
bagian yang sama dari kekayaan bersama.
2.3.2. Kejujuran
Kejujuran
atau jujur artinya apa-apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati
nuraninya, apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang
kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga
berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa
apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti
juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun
yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan
niat.
2.3.3. Kecurangan
Kecurangan
atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula
dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa
yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari
hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa
bertenaga dan berusaha. Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak,
ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai
orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat
disekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam sebab orang melakukan
kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek
yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban dan aspek teknik.
Apabila keempat asepk tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan
berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum. Akan tetapi, apabila
manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia
akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan.
2.3.4. Pembalasan
Pembalasan
ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan
yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku
yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang
bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh
kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya,
manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial. Dalam bergaul manusia harus
mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral,
lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah
perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena
itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa,
maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan
hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
BAB
III
KESIMPULAN
Cinta
memang sesuatu yang indah dan mulia, hanya ukuran dan nilai cinta berbeda-beda.
Cinta, khususnya antara dua pasang kekasih, terutama bila terjadi diantara dua
remaja, kaum muda, maka seolah-seolah dunia ini hanya mereka berdualah yang ada
dan yang memilikinya.
Indah,
mulia tetapi juga sering berakhir tragis seperti dikisahkan dalam cerita
legendaris dari dramawan dan sastrawan Inggris William Shakespeare melalui ~
Romeo and Juliet ~ atau cerita Siti Nurbaya oleh Marah Roesli dari Indonesia.
Masih banyak lagi tentunya cerita sejenis. Cinta yang menurut alur pikiran
penulisnya, pencetus kisah romantis dan melankolis ini dibumbui dengan liku-liku
percintaan yang mempunyai ikatan kuat dan murni, sebuah cinta sejati.
Semua ini
untuk menguras airmata pembacanya. Selalu indah penuh pengorbaan dan mengharukan.
Ini hanya sebuah kisah khayalan yang didramatisir. Masih adakah cinta seperti
itu pada kenyataan, khususnya jaman sekarang ? Dunia yang makin maju kedepan
dengan loncatan-loncatan yang kadang mencengangkan dalam segala bidang,
terutama `arti kebebasan` yang justru sering digunakan sebagai pintu gerbang
untuk melewati batas batas yang seharusnya tetap dijaga dan tidak dilanggar.
Ladang
dan kesempatan untuk melakukan hubungan cinta atau bercinta tersedia dan
terbuka luas dan bebas, hampir tanpa batas dibanding jaman ketika cerita
romantis yang penuh keindahan cinta itu ditulis. Sebebas terjadinya
penyimpangan penyimpangan yang pada umumnya berakhir penuh derita dan
penderitaan, bahkan malapetaka. Tidak sedikit menghantui sepanjang sisa hidup.
Cinta itu
mulia. Cinta bisa sangat indah. Cinta itu adalah kebahagiaan, tetapi, manakala
cinta itu tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan, apa yang diperkirakan, apa
yang didambakan dan diharapkan dan bahkan jauh dari bayang-bayang keindahan,
betolak belakang dari kenyataan dan indahnya cinta yang sudah terlanjur
tercipta dalam bayang-bayang dan angan-angan dua sejoli, maka cinta bisa sangat
menyakitkan dan menimbulkan penderitaan yang luar biasa. Salah satu atau kedua-duanya
yang terlibat didalamnya, bahkan pancaran baik buruknya, kebahagiaan dan
kegagalan serta kesedihan yang berlanjut dengan penderitaan sering sanggup
menyentuh dan dirasakan orang disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs. Mawardi, Ir. Nur Hidayati.
Ilmu Alam Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Ilmu Sosial
Dasar untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung:
Pustaka Setia. 2002
2. Drs. Tasmuji M.Ag, dkk. IAD, IBD, ISD. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press. 2011
0 komentar:
Posting Komentar