RSS

Filsafat Masa socrates




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada masa Yunani Kuno, ilmu filsafat mulai dikembangkan melalui beberapa tahapan dari masa ke masa. Mulai dari masa pra Socrates, masa Socrates, masa setelah Socrates, masa abad pertengahan dan masa modern. Pada pembahasan ini, lebih ditekankan mengenai filsafat pada masa Socrates. Pada masa ini terjadi perbedaan pendapat antara kaum sofis dengan Socrates.
Kaum sofis melahirkan pemikiran bahwa suatu kebenaran itu bersifat relative. Hal ini ditentang oleh Socrates yang berpendapat bahwa tidak semua kebenaran relatif. Sehingga muncullah gagasan-gagasan dari Socrates yang beranggapan bahwa kebenaran umum yang bersifat objektif itu ada.

B.     Rumusan Masalah
1.      Kaum Sofis
2.      Factor-faktor penyebab munculnya sofistik
3.      Tokoh-tokoh sofisme
4.      Pengaruh aliran sofistik
5.      Riwayat hidup Socrates
6.      Pemikiran Socrates

C.    Tujuan
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, pembahasan ini bertujuan agar kita mampu mengenali dan membedakan berbagai macam ilmu filsafat yang ada. Dengan demikian, diharapkan mampu menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai ilmu filsafat.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kaum Sofis
Sofis berasal dari kata sophistes yang artinya seorang yang bijaksana atau seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Herodotos memakai nama Sophistes untuk Pythagoras. Lysias, ahli pidato Yunani memakai nama ini untuk Plato. Pada abad ke-4 nama Sophistes khusus dipakai untuk guru-guru yang berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peranan penting dalam masyarakat Yunani. Sehingga penggunaan kata Siphostes lebih ditekankan untuk guru-guru yang berkeliling dari kota ke kota.
Dalam bahasa inggris, nama sofis berasal dari kata Shopist yang berarti seseorang yang menipu orang lain dengan mempergunakan argument-argumen yang tidak sah. Dari arti kata sofis dalam bahasa inggris tersebut, para sofis memperoleh nama jelek.

B.     Faktor-faktor Penyebab Munculnya Sofistik
Sofistik bukan merupakan suatu madzhab. Para sofis tidak mempunyai ajaran bersama. Namun, sofistik dipandang sebagai suatu pergerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh beberapa faktor, yang ditimbulkan masyarakat Yunani pada zaman itu.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1.      Pada tahun 449 SM, ketika Athena dipimpin oleh Perikles Polis, Athena berkembang pesat dalam bidang politik dan ekonomi. Pada saat itu, Athena belum mengambil bagian dalam filsafat dan ilmu pengetahuan. Oleh karena munculnya kaum sofis di Athen maka Athena menjadi pusat dari cultural dan intelektual. Namun kaum sofis tidak membatasi aktivitasnya pada polis Athena saja. Mereka adalah guru-guru yang bepergian keliling dari satu kota ke kota lain. Tetapi Athena menjadi pusat kultural yang mempunyai daya tarik khusus untuk kaum sofis.
2.      Kebutuhan akan pendidikan yang dirasakan pada waktu itu merupakan faktor lain yang menyebabkan timbulnya sofistik. Kemampuan berbahasa merupakan alat politik yang terpenting dalam masyarakat Yunani. Sukses tidaknya dalam bidang politik, sebagian besar ditentukan pada kemahiran berbahasa yang diperlihatkan dalam sidang umum, dewan harian atau sidang pengadilan. Kaum muda merasakan kebutuhan akan pentingnya pendidikan serta pembinaan, supaya nanti mereka dapat memainkan peranannya dalam kehidupan politik. Hal tersebut dilakukan karena pada masa itu, kehidupan politik sangat diutamakan. Pada saat itu, pendidikan di Athena tidak melebihi pendidikan elementer saja. Kaum sofis memenuhi kebutuhan akan pendidikan lebih lanjut. Mereka mengajarkan ilmu-ilmu seperti matematika, astronomi, dan yang paling utama adalah tata bahasa. Mengenai tata bahasa, kaum sofis dipandang sebagai perintis. Kaum sofis juga berjasa dalam mengembangkan ilmu berpidato.
3.      Pergaulan dengan banyak Negara asing, menyebabkan orang Yunani mulai menyatakan bahwa kebudayaan mereka berlainan dengan kebudayaan-kebidayaan yang ada. Dari bermacam kebudayaan yang berlainan tersebut, orang-orang sofis menyimpulkan bahwa kehidupan sosial tidak mempunyai dasar kodrati. Namun kehidupan sosial itu merupakan suatu hal yang relative bahwa manusia adalah ukuran untuk segala sesuatu. [1]Dengan demikian, kaum sofis jatuh dalam relatifisme, maksudnya adalah bahwa pendirian mengenai baik buruk dan benar tidaknya sesuatu itu bersifat relatif, tergantung pada manusia.

C.    Tokoh-tokoh Sofisme
1.      Protagoras
a.       Riwayat Hidup
Protagoras lahir sekitar tahun 485 SM di kota Abdera di daerah Thrake. Seringkali ia datang ke Athena dan dimintai oleh Perikles untuk mengambil bagian dalam mendirikan kota perantauan Thuriori di Italia Selatan pada tahun 144.
b.      Ajaran-ajaran Protagoras
1)      Ajaran tentang pengenalan
Dalam buku yang berjudul Atletheya (kebenaran) terdapat tuturan Protagoras yang terkenal, yang disimpan dalam kumpulan H.Diels yaitu manusia adalah ukuran untuk segala-galanya (untuk hal yang ada sehingga mereka ada dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka tidak ada). Pendirian ini disebut relativisme, artinya kebenaran dianggap tergantung pada manusia. Manusialah yang menentukan benar, tidaknya, bahkan ada tidaknya sesuatu.
2)      Seni berdebat
Dalam karangan yang berjudul Antilogiai (pendirian-pendirian yang bertentangan). Dalam karya ini Protagoras mengemukakan anggapan yang tentu ada hubungannya dengan relativisme dalam karangannya yang berjudul Atletheya. Para musuh kaum sofis menafsirkan gagasan ini dalam arti moral. Mereka memberikan kesan seolah-olah Protagoras berpendapat bahwa perbuatan yang sama serentak dapat dicela dan serentak dapat dipuji, sehingga sesuatu yang baik dijadikan sesuatu yang buruk dan sebaliknya. Namun, oleh tradisi Yunani disampaikan kesaksian bahwa Protagoras mempunyai tabiat yang luhur dan dihormati oleh umum.
3)      Ajaran tentang Negara
Dalam karyanya yang berjudul “tentang keadaan yang asli”, Protagoras memberikan suatu teori tentang asal usul Negara. Teori ini dipengaruhi di satu pihak oleh pengalaman yakni bahwa tiap-tiap Negara mempunyai adat kebiasaan sendiri. Protagoras berpendapat bahwa Negara tidak berdasarkan kodrat, tetapi diadakan oleh manusia.

4)      Ajaran tentang Allah-Allah
Dalam karya Protagoras yang berjudul Peritheon perihal Allah-Allah. Protagoras mengemukakan bahwa mengenai Allah-Allah, saya tidak merasa sanggup menetapkan apakah mereka ada atau tidak ada dan saya juga tidak dapat menentukan hakekat mereka. Hal tersebut dikarenakan berbagai halangan yaitu bersifat kaburnya pokok yang bersangkutan maupun pendeknya hidup manusia”. Pendapat Protagoras tentang Allah-Allah dapat disebut suatu skeptisisme artinya tidak mungkin mencapai kebenaran. Hal tersebut sesuai dengan anggapan relatifistis yang dianut Protagoras.
2.      Gorgias
a.       Riwayat hidup
Gorgias lahir di Leontinoi di Sisilia sekitar tahun 483 SM. Pada tahun 427 SM, dia datang ke Athena. Sebagai sofis, ia mengelilingi kota-kota Yunani terutama Athena dimana dia mengalami sukses besar. Hal tersebut dikarenakan luar biasa fasih lidahnya dalam berbahasa. Ia dijunjung tinggi sebagai guru. Dia memiliki banyak murid. Ia meninggal dalam usia 108 tahun pada tahun 375 SM.
b.      Ajaran-ajaran Gorgias
Ajaran Gorgias yaitu menulis sebuah buku yang berjudul “Tentang Yang Tidak Ada” atau “Tentang Alam”. Dalam buku ini, ia mempertahankan tiga pendirian, antara lain:
1)      Tidak ada sesuatu pun
2)      Seandainya sesuatu ada, maka ia tidak dapat dikenal.
3)      Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain.
Ada sejarawan yang berpendapat bahwa maksud dari ketiga pendirian Gorgias adalah bahwa Gorgias bukan saja menganut suatu skeptisisme (anggapan bahwa kebenaran tidak dapat diketahui), melainkan juga memihak pada nihilism (anggapan bahwa tidak ada sesuatu pun yang bernilai). Tetapi sulit sekali untuk membayangkan bahwa pendirian-pendirian itu mengandung maksud Gorgias sendiri.
3.      Hippias
a.       Riwayat Hidup
Ia adalah kawan sebaya Socrates. Dia berasal dari kota Elis. Ia dibicarakan dalam dialog Plato yang berjudul (Hippias Maior dan Hippias Minor”. Ia menguasai banyak lapangan keahlian terutama ia berjasa besar dalam bidang ilmu ukur.
b.      Ajaran Hippias
Ia memberikan pernyataan yang bertolak belakang dengan kaum sofis lainnya. Ia beranggapan bahwa kodrat manusiawi merupkan dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan masyarakat. Ia berfikir demikian karena relativisme merupakan suatu hal yang tidak pasti.
4.      Prodikos
a.       Riwayat Hidup
Prodikos berasal dari pulau Keos, Dania. Ia merupakan kawan sebaya Sokrates.
b.      Ajaran Prodikos
Prodikos menganut suatu pandangan hidup yang psimistis.  Kematian dianggapnya sebagai jalan untuk melepaskan diri dari kesusahan dalam hidup manusia. Prodikos juga berpendapat tentang asal usul agama. Menurut prodikos bahwa agama merupakan penemuan manusia. Bermula dari manusia memuja tenaga-tenaga alam sebagai dewa. Misalnya matahari, bulan, sungai-sungai dan pohon-pohon. Jadi, ia berpendapat bahwa agama merupakan ciptaan manusia. Ia menyangka bahwa do’a itu kelebihan saja.
5.      Kritias
a.       Riwayat Hidup
Kritias berasal dari Athena, ia lebih muda dari Socrates. Ia memerankan  peranan penting dari ajaran politik kota itu.
b.      Ajaran Kritias
Kritias berpendapat tentang agama bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa Negara yang licik. Kebanyakan pelanggaran dapat diadili menurut hukum tetapi selalu ada  pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan tersembunyi saja dan tidak diketahui oleh umum. Oleh sebab itu, penguasa-penguasa membalas juga dengan pelanggaran-pelanggaran tersembunyi.

D.    Pengaruh Alisan Sofistik
Terdapat dua pengaruh ajaran kaum sofistik. Ajaran tersebut berpengaruh dalam hal positif dan negative.
1.      Pengaruh dalam hal positif yaitu kaum sofis membuat suatu revolusi intelektual di Yunani. Kemajuan ilmu pengetahuan di kota Yunani merupakan sumbangsih terbesar dari kaum sofis.
2.      Pengaruh dalam hal negative yaitu tekanan pada ilmu berpidato dan kemahiran berbahasa menampilkan bahaya bahwa teknik berpidato akan dipergunakan untuk maksud-maksud jahat. Padahal Gorgias dan Protogoras tidak menyalahgunakan ilmu berpidato untuk maksud-maksud jahat. Mereka adalah orang-orang yang dihormati oleh umum karena moralitas mereka yang bermutu tinggi.

E.     Riwayat Hidup  Socrates
Socrates dilahirkan di Athena (470 SM-399 SM). Socrates merupakan anak dari seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates menggantikannya sebagai seorang pemahat. Tetapi akhirnya ia berhenti dari pekerjaan tersebut, dan ia menjadi seorang filsuf. Dia memiliki seorang istri bernama Xiantippe dan dikarunia 3 orang anak.
Dia adalah seorang yang memiliki kepribadian sabar, rendah hati dan selalu menyatakan dirinya bodoh. Selain, dia juga dikenal sebagai sosok yang memiliki wajah yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki. Dengan cara berkeliling, dia mendatangi masyarakat Athena untuk diajak berdiskusi tentang filsafat.
Ada beberapa pemikiran Socrates yang tidak disetujui oleh masyarakat pada masa itu, akhirnya, berdasarkan keputusan pengadilan, Socrates dijatuhi hukuman mati dengan cara meminum racun.

F.     Pemikiran Socrates
Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofisme. Orang-orang pada masa itu menganggap bahwa Socrates termasuk golongan orang-orang sofis karena pemikirannya hampir sama dengan pemikiran kaum sofis. Namun, pada dasarnya ajarannya sangat jauh berbeda dengan ajaran kaum. Ajaran kaum sofis yang mengatakan bahwa semua kebenaran itu relative ditentang oleh Socrates.
Menurut pendapat Socrates, ada kebenaran objektif, yang tidak bergantung pada saya atau pada kita. Untuk membuktikan adanya kebenaran objektif, Socrates menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan.[2] Ia menganalisis pendapat setiap orang yang ia tanya. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak salah, misalnya ia bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang dan sebagainya. Mengenai salah dan tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan pengecut dan lain-lain. Socrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis dan dengan jawaban-jawaban lebih lanjut dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang dapat di simpulkan dari jawaban-jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena mengahasilkan konsekuensi-konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis yang kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban yang lain, dan begitu seterusnya.
Metode yang biasa digunakan Socrates tersebut biasanya disebut metode dialegtika yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Metode Socrates dinamakan dialegtika karena dialog mempunyai peranan penting di dalamnya. Dari dialog tersebut dapat dihasilkan suatu definisi bagi kita yang sudah biasa menggunakan definisi barangkali beranggapan bahwa definisi itu bukan sesuatu yang amat penting, bukan suatu penemuan yang berharga. Akan tetapi bagi Socrates pada waktu itu penemuan definisi bukanlah hal yang kecil maknanya, penemuan inilah yang kemudian digunakan oleh Socrates untuk menentang ajaran kaum sofis.
Dengan ajaran Socrates ini, orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama. Dengan demikian, ajaran Socrates semakin kuat sehingga orang-orang sofis sudah kehabisan pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu relative, semakin ditinggalkan, semakin tidak laku. Orang sofis kalap, lalu menuduh Socrates merusak mental pemuda. Socrates diadili oleh hakim Athena. Ia dijatuhi hukuman mati.
Seandainya Socrates memilih hukuman dibuang ke luar kota, tentu hukuman itu diterima oleh hakim tersebut. Namun Socrates tidak mau meninggalkan kota asalnya. Kemudian Socrates menawarkan hukuman denda 30 Mina. Pilihan itu ditolak oleh para hakim kaarena dianggap terlalu kecil, hal itu dianggap suatu penghinaan terhadap para hakim.
Biasanya hukuman mati dijatuhkan dalam tenggang waktu 12 jam dan saat diputuskannya hukuman itu. Namun, pada saat itu ada satu perahu layar Athena yang keramat sedang melakukan perjalanan tahunan ke kuil di pulau Delos. Menurut hukum Athena, hukuman mati itu baru boleh dilaksanakan apabila perahu itu sudah kembali. Oleh karena itu, satu bulan lamanya Socrates tinggal di dalam penjara sambil bercakap-cakap dengan sahabatnya.
Salah satu sahabat Socrates yaitu Kriton, yang mengusulkan supaya Socrates melarikan diri, tetapi Socrates menolak dengan alas an hukuman tersebut sudah menjadi konsekuensi atas teori yang dia kemukakan. Dan pada waktu senja, Socrates mengakhiri hidupnya dengan meminum racun, dengan dikelilingi pula oleh sahabatnya. Sekalipun Socrates telah tiada, ajaran tersebut cepat karena kematiannya itu. Orang-orang Athena pun mulai mempercayai adanya kebenaran umum.
Ajaran Socrates mengenai agama bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam adalah karena adanya “akal yang mengatur” yang tidak lalai dan tidak tidur. Akal yang mengatur itu adalah Tuhan yang pemurah. Tuhan bukan benda hanya wujud yang rohani semata. Pendapat Socrates tentang Tuhan lebih dekat kepada aqidah tauhid. Socrates menyarankan agar orang-orang menjaga permata agama, jangan menyembah berhala dan jangan mempersekutukan Tuhan.[3]
Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Orang-orang Yunani mengetahui ajaran Socrates melalui catatann murid-muridnya terutama Xenephon dan Plato. Catatan Xenephon kurang kebenarannya, karena ia sendiri bukan seorang filosof. Untuk mengetahui ajaran Socrates, orang lebih merujuk kepada catatan Plato. Tetapi kesukarannya ialah Plato dalam tulisannya banyak menuangkan pendapatnya sendiri ke dalam mulut Socrates.
Dalam uraian-uraian yang dikemukakan Plato kebanyakan berbentuk dialog dan hamper selalu nama Socrates yang dikemukakannya. Ia memikir, tetapi keluar seolah-olah Socrates yang berkata. Dari catatan Plato inilah, orang-orang dapat mengetahui ajaran Socrates.
Dari uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa kaum sofil beranggapan, semua pengetahuan yang bersifat umum, sedangkan Socrates berpendapat bahwa tidak semua kebenaran itu relative namun kebenaran itu bersifat objektif dan dapat membentuk suatu definisi. Jadi, semua ajaran orang sofis itu benar, yang benar adalah sebagian besar pengetahuan bersifat umum yaitu definisi dan sebagian bersifat khusus yang khusus itulah yang kebenarannya relative.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian-uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang jelas antara pemikiran kaum sofis dengan pemikiran Socrates. Kaum sofis berpendapat bahwa kebenaran itu relatif . pendapat kaum sofis tersebut ditentang oleh Socrates. Socrates berpendapat bahwa kebenaran yang bersifat umum itu ada.
Dari pendapat-pendapat tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sebagian besar pengetahuan ada yang bersifat umum yaitu berupa definisi dan sebagian ada yang bersifat umum yaitu berupa definisi dan sebagian ada yang bersifat khusus yang dinamakan dengan relatifisme.

B.     Saran-saran
Ilmu filsaat merupakan ilmu yang berisi pemikiran-pemikiran para filosofis. Dengan belajar ilmu filsafat, kita dapat mengetahui asal-usul dari suatu ilmu. Untuk itu, dalam mempelajari ilmu filsafat sebaiknya dibutuhkan pemahaman secara luas dan mendetail agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan pemikiran-pemikiran para filsuf.











DAFTAR PUSTAKA

Aprillins, “Perbedaan Corak Filsafat Pra-Socrates dan Zaman Socrates”, dalam http://aprillins.com/2010/1564/perbedaan-corak-filsafat-pra-Socrates-dan-zaman-socrates/, diakses tanggal 28 Oktober 2011.
Bertens, K. 1998. Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius
Kattsoff, Louis O. 1992. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Saefullah, Djaja. 2004. Pengantar Filsafat. Bandung: PT. Refika Aditama


[1] Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 10
[2] Aprillins, Perbedaan Corak Filsafat Pra-Socrates dan Zaman Socrates, diakses 26 Oktober 2011, dalam http://aprillins.com/2010/1564/perbedaan corak-filsafat-pra-socrates-dan-zaman- socrates/
[3] Ahmad Nurwahid, Socrates, diakses tanggal 28 Oktober 2011, dalam http://wongdongkamakalah.com/2008/12/socrates.html

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 Neng Ingin Berbagi. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates