RSS

Makalah Motivasi dalam Psikologi Belajar




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LatarBelakang
Seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini setiap pelajar banyak yang belum mengetahui dan mengerti apa itu motivasi, padahal motivasi itu memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan cita-cita, wawasan, aspirasi, impian, keinginan, keperluan ataupun suatu hal yang ingin dia capai, suatu penggerak atau pengarah seseorang dalam mewujudkan cita-citanya dan dalam tindakan-tindakannya baik itu negatif ataupun positif, untuk itu perlu adanya subyek untuk menambah motivasi seseorang dalam mewujudkan cita-citanya tersebut.
Dan hal itu seorang pengajar menjadi sosok utama dalam pengembangan para pelajar tersebut, karena motivasi itu sangat penting untuk menumbuhkan minat, mendorong kesungguhan untuk mencapai suatu yang benar-benar diinginkan dan diyakini bisa mencapai, dalam artian dalam hal yang positif apabila kita betul-betul memiliki suatu ketakutan atau kemalasan itu merupakan penyakit yang harus disembuhkan dengan bantuan para motivator. Namun, tidak hanya para pengajar yang harus memberikan motivasi, tetapi juga perlu adanya motivasi dari dalam diri kita sendiri.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai motivasi dalam belajar guna untuk dapat memberi pengetahuan dan wawasan mengenai motivasi dalam belajar. Selain itu juga dapat mengetahui bagaimana motivasi itu ditumbuhkan, ditingkatkan dan dikembangkan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Definisi motivasi dan hubungan dengan istilah motif, drive dan need.
2.      Macam-macam motivasi dan implikasinya dalam belajar.
3.      Hubungan motivasi dengan kebutuhan manusia.
4.      Proses motivasi dalam belajar.
5.      Faktor-faktor yang mempermudah timbulnya motivasi belajar; Readiness, Incentive dan Transfer.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Motivasi dan Hubungannya dengan Istilah “Motif”, “Drive” dan “Need”
1.    Definisi Motivasi
Secara etimologi motivasi berarti dorongan, kehendak, atau kemauan. Sedangkan secara terminologi, motivasi adalah tenaga-tenaga (forcer) yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku individu. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, akan tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya, baik yang berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motivasi merupakan kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia yang dapat dikembangkan dan dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negatif.[1]
Mc. Donald mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perumusan definisi tersebut mengandung tiga unsur yang saling berkaitan yaitu :
a.    Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi seseorang.
b.    Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (dorongan afektif).
c.    Motivasi ditandai oleh reaksi – reaksi mencapai tujuan.[2]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu energi atau tenaga yang dapat membangkitkan atau mengarahkan tingkah laku individu yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.


2.    Hubungan Motivasi dengan Istilah “Motif”, “Drive” dan “Need”
Motif atau “motive” adalah dorongan, hasrat, keinginan dan tenaga penggerak lainya, yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu yang terarah pada kebutuhan psikis atau rohaniah.[3] Desakan atau “Drive” diartikan sebagai dorongan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Kebutuhan atau “Need” merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya. Meskipun ada variasi makna, ketiga hal tersebut sangat bertalian erat dan sukar dipisahkan, karena semuanya termasuk suatu kondisi yang mendorong individu melakukan suatu kegiatan, yang mana kondisi tersebut disebut dengan motivasi.
Dengan demikian, motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai tenaga pendorong yang berupa desakan (drive), motif, dan kebutuhan (need). Sehingga untuk menyederhanakan ketiga tenaga pendorong tersebut akan disebut dengan satu istilah saja yang lebih bersifat Umum yaitu motif. Motif-motif yang mendorong perilaku individu dapat dikategorikan atas motif dasar dan motif sosial.
Motif dasar berkenaan dengan segala macam bentuk dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Motif ini bersifat instink, dimiliki individu sejak lahir atau diperoleh dalam proses perkembangannya tanpa harus dipelajari. Sedangkan motif sosial merupakan perkembangan dari motif dasar, berkembang karena belajar dari pengalaman, baik belajar dari pengalaman yang disadari, maupun yang dilakukan tanpa rencana. Motif ini berkembang melalui proses interaksi sosial, dan peranannya sangat besar dalam kehidupan sosial.[4]
B.       Macam-macam Motivasi dan Implikasinya dalam Belajar
1.    Macam-macam Motivasi
a.    Secara umum, motivasi terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1)   Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi  tanpa adanya rangsangan dari luar, karena di dalam setiap individu sudah ada dorongan melakukan sesuatu. Contoh motivasi intrinsik dalam proses belajar: Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat tujuan, nilai yang tinggi, hadiah dan sebagainya.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktifitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu di latarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan di butuhkan dan sangat berguna untuk sekarang dan di masa mendatang.
2)    Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di lua hal yang di pelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak di perlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam bisa dilakukan agar anak didik bisa termotivasi dalam belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.[5]
b.    Dilihat dari dasar pembentukannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)    Motif-motif bawaan, yakni motif-motif yang dibawa sejak lahir, contoh: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja dll.
2)   Motif-motif yang dipelajari, contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat.[6]
c.    Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1)   Motivasi takut (fear motivation), yakni individu melakukan suatu perbutan karena takut. Dalam hal ini seseorang melakukan sesuatu perbuatan dikarenakan adanya rasa takut, misalnya takut karena ancaman dari luar, takut Aku mendapatkan hukuman dan sebagainya.
2)   Motivasi insentif (incentive motivation), yakni individu melakukan suatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu insentif. entuk insentif bermacam-macam seperti mendapatkan honorarium, bonus, hadiah, penghargaan dan lain-lain
3)   Motivasi sikap (attitude motivation), yakni motivasi ini lebih bersifat intrinsik (muncul dari dalam diri individu) berbeda dengan kedua motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrisik dan datang dari luar diri individu. Sikap merupakan suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap suatu objek.[7]
d.   Menurut Abraham Maslow, motivasi terbagi menjadi lima macam, yaitu:
1)   Motif fisiologis, yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akanmakan, minum, bernafas, bergerak dll.
2)   Motif pengamanan, yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga atau melindungi diri dari gangguan.
3)   Motif persaudaraan dan kasih sayang, yaitu motif untuk membina hubungan baik denga jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda.
4)   Motif harga diri, yaitu motif untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan penghargaan dan penghormatan dari orang lain.
5)   Motif aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari kelahirannya dan kodrtnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan atau dinyatakan dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan dan kecakapan nyata.
Jika digambarkan dalam sebuah bagan, kelima macam motif yang menunjukkan tahap tersebut membentuk tangga seperti pada gambar berikut:








Gambar tangga motif dari Abraham Maslow
 
 








kelima macam motif itu tersusun dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi. Menurut maslow pada umumnya motif yang lebih tinggi akan muncul apabila motif dibawahnya telah terpenuhi. Meslkipun demikian tidak mustahil terjadi kekecualian, bahwa motif yang lebih tinggi muncul meskipn motif dibawahnya belum terpenuhi.[8]

2.    Implikasi Motivasi dalam Belajar
Motivasi bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab penting akan munculnya perilaku seseorang. Motivasi adalah dorongan, hasrat, yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi bisa membangkitkan daya gerak dan menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
Berkaitan dengan proses belajar, agar tercipta suasana kegiatan belajar mengajar yang efektif yang dapat mewujudkan hasil belajar yang memuaskan ternyata dibutuhkan suatu dorongan dari dalam jiwa siswa. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Peran motivasi sangat potensial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Guru berperan untuk menetapkan kebutuhan dan motivasi murid-murid berdasarkan tingkah laku mereka yang nampak. Masalah bagi guru ialah bagaimana menggunakan motivasi murid-murid untuk mendorong mereka bekerja mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha untuk mencapai tujuan itu, perubahan tingkah laku diharapkan terjadi. Oleh karena itu, tugas guru ialah memotivasi murid untuk belajar demi tercapainya tujuan yang diharapkan, serta di dalam proses memperoleh tingkah laku yang diinginkan.
Guru sering menggunakan insentif untuk memotivasi muroid-murid atau berusaha mencapai tujuan yang diinginkan. Insentif, apapun wujudnya akan berguna hanya apabila insentif itu mewakili tujuan yang akan dicapai yang kiranya memenuhi kebutuhan psikologis murid-murid. Konsekuensinya guru harus kreatif dan imajinasinya di dalam menggunakan insentif untuk memotivasi agar berusaha mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.[9]
Penggunaan media pengajaran atau alat-alat peraga, memberikan nilai ulangan sebagai pemicu siswa untuk belajar lebih giat, menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa, mengadakan permainan dan menggunakan simulasi, menumbuhkan persaingan dalam diri siswa, merupakan upaya-upaya lain untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa.
Ternyata motivasi memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap proses belajar, baik motivasi internal maupun eksternal. Jika seorang anak tidak mempunyai motivasi dalam dirinya maka hasil belajar menjadi tidak maksimal. Sehingga dia membutuhkan motivasi dari luar, yaitu pemberian motivasi dari orang-orang sekitar.[10]
C.      Hubungan Motivasi dengan Kebutuhan Manusia
Dalam setiap perbuatan, manusia pasti mempunyai tujuan tertentu dan berdasarkan motif tertentu pula. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan sebuah motivasi. Motivasi inilah yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai. Memang sulit untuk mengetahui motivasi pada diri seseorang secara langsung. Namun motivasi pada diri seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya.
Tingkah laku yang memenuhi kebutuhan, cenderung untuk diulangi apabila kebutuhan itu ditumbuhkan. Tingkah laku yang mencapai ke arah tercapainya tujuan menjadi semakin kuat, yakni bilamana seseorang dimotivasi lagi dengan cara yang sama maka tingkah laku itu terjadi lagi.[11]
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sering manghadapi tingkah laku-tingkah laku kelas yang tidak dapat diterangkan dan sulit diatasi karena tingkah laku tersebut telah diperkuat untuk memenuh kabutuhan tertentu. Dalam situasi-situasi yang agaknya memberikan “reward” bagi seorang anak, kecenderungan tingkah laku dapat dipelajari. Banyak cara yang bisa dilakukan untk memenuhi kebutuhan anak, misalnya dengan memberi pujian atau penghargaan-penghargaan lainnya. Misalnya, anak yang selalu berbicara di kelas sering mengganggu ketenangan kelas barangkali berusaha memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan perhatian. Bila tingkah lakunya menarik perhatian, maka kemarahan dan teguran dari guru sangat berpengaruh.[12]
D.      Proses Motivasi dalam Belajar
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya.
Mengenai tahap-tahap belajar terdapat beberapa pendapat:
1.    Menurut Jerume S. Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap:
a.    Tahap Informasi (tahap penerimaan materi)
b.    Tahap Transformasi (tahap pengubahan materi)
c.    Tahap Evaluasi (tahap penilaian materi)
2.    Menurut Arno F. Wittig dalam bukunya Psychology of Learning setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu:
a.    Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)
b.    Storage (tahap penyimpanan informasi)
c.    Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)[13]
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa yang dimaksud dengan motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dalam hal belajar, motivasi itu sangat penting, karena motivasi bisa dikatakan sebagai syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah misalnya, seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan lain sebagainya. Hal itu terjadi karena guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar siswa mampu bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya. Banyak bakat siswa yang tidak berkembang akibat tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapatkan motivasi yang tepat, maka lebih banyak peluang untuk mencapai hasil dan tujuan yang diinginkannya.[14]
E.       Faktor-faktor yang Mempermudah Timbulnya Motivasi Belajar
1.    Readiness (Kesiapan)
Kesiapan adalah Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaaban dengan cara tertentu terhadap situasi tertentu. Kondisi tersebut mencakup tiga aspek, yaitu:
a.    Fisik, mental, dan emosional.
b.    Kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan.
c.    Keterampilan dan pengetahuan.
Adapun prinsip-prinsip readiness adalah:
a.       semua aspek perkembangan berinteraksi (saling mempengaruhi)
b.      kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman
c.       pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan
d.      kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.[15]
2.    Incentive
Incentive adalah penghargaan yang diberikan atas keberhasilan siswa, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Hal ini sangat berguna untuk meningkatkan motivasi siswa. Penghargaan ini misalnya berupa pujian, angka yang baik, memberi hadiah, dan lain-lain.
Incentive dapat dibedakan menjadi dua macam:
a.    Insentif istrinsik, yaitu situasi yang mempunyai hubungan fungsional dengan tugas dan tujuan. Misalnya pengenalan tentang hasil/kemajuan belajar serta mengenai persaingan sehat.
b.    Insentif ekstrinsik, yaitu situasi yang tidak mempunyai hubungan fungsional dengan tugas. Misalnya: ganjaran, hukuman, perlakuan kasar, kekejaman, dan ancaman yang membuat takut. Dari kedua macam intensif tersebut, yang lebih memajukan belajar individu adalah insentif intrinsik.[16]
3.    Transfer
Transfer adalah pengaruh dari hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Apabila hasil belajar yang terdahulu itu memperlancar proses beelajar berikutnya, maka transfer tersebut disebut transfer positif. Namun jika mengganggu proses belajar berikutnya maka transfer tersebut disebut transfer negatif.
Untuk mempermudah transfer dibutuhkan kondisi yang kondusif, yaitu dengan adanya kemampuan asli pelajar, murid mempelajari materi yang menarik baginya, sikap yang positif dan usaha suka rela murid, cara mengajar yang menarik, bervariasi, tepat guna dan sesuai dengan kemampuan murid.
Adapun prinsip-prinsip transfer adalah:
a.    Menanamkan kesungguhan pada anggota pelajar
b.    Membuat materi belajar menjadi lebih bermakna
c.    Memungkinkan terjadinya konsekuensi yang memuaskan terhadap respon-respon yang benar
d.   Menyediakan latihan/ praktek
e.    Menghindari organisasi yang salah dan gangguan
f.     Menekankan konsep-konsep dan kemampuan umum
g.    Memungkinkan terjadinya aplikasi
h.    Memungkinkan peningkatan belajar dan tindak lanjutnya.[17]


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Secara etimologi motivasi berarti dorongan, kehendak, atau kemauan. Sedangkan secara terminologi, motivasi adalah tenaga-tenaga (forcer) yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku individu. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, akan tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya.
Motif atau “motive” adalah tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu yang terarah pada kebutuhan psikis atau rohaniah. Desakan atau “Drive” diartikan sebagai dorongan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Kebutuhan atau “Need” merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya. Ketiga hal tersebut sangat bertalian erat dan sukar dipisahkan, karena semuanya termasuk suatu kondisi yang mendorong individu melakukan suatu kegiatan, yang mana kondisi tersebut disebut dengan motivasi.
Dilihat dari berbagai aspek, motivasi terbagi menjadi beberapa macam. Akan tetapi secara umum, motivasi dibagi menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi berkaitan erat dalam proses pembelajaran, agar tercipta suasana kegiatan belajar mengajar yang efektif yang dapat mewujudkan hasil belajar yang memuaskan, diperlukan adanya dorongan/motivasi dari dalam jiwa siswa.
Dalam setiap perbuatan, manusia tentu mempunyai tujuan yang berdasarkan motif tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah motivasi. Motivasi inilah yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai. Diantara faktor-faktor yang mempermudah timbulnya motivasi belajar adalah Readines (Kesiapan), Incentive (Penghargaan), dan Transfer.



[1]A. Machrany, Motivasi dan Disiplin Kerja (Jakarta: SIUP, 1998), h. 109.
[2]Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 158-159
[3]Alex Sobur, Pesikologi Umum dalam Lintas Sejarah (Bandung: PustakaSetia, 2011), h. 267.
[4]Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h. 61.
[5]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar  (Jakarta: PT Rinea Cipta, 2002), h. 115-118.
[6]Chalijah Hasan, Dimensi- dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), h. 42.
[7]Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h. 63-64.
[8]Ibid., h. 68-69.
[9]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 200.
[10]Siti Fatimah, “Perlukah Motivasi dalam Proses Belajar?” diakses pada tanggal 10 November 2012 dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/28/perlukah-motivasi-dalam-proses-belajar/
[11]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 208.
[12]Ibid., h. 211.
[13]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.. 109-111.
[14]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 60.
[15]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mepengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h. 113-114.
[16]Ibid., h. 118-120.
[17]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 118.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

bagus sekali artikelnya.. sebagai bhn referensi buat saya juga tuk memperkaya ilmu pendidikan dan suatu inpirasi buat saya tuk menulis tentang artikel pendidikan d blog saya sendiri.

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah....
Terima kasih.
Blog anda alamatnya apa?

Afdhal Ilahi mengatakan...

MKSH INFONYA

Posting Komentar

Copyright 2009 Neng Ingin Berbagi. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates