BAB
I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Seperti
yang kita ketahui akhir-akhir ini setiap pelajar banyak yang belum mengetahui
dan mengerti apa itu motivasi, padahal motivasi itu memiliki peran yang sangat
penting untuk mewujudkan cita-cita, wawasan, aspirasi, impian, keinginan,
keperluan ataupun suatu hal yang ingin dia capai, suatu penggerak atau pengarah
seseorang dalam mewujudkan cita-citanya dan dalam tindakan-tindakannya baik itu
negatif ataupun positif, untuk itu perlu adanya subyek untuk menambah motivasi
seseorang dalam mewujudkan cita-citanya tersebut.
Dan
hal itu seorang pengajar menjadi sosok utama dalam pengembangan para pelajar
tersebut, karena motivasi itu sangat penting untuk menumbuhkan minat, mendorong
kesungguhan untuk mencapai suatu yang benar-benar diinginkan dan diyakini bisa
mencapai, dalam artian dalam hal yang positif apabila kita betul-betul memiliki
suatu ketakutan atau kemalasan itu merupakan penyakit yang harus disembuhkan
dengan bantuan para motivator. Namun, tidak hanya para pengajar yang harus
memberikan motivasi, tetapi juga perlu adanya motivasi dari dalam diri kita
sendiri.
Oleh
karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai motivasi dalam belajar guna
untuk dapat memberi pengetahuan dan wawasan mengenai motivasi dalam belajar. Selain
itu juga dapat mengetahui bagaimana motivasi itu ditumbuhkan, ditingkatkan dan
dikembangkan.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi motivasi dan hubungan dengan
istilah motif, drive dan need.
2. Macam-macam motivasi dan implikasinya
dalam belajar.
3. Hubungan motivasi dengan kebutuhan
manusia.
4. Proses motivasi dalam belajar.
5. Faktor-faktor yang mempermudah
timbulnya motivasi belajar; Readiness, Incentive dan Transfer.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Motivasi dan Hubungannya dengan Istilah “Motif”, “Drive” dan “Need”
1. Definisi
Motivasi
Secara etimologi motivasi berarti dorongan, kehendak, atau
kemauan. Sedangkan secara terminologi, motivasi adalah tenaga-tenaga (forcer)
yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku individu. Motivasi tidak dapat
diamati secara langsung, akan tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah
lakunya, baik yang berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya
suatu tingkah laku tertentu. Motivasi merupakan kekuatan potensial yang ada dalam
diri seorang manusia yang dapat dikembangkan dan dapat mempengaruhi hasil
kinerjanya secara positif atau negatif.[1]
Mc. Donald mendefinisikan motivasi sebagai suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perumusan definisi tersebut
mengandung tiga unsur yang saling berkaitan yaitu :
a.
Motivasi dimulai dari adanya
perubahan energi dalam pribadi seseorang.
b.
Motivasi ditandai dengan timbulnya
perasaan (dorongan afektif).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
energi atau tenaga yang dapat membangkitkan atau mengarahkan tingkah laku
individu yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
2. Hubungan
Motivasi dengan Istilah “Motif”, “Drive” dan “Need”
Motif atau “motive”
adalah dorongan, hasrat, keinginan dan tenaga penggerak lainya,
yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu yang terarah pada kebutuhan psikis atau rohaniah.[3]
Desakan atau “Drive” diartikan sebagai dorongan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah.
Kebutuhan atau “Need” merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya
kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya. Meskipun ada variasi
makna, ketiga hal tersebut sangat bertalian erat dan sukar dipisahkan, karena
semuanya termasuk suatu kondisi yang mendorong individu melakukan suatu kegiatan,
yang mana kondisi tersebut disebut dengan motivasi.
Dengan demikian, motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari
berbagai tenaga pendorong yang berupa desakan (drive), motif, dan kebutuhan
(need). Sehingga untuk menyederhanakan ketiga tenaga pendorong tersebut akan
disebut dengan satu istilah saja yang lebih bersifat Umum yaitu motif.
Motif-motif yang mendorong perilaku individu dapat dikategorikan atas motif dasar
dan motif sosial.
Motif dasar berkenaan dengan segala macam bentuk dorongan untuk memenuhi
kebutuhan dasar. Motif ini bersifat instink, dimiliki individu sejak lahir atau
diperoleh dalam proses perkembangannya tanpa harus dipelajari. Sedangkan motif
sosial merupakan perkembangan dari motif dasar, berkembang karena belajar dari
pengalaman, baik belajar dari pengalaman yang disadari, maupun yang dilakukan
tanpa rencana. Motif ini berkembang melalui proses interaksi sosial, dan
peranannya sangat besar dalam kehidupan sosial.[4]
B. Macam-macam
Motivasi dan Implikasinya dalam Belajar
1. Macam-macam
Motivasi
a.
Secara umum, motivasi
terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motif- motif yang aktif dan
berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar, karena di dalam setiap individu sudah
ada dorongan melakukan sesuatu. Contoh motivasi
intrinsik dalam proses belajar: Anak didik termotivasi untuk belajar
semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran,
bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat tujuan, nilai yang tinggi,
hadiah dan sebagainya.
Bila
seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar
akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
Dalam aktivitas belajar, seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit
sekali melakukan aktifitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki
motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu di
latarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang
dipelajari sekarang akan di butuhkan dan sangat berguna untuk sekarang dan di
masa mendatang.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang
dari luar.
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan
tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena
hendak mencapai tujuan yang terletak di lua hal yang di pelajarinya. Misalnya,
untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak di
perlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar
anak didik mau belajar. Berbagai macam bisa dilakukan agar anak didik bisa
termotivasi dalam belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan
minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai
bentuknya.[5]
b.
Dilihat dari dasar
pembentukannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)
Motif-motif bawaan, yakni
motif-motif yang dibawa sejak lahir, contoh: dorongan untuk makan, dorongan
untuk minum, dorongan untuk bekerja dll.
2)
Motif-motif yang
dipelajari, contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan
dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat.[6]
c.
Menurut sifatnya motivasi
dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1)
Motivasi takut (fear
motivation), yakni individu melakukan suatu perbutan karena takut. Dalam hal
ini seseorang melakukan sesuatu perbuatan dikarenakan adanya rasa takut,
misalnya takut karena ancaman dari luar, takut Aku mendapatkan hukuman dan
sebagainya.
2)
Motivasi insentif
(incentive motivation), yakni individu melakukan suatu perbuatan untuk
mendapatkan sesuatu insentif. entuk insentif bermacam-macam seperti mendapatkan
honorarium, bonus, hadiah, penghargaan dan lain-lain
3) Motivasi sikap (attitude motivation), yakni motivasi ini lebih
bersifat intrinsik (muncul dari dalam diri individu) berbeda dengan kedua
motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrisik dan datang dari luar diri
individu. Sikap merupakan suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau
ketidaktertarikan seseorang terhadap suatu objek.[7]
d.
Menurut Abraham Maslow,
motivasi terbagi menjadi lima macam, yaitu:
1)
Motif fisiologis, yaitu
dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akanmakan, minum,
bernafas, bergerak dll.
2)
Motif pengamanan, yaitu
dorongan-dorongan untuk menjaga atau melindungi diri dari gangguan.
3)
Motif persaudaraan dan
kasih sayang, yaitu motif untuk membina hubungan baik denga jenis kelamin yang
sama maupun yang berbeda.
4)
Motif harga diri, yaitu
motif untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan penghargaan dan penghormatan dari
orang lain.
5)
Motif aktualisasi diri.
Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari kelahirannya dan kodrtnya
sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan atau dinyatakan dalam
berbagai bentuk sifat, kemampuan dan kecakapan nyata.
Jika digambarkan dalam sebuah bagan, kelima macam motif
yang menunjukkan tahap tersebut membentuk tangga seperti pada gambar berikut:
|
kelima macam motif itu tersusun dari yang paling rendah sampai dengan
yang paling tinggi. Menurut maslow pada umumnya motif yang lebih tinggi akan
muncul apabila motif dibawahnya telah terpenuhi. Meslkipun demikian tidak
mustahil terjadi kekecualian, bahwa motif yang lebih tinggi muncul meskipn
motif dibawahnya belum terpenuhi.[8]
2. Implikasi
Motivasi dalam Belajar
Motivasi bisa
dikatakan sebagai salah satu penyebab penting akan munculnya perilaku
seseorang. Motivasi adalah dorongan, hasrat, yang berasal dari diri seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi bisa membangkitkan daya gerak dan
menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
Berkaitan dengan
proses belajar, agar tercipta suasana kegiatan belajar mengajar yang efektif
yang dapat mewujudkan hasil belajar yang memuaskan ternyata dibutuhkan suatu
dorongan dari dalam jiwa siswa. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Peran motivasi sangat
potensial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Guru
berperan untuk menetapkan kebutuhan dan motivasi murid-murid berdasarkan
tingkah laku mereka yang nampak. Masalah bagi guru ialah bagaimana menggunakan
motivasi murid-murid untuk mendorong mereka bekerja mencapai tujuan pendidikan.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan itu, perubahan tingkah laku diharapkan
terjadi. Oleh karena itu, tugas guru ialah memotivasi murid untuk belajar demi
tercapainya tujuan yang diharapkan, serta di dalam proses memperoleh tingkah
laku yang diinginkan.
Guru
sering menggunakan insentif untuk memotivasi muroid-murid atau berusaha
mencapai tujuan yang diinginkan. Insentif, apapun wujudnya akan berguna hanya
apabila insentif itu mewakili tujuan yang akan dicapai yang kiranya memenuhi
kebutuhan psikologis murid-murid. Konsekuensinya guru harus kreatif dan
imajinasinya di dalam menggunakan insentif untuk memotivasi agar berusaha
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.[9]
Penggunaan media
pengajaran atau alat-alat peraga, memberikan nilai ulangan sebagai pemicu siswa
untuk belajar lebih giat, menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa,
mengadakan permainan dan menggunakan simulasi, menumbuhkan persaingan dalam
diri siswa, merupakan upaya-upaya lain untuk meningkatkan motivasi belajar pada
siswa.
Ternyata motivasi
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap proses belajar, baik motivasi
internal maupun eksternal. Jika seorang anak tidak mempunyai motivasi dalam
dirinya maka hasil belajar menjadi tidak maksimal. Sehingga dia membutuhkan
motivasi dari luar, yaitu pemberian motivasi dari orang-orang sekitar.[10]
C. Hubungan
Motivasi dengan Kebutuhan Manusia
Dalam setiap perbuatan, manusia pasti mempunyai tujuan
tertentu dan berdasarkan motif tertentu pula. Untuk mencapai tujuan yang
diharapkan diperlukan sebuah motivasi. Motivasi inilah yang mengaktifkan atau
memberi dorongan kepada manusia untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang
dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai. Memang sulit untuk
mengetahui motivasi pada diri seseorang secara langsung. Namun motivasi pada
diri seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya.
Tingkah laku yang memenuhi kebutuhan, cenderung untuk
diulangi apabila kebutuhan itu ditumbuhkan. Tingkah laku yang mencapai ke arah
tercapainya tujuan menjadi semakin kuat, yakni bilamana seseorang dimotivasi
lagi dengan cara yang sama maka tingkah laku itu terjadi lagi.[11]
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sering manghadapi
tingkah laku-tingkah laku kelas yang tidak dapat diterangkan dan sulit diatasi
karena tingkah laku tersebut telah diperkuat untuk memenuh kabutuhan tertentu.
Dalam situasi-situasi yang agaknya memberikan “reward” bagi seorang anak,
kecenderungan tingkah laku dapat dipelajari. Banyak cara yang bisa dilakukan
untk memenuhi kebutuhan anak, misalnya dengan memberi pujian atau
penghargaan-penghargaan lainnya. Misalnya, anak yang selalu berbicara di kelas
sering mengganggu ketenangan kelas barangkali berusaha memenuhi kebutuhan untuk
mendapatkan perhatian. Bila tingkah lakunya menarik perhatian, maka kemarahan
dan teguran dari guru sangat berpengaruh.[12]
D. Proses Motivasi dalam Belajar
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah
yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil
tertentu. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa.
Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih
maju dari keadaan sebelumnya.
Mengenai tahap-tahap belajar terdapat beberapa pendapat:
1. Menurut
Jerume S. Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap:
a. Tahap
Informasi (tahap penerimaan materi)
b. Tahap
Transformasi (tahap pengubahan materi)
c. Tahap
Evaluasi (tahap penilaian materi)
2. Menurut
Arno F. Wittig dalam bukunya Psychology of Learning setiap proses
belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu:
a. Acquisition
(tahap
perolehan/penerimaan informasi)
b. Storage
(tahap
penyimpanan informasi)
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa yang dimaksud dengan motif adalah
segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu.
Dalam hal belajar, motivasi itu sangat penting, karena motivasi bisa dikatakan
sebagai syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah misalnya, seringkali terdapat
anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan lain sebagainya. Hal
itu terjadi karena guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang tepat
untuk mendorong agar siswa mampu bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya.
Banyak bakat siswa yang tidak berkembang akibat tidak diperolehnya motivasi
yang tepat. Jika seseorang mendapatkan motivasi yang tepat, maka lebih banyak
peluang untuk mencapai hasil dan tujuan yang diinginkannya.[14]
E. Faktor-faktor yang Mempermudah Timbulnya Motivasi Belajar
1. Readiness (Kesiapan)
Kesiapan adalah Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk
memberi respons/jawaaban dengan cara tertentu terhadap situasi tertentu.
Kondisi tersebut mencakup tiga aspek, yaitu:
a. Fisik,
mental, dan emosional.
b. Kebutuhan-kebutuhan,
motif, dan tujuan.
c. Keterampilan
dan pengetahuan.
Adapun
prinsip-prinsip readiness adalah:
a.
semua aspek perkembangan
berinteraksi (saling mempengaruhi)
b.
kematangan jasmani dan
rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman
c.
pengalaman-pengalaman
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan
d. kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk selama masa
pembentukan dalam masa perkembangan.[15]
2. Incentive
Incentive adalah penghargaan yang diberikan atas keberhasilan siswa,
sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai
tujuan-tujuan pengajaran. Hal ini sangat berguna untuk meningkatkan motivasi
siswa. Penghargaan ini misalnya berupa pujian, angka yang baik, memberi hadiah,
dan lain-lain.
Incentive dapat dibedakan menjadi dua macam:
a.
Insentif istrinsik, yaitu
situasi yang mempunyai hubungan fungsional dengan tugas dan tujuan. Misalnya
pengenalan tentang hasil/kemajuan belajar serta mengenai persaingan sehat.
b. Insentif ekstrinsik, yaitu situasi yang tidak mempunyai hubungan
fungsional dengan tugas. Misalnya: ganjaran, hukuman, perlakuan kasar,
kekejaman, dan ancaman yang membuat takut. Dari kedua macam intensif tersebut,
yang lebih memajukan belajar individu adalah insentif intrinsik.[16]
3. Transfer
Transfer adalah pengaruh dari hasil belajar yang telah diperoleh pada
waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian.
Apabila hasil belajar yang terdahulu itu memperlancar proses beelajar
berikutnya, maka transfer tersebut disebut transfer positif. Namun jika
mengganggu proses belajar berikutnya maka transfer tersebut disebut transfer
negatif.
Untuk mempermudah transfer dibutuhkan kondisi yang kondusif, yaitu dengan
adanya kemampuan asli pelajar, murid mempelajari materi yang menarik baginya,
sikap yang positif dan usaha suka rela murid, cara mengajar yang menarik,
bervariasi, tepat guna dan sesuai dengan kemampuan murid.
Adapun prinsip-prinsip transfer adalah:
a.
Menanamkan kesungguhan pada
anggota pelajar
b.
Membuat materi belajar
menjadi lebih bermakna
c.
Memungkinkan terjadinya
konsekuensi yang memuaskan terhadap respon-respon yang benar
d.
Menyediakan latihan/
praktek
e.
Menghindari organisasi yang
salah dan gangguan
f.
Menekankan konsep-konsep
dan kemampuan umum
g.
Memungkinkan terjadinya
aplikasi
h. Memungkinkan peningkatan belajar dan tindak lanjutnya.[17]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara etimologi motivasi berarti dorongan, kehendak, atau kemauan.
Sedangkan secara terminologi, motivasi adalah tenaga-tenaga (forcer) yang
membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku individu. Motivasi tidak dapat
diamati secara langsung, akan tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah
lakunya.
Motif atau “motive” adalah tenaga penggerak yang
berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu yang terarah
pada kebutuhan psikis atau rohaniah. Desakan atau “Drive” diartikan sebagai
dorongan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Kebutuhan atau “Need” merupakan suatu
keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu
yang diperlukannya. Ketiga hal tersebut sangat bertalian erat dan sukar
dipisahkan, karena semuanya termasuk suatu kondisi yang mendorong individu
melakukan suatu kegiatan, yang mana kondisi tersebut disebut dengan motivasi.
Dilihat dari berbagai aspek, motivasi terbagi menjadi beberapa macam.
Akan tetapi secara umum, motivasi dibagi menjadi dua, yakni motivasi intrinsik
dan ekstrinsik. Motivasi berkaitan erat dalam proses pembelajaran, agar
tercipta suasana kegiatan belajar mengajar yang efektif yang dapat mewujudkan
hasil belajar yang memuaskan, diperlukan adanya dorongan/motivasi dari dalam
jiwa siswa.
Dalam setiap perbuatan, manusia tentu mempunyai tujuan yang berdasarkan
motif tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah motivasi.
Motivasi inilah yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia untuk
bertingkah laku mencapai tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil
dicapai. Diantara faktor-faktor yang mempermudah timbulnya motivasi belajar
adalah Readines (Kesiapan), Incentive (Penghargaan), dan
Transfer.
[1]A.
Machrany, Motivasi dan Disiplin Kerja (Jakarta: SIUP, 1998), h. 109.
[2]Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.
158-159
[3]Alex Sobur, Pesikologi Umum
dalam Lintas Sejarah (Bandung: PustakaSetia, 2011), h. 267.
[4]Nana
Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2005), h. 61.
[5]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar (Jakarta: PT Rinea Cipta,
2002), h. 115-118.
[6]Chalijah Hasan, Dimensi- dimensi Psikologi
Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), h. 42.
[7]Nana
Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2005), h. 63-64.
[8]Ibid.,
h. 68-69.
[10]Siti
Fatimah, “Perlukah Motivasi dalam Proses Belajar?” diakses pada tanggal 10
November 2012 dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/28/perlukah-motivasi-dalam-proses-belajar/
[11]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006), h. 208.
[12]Ibid.,
h. 211.
[13]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.. 109-111.
[14]Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h.
60.
[15]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mepengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h. 113-114.
[16]Ibid.,
h. 118-120.
[17]Wasty
Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 118.
3 komentar:
bagus sekali artikelnya.. sebagai bhn referensi buat saya juga tuk memperkaya ilmu pendidikan dan suatu inpirasi buat saya tuk menulis tentang artikel pendidikan d blog saya sendiri.
Alhamdulillah....
Terima kasih.
Blog anda alamatnya apa?
MKSH INFONYA
Posting Komentar