BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah
bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa
pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian yang Islami. Dari satu segi kita
melihat bahwa pendidikan itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap
mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri
maupun orang lain. Disamping itu pendidikan bertujuan agar terwujudnya manusia
sebagai hamba Allah. Menurut Islam pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia
yang menghambakan diri kepada Allah.
Islam menghendaki
agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana
yang telah digariskan oleh Allah. Akan tetapi pendidikan Islam disini mencakup
pengajaran umum dan pengajaran agama, yang didasari dengan langkah-langkah
mengajar yang disebut dengan metode pengajaran. Dalam pendidikan Islam,
pengajaran agama Islam mencakup pembinaan keterampilan, kognitif, dan afektif
yang menyangkut pembinaan rasa Iman, rasa beragama pada umumnya. Adapun metode
pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk
menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik.
Metode disini
mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan
Islam, agar materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan
dimiliki oleh anak didik. Dalam pendidikan Islam metode pendidikan ini disebut
dengan istilah “Thariqatut Tarbiyah” atau “Thariqatur Tahzib”
Dalam Al-Qur’an dan
Hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh
perasaan,mendidik jiwa, dan membangkitkan semangat, juga mampu menggugah
puluhan ribu Muslimin untuk membuka hati umat manusia menerima tuntunan Allah.
Dalam hal ini, salah satunya metode dakwah yang merupakan metode pendidikan
yang berfungsi untuk mengajak dan membawa uamtnya ke jalan Allah dan untuk
mendapat keridhoan-Nya. Untuk itu, pemakalah akan menguak lebih jelas mengenai
metode pendidikan atau yang dikenal dengan metode pengajaran secara global
dalam bab pembahasan yang selanjutnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa makna yang terkandung dalam
Surat Al-a’rof ayat 176
2. Apa makna yang terkandung dalam
surat Ibrahim ayat 24-25
3. Apa makna yang terkandung dalam
surat An-Nahl ayat 125
4. Apa makna yang terkandung dalam
surat Al-Ahzab ayat 2
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Memahami
makna yang terkandung dalam Surat Al-a’rof ayat 176
2.
Mengetahui makna yang terkandung dalam surat Ibrahim ayat 24-25
3.
Mengetahui makna yang terkandung dalam surat An-Nahl ayat 125
4.
Mengetahui makna yang terkandung dalam surat Al-Ahzab ayat 2
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Pembelajaran
Secara bahasa metode berasal dari bahasa Inggris method yang berarti cara,
bahasa Greeka metha berarti melalui atau melewati, dan hodos jalan atau cara. Secara istilah metode adalah jalan atau cara yang ditempuh seseorang
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.[1]
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti dalam fiman Allah
SWT:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx.
Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S.
Al-Ahzab: 21).
Hadist diatas menerangkan tentang meneladani akhlak dan
ajaran Rasulullah SAW yang termasuk tata cara beliau dalam mendidik didri
sendiri, keluarga, lembaga, dan masyarakat merupakan kewajiban semua umat
islam.
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik
adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat
mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta
mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru
adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah
performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas
sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didiknya.
Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkaualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya
dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai
apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil
belajar yang baik. Hasil belajar seseorang, ditentukan
oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru (profesionalisme
guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang
memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga
menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
Dalam suatu pembelajaran banyak macam-macam metode
yang digunakan yang mana setiap jenis metode mengajar mempunyai kelemahan dan
kelebihan masing-masing, dalam pembelajaran seorang guru tidak harus terpaku
dalam menggunakan berbagai metode agar proses belajar mengajar tidak membosankan,
tetapi bagaimana memikat peserta didik, oleh karena itu guru harus bisa
mengkombinasikan penggunaan beberapa metode atau memilih metode yang tepat.
B.
Macam-macam Metode
Pembelajaran
Dalam suatu pembelajaran terdapat beberapa macam metode pembelajaran
diantaranya yaitu:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah
sebuah model pembelajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara
lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Model
pembelajaran ini bisa dikatakan sebagai model pembelajaran yang paling ekonomis
dalam menyampaikan informasi serta paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
literatur dan metode ini biasanya digunakan untuk penyampaian bahan belajar
yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Metode ini seringkali
digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran apabila menghadapi sejumlah siswa
yang cukup banyak, namun perlu diperhatikan juga bahwa metode ini akan berhasil
baik apabila didukung oleh metode-metode yang lain, misalnya metode tanya
jawab, latihan dan lain-lain. Guru harus benar-benar siap dalam hal ini, karena
jika disampaikan hanya ceramah saja dari awal pelajaran sampai selesai, siswa
akan bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, bahkan siswa tidak
mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya. Metode ini sesuai yang telah
digariskan oleh al-qur’an yaitu:
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/
Artinya: Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S.
An-Nahl: 125).
Ayat diatas merupakan
gambaran yang lengkap tentang metode menyampaikan ajaran Allah kepada manusia
yang berbeda sifat, tabiat, dan pembawaannya. Ada manusia yang gemar mencari
kebenaran dan pula golongan awam, juga ada yang apriori, menentang dan menolak.[2]
Menghadapi
kelompok-kelompok yang beraneka ragam itu tentunya perlu diterapkan metode yang
sesuai dan tepat. Karena itu rasulullah dalam menyampaikan pesan atau risalah
selalu menilai lebih dahulu tingkat kecerdasan seseorang. Sebelum berbicara,
beliau melihat kondisi siapa yang dihadapi. Kepada setiap orang atau golongan
beliau menggunakan bahasa dan tutur kata yang dapat dimengerti dan dipahami
sebaik-baiknya.
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ وَهَنَّادٌ قَالاَ حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكِ بْنِ
حَرْبٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ كُنْتُ أُصَلِّى مَعَ النَّبِىِّ -صلى
الله عليه وسلم- فَكَانَتْ صَلاَتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا. قَالَ وَفِى
الْبَابِ عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ وَابْنِ أَبِى أَوْفَى. قَالَ أَبُو عِيسَى
حَدِيثُ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.[3]
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan Hannad
keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash dari Simak bin
Harb dari Jabir bin Samrah dia berkata, saya shalat bersama Nabi SAW, ternyata
shalatnya sederhana dan khutbahnya juga sederhana (tidak panjang). Perawi
berkata: dalam bab ini dari 'Ammar bin Yasir dan Ibnu Abu Aufa . Abu Isa
berkata, hadits Jabir bin Samrah adalah hadits hasan shahih.” (HR. Tirmidzi).
2. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab
adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang
bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog
antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi
ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan
siswa.
Metode tanya jawab
adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda
Tanya Jawab akan menjadi efektif
bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi.
bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi.
3. Metode Pendekatan Perumpamaan
Perumpamaan merupakan cara yang tepat untuk lebih menggambarkan,
menjelaskan, dan mendekatkan hakikat masalah tertentu dihati pendengarnya atau
umatnya. Contohnya adalah seperti dalam hadist mengenai membaca al-Qur’an
beliau bersabda:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنْ أَبِى مُوسَى الأَشْعَرِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ
الْمُؤْمِنِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لاَ رِيحَ
لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ
الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ رِيحُهَا
مُرٌّ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
وَقَدْ رَوَاهُ شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ أَيْضًا.[4]
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan
kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari Anas dari Abu Musa Al Asy'ari ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang mu`min yang membaca
al-Qur`an seperti buah utrujah, baunya harum dan rasanya enak, sedangkan
perumpamaan orang mu`min yang tidak membaca al-Qur`an seperti buah kurma, tidak
ada baunya namun rasanya manis, dan perumpamaan orang munafik yang membaca
al-Qur`an seperti raihanah (sejenis tanaman), harum baunya tapi pahit rasanya
dan perumpamaan munafik yang yang tidak membaca al-Qur`an seperti brotowali,
baunya busuk dan rasanya pahit.” Abu Isa berkata: Hadits ini hasan shahih dan
Syu'bah juga meriwayatkannya dari Qatadah.” (HR. Tirmidzi).
Dan juga ada yang berhubungan dengan hadits di atas
ini yaitu:
öqs9ur $oYø¤Ï©
çm»uZ÷èsùts9 $pkÍ5
ÿ¼çm¨ZÅ3»s9ur t$s#÷zr& n<Î)
ÇÚöF{$#
yìt7¨?$#ur
çm1uqyd 4
¼ã&é#sVyJsù È@sVyJx. É=ù=x6ø9$# bÎ)
ö@ÏJøtrB
Ïmøn=tã
ô]ygù=t
÷rr&
çmò2çøIs?
]ygù=t 4
y7Ï9º© ã@sVtB ÏQöqs)ø9$# úïÏ%©!$#
(#qç/¤x. $uZÏG»t$t«Î/
4 ÄÈÝÁø%$$sù }È|Ás)ø9$# öNßg¯=yès9 tbrã©3xÿtFt
ÇÊÐÏÈ
Artinya: “Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan
(derajatnya) dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan
menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika
kamu menghalaunya diulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir”. (Q.S. Al-A’raf: 176).
Analisis Kebahasaan
(ولوشئنا لرفعنه بها) Sesungguhnya kami
tinggikan (derajatnya) dengan ayat-ayat itu dan menjadikan kalian kedudukan
yang tinggi melalui pengamalan ayat-ayat tersebut, akan tetapi dia cenderung
kepada dunia dan harta, lebih mencintai dunia dan mementingkan kenikmatan
dunia. (واتبع هواه) Bagi orang-orang yang belum dihadapkan dengan kenikmatan
akhirat, belum diberikan petunjuk dengan ayat-ayat Allah, lahir bathinnya belum
diberikan kesempurnaan dan belum bisa mensyukuri nikmat Allah dengan adanya
keridhoan-Nya. Perumpaman orang yang seperti itu bagaikan seekor anjing yang
lagi hina yaitu anjing yang apabila dihalau maka dia mengulurkan lidahnya dan
apabila dibiarkan maka dia mengulurkan lidahnya juga, dan ini merupakan sifat
yang jelek dan hina yang diserupakan dengan seekor anjing. Andaikan ada sifat
orang yang serupa dengan seekor anjing ini merupakan kejadian yang sangat aneh
atau asing, yaitu merupakan bagi orang-orang hampa akan pengetahuan mengenai
ayat-ayat Allah. Dan perumpamaan yang aneh atau asing ini adalah perumpamaan bagi
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan sombong kepada Allah.
Pada waktu manusia
merasa bahagia karena adanya mukjizat Al-qur’an yang menampakan
kejadian-kejadian orang Yahudi yang tidak menyukai adanya Nabi Muhammad SAW.
Wahai rasul, ceritakanlah kepada orang Yahudi tentang orang yang diserupakan
dengan seekor anjing karena mendustakan ayat-ayat Allah agar mereka dapat
menjauhi jalan yang sesat dan kembali untuk meraih rahmat Allah, mensyukuri
nikmat Allah dan mempelajari nama-nama kebesaran Allah. Jikalau mereka
dipanggil oleh Allah, mereka menjawab akan tetapi mereka tidak menaati-Nya,
karena hanya taat kepada selain Allah.
(لعلهم يتفكرون) Maka takutlah
dengan adanya perumpamaan-perumpamaan yang seperti itu, karena Allah lebih
mengetahui sifat-sifat umat Nabi Muhammad SAW dikarenakan beliau adalah manusia
yang paling benar untuk diikuti dan dapat menolong manusia dari kesesatan.Dalam
ayat selanjutnya dijelaskan:
ساء مثلا القوم
الذين كذبوا بأيتنا وأنفسهم كانوا يظلمون
Artinya:“Amat buruklah perumpamaan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan kepada diri mereka sendirilah
mereka berbuat dzalim”.
(ساء مثلا) Perumpamaan
orang-orang yang mendustakan dan menentang ayat-ayat Allah, diserupakan dengan
seekor anjing yang tidak mempunyai apa-apa hanya memikirkan makanan dan hawa
nafsunya saja. Akhlak orang-orang yang dzalim karena penuh dengan kedustaan
maka Allah akan mendzalimi mereka dengan menjauhkan diri mereka dari petunjuk
Allah. Dalam sebuah hadits telah disebutkan orang diserupakan dengan seekor
anjing dan telag ditetapkan dalam Soheh Kitab As-Sittah. Dari Ibnu Abbas
sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda :”Bukankah orang yang hina kembali
kepada kekotoran atau kehinaan bagaikan seekor anjing yang mengeluarkan
muntahnya”.
Amat buruknya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah diumpamakan dengan seekor anjing
yang mengeluarkan muntahnya penuh dengan kotoran yang sangat menjijikkan.
4. Metode Diskusi
Metode pembelajaran
diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, atau saling mempertahankan
pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara
mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran
yang bersifat interaktif. Model pembelajaran diskusi merupakan model
pembelajaran yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah.[5]
Menurut Mc.
Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode
diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode
diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah
lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode
diskusi.
Metode diskusi adalah
suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan
masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat
terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu
melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini dikelola
dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi.
Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang
menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima
dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 (
öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym (
ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# (
#sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4
¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya: Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S.
Ali-Imran: 159).
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi
adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan
kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk
teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan
benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan
penjelasan lisan.
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ
عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِى عَائِشَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
جَدِّهِ أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ كَيْفَ الطُّهُورُ فَدَعَا بِمَاءٍ فِى إِنَاءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ
ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ
مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِى أُذُنَيْهِ
وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ
أُذُنَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثًا ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ « هَكَذَا
الْوُضُوءُ فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا أَوْ نَقَصَ فَقَدْ أَسَاءَ وَظَلَمَ » أَوْ« ظَلَمَ
وَأَسَاءَ ».[6]
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan
kepada kami Abu 'Awanah dari Musa bin Abu Aisyah dari 'Amru bin Syu'aib dan
Ayahnya dari Kakeknya bahwasanya ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; “Ya Rasulullah, bagaimanakah cara
bersuci? Maka beliau memerintahkan untuk didatangkan air di dalam bejana, lalu
beliau membasuh telapak tangannya tiga kali, kemudian membasuh wajahnya tiga
kali, kemudian membasuh kedua lengannya tiga kali, kemudian mengusap kepalanya
lalu memasukkan kedua jari telunjuknya pada kedua telinganya, dan mengusap
bagian luar kedua telinga dengan kedua ibu jari dan bagian dalam kedua telinga
dengan kedua jari telunjuknya, kemudian membasuh kedua kakinya tiga kali tiga kali,
kemudian beliau bersabda: “Beginilah cara berwudhu, barangsiapa yang menambah
atau mengurangi dari keterangan ini, maka dia telah berbuat kejelekan dan
kezhaliman atau kezhaliman dan kejelekan.” (HR. Abi Daud).
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode
pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses
bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode
pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar
yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas
sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat
kue, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kandungan Surat
Al-A’raf ayat 176-177
Dalam ayat tersebut
diterangkan bahwa bagi orang-orang yang mengamalkan ayat-ayat Allah akan di
tinggikan derajatnya, dan apabila bagi orang-orang yang tidak mengamalkan
ayat-ayat Allah karena cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa narfsunya.
maka Allah tidak akan memberikan hidayah baginya. Orang yang seperti itu
diumpamakan seperti seekor anjing apabila dihalau ia mengululurkan lidahnya dan
apablia dibiarkan ia mengulurkan lidahnya pula.
Begitu hinanya
orang yang tidak mengamalkan ayat-ayat Allah sehingga Allah akan memberikan
peringatan kepada orang yang demikian itu. Dalam ayat ini menggunakan metode
cerita dalam ruang lingkup pendidikan.
3. Kandungan Surat
An-Nahl ayat 125
Dalam ayat di atas
terdapat beberapa metode pengajaran, yaitu :
a.
Metode hikmah (pelajaran)
b.
Metode nasihat yang baik
c.
Metode bantahan yang baik dan perkataan yang lemah lembut
4. Kandungan Surat
Al-Ahzab ayat 2
Pegangan hidup bagi
Rasul dan bagi tiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul. Agama
Islam hukanlah semata-mata anutan dan pelukan. Dia bukan semata-mata aqidah
yang masuk akal atau yang disebut "rasionil". Dan bukanlah
semata-mata beribadat, melakukan sembahyang, puasa, zakat dan hajji menurut
peraturan, rukun dan syarat yang tertentu.
Al-Islam bukanlah
semata-mata mempertengkarkan soal-soal khilafiyah hasil ijtihad Ulama-Ulama
terkemuka. Islam adalah kumpulan dari itu semuanya yang dijiwai oleh rasa
kesadaran bahwa kita melangkah dalam arena kehidupan dengan penuh kesadaran
akan tanggung jawab berhadapan dengan Tuhan.
Dapat kita tegaskan
lagi bahwa agama Islam itu ialah disiplin yang keras terhadap diri sendiri,
terutama dalam kedudukan orang sebagai pemimpin.
Pendirian yang
tegas dan pegangan yang teguh, berani menghadapi segala kemungkinan di dalam
mempertahankan pendirian. Itu sebabnya maka pada ayat yang pertama sekali
diperingatkan kepada Rasul sendiri agar beliau sekali-kali jangan mengacuhkan
dan mengikuti kehendak dan permintaan orang-orang yang telah nyata kafir,
apatah lagi munafiq.
[1]Djamaluddin,
Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: , 1999), h. 114.
[2]Heri Jauhari Muchtar, Fiqih
pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 179.
[4]Al-Turmudzi,
Sunan Turmudzi, باب ما
جاءفى مثل المؤمن القرىء, no.
2791, Juz 11, h. 26.
[5]Abdurrahman
An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan, (Bandung: CV.
Diponegoro, 1996), h. 174.
[6]Imam
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, باب الوضوء ثلاثا ثلاثا,
no. 116, Juz 1, h. 187.
0 komentar:
Posting Komentar