RSS

Tafsir & Hadits Tarbawi Metode Pendidikan




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian yang Islami. Dari satu segi kita melihat bahwa pendidikan itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Disamping itu pendidikan bertujuan agar terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Menurut Islam pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan diri kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Akan tetapi pendidikan Islam disini mencakup pengajaran umum dan pengajaran agama, yang didasari dengan langkah-langkah mengajar yang disebut dengan metode pengajaran. Dalam pendidikan Islam, pengajaran agama Islam mencakup pembinaan keterampilan, kognitif, dan afektif yang menyangkut pembinaan rasa Iman, rasa beragama pada umumnya. Adapun metode pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik.
Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan Islam, agar materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam pendidikan Islam metode pendidikan ini disebut dengan istilah “Thariqatut Tarbiyah” atau “Thariqatur Tahzib”
Dalam Al-Qur’an dan Hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan,mendidik jiwa, dan membangkitkan semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu Muslimin untuk membuka hati umat manusia menerima tuntunan Allah. Dalam hal ini, salah satunya metode dakwah yang merupakan metode pendidikan yang berfungsi untuk mengajak dan membawa uamtnya ke jalan Allah dan untuk mendapat keridhoan-Nya. Untuk itu, pemakalah akan menguak lebih jelas mengenai metode pendidikan atau yang dikenal dengan metode pengajaran secara global dalam bab pembahasan yang selanjutnya.
B.       Rumusan Masalah
1. Apa makna yang terkandung dalam Surat Al-a’rof ayat 176
2. Apa makna yang terkandung dalam surat Ibrahim ayat 24-25
3. Apa makna yang terkandung dalam surat An-Nahl ayat 125
4. Apa makna yang terkandung dalam surat Al-Ahzab ayat 2
C.      Tujuan Pembahasan
1.                Memahami makna yang terkandung dalam Surat Al-a’rof ayat 176
2.    Mengetahui makna yang terkandung dalam surat Ibrahim ayat 24-25
3.    Mengetahui makna yang terkandung dalam surat An-Nahl ayat 125
4.    Mengetahui makna yang terkandung dalam surat Al-Ahzab ayat 2















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Metode Pembelajaran
Secara bahasa metode berasal dari bahasa Inggris method yang berarti cara, bahasa Greeka metha berarti melalui atau melewati, dan hodos jalan atau cara. Secara istilah metode adalah jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.[1]
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti dalam fiman Allah SWT:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx.   

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21).

Hadist diatas menerangkan tentang meneladani akhlak dan ajaran Rasulullah SAW yang termasuk tata cara beliau dalam mendidik didri sendiri, keluarga, lembaga, dan masyarakat merupakan kewajiban semua umat islam.
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkaualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang, ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
Dalam suatu pembelajaran banyak macam-macam metode yang digunakan yang mana setiap jenis metode mengajar mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, dalam pembelajaran seorang guru tidak harus terpaku dalam menggunakan berbagai metode agar proses belajar mengajar tidak membosankan, tetapi bagaimana memikat peserta didik, oleh karena itu guru harus bisa mengkombinasikan penggunaan beberapa metode atau memilih metode yang tepat.
B.  Macam-macam Metode Pembelajaran
Dalam suatu pembelajaran terdapat beberapa macam metode pembelajaran diantaranya yaitu:
1.    Metode Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah model pembelajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Model pembelajaran ini bisa dikatakan sebagai model pembelajaran yang paling ekonomis dalam menyampaikan informasi serta paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur dan metode ini biasanya digunakan untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Metode ini seringkali digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran apabila menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak, namun perlu diperhatikan juga bahwa metode ini akan berhasil baik apabila didukung oleh metode-metode yang lain, misalnya metode tanya jawab, latihan dan lain-lain. Guru harus benar-benar siap dalam hal ini, karena jika disampaikan hanya ceramah saja dari awal pelajaran sampai selesai, siswa akan bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, bahkan siswa tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya. Metode ini sesuai yang telah digariskan oleh al-qur’an yaitu:
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl: 125).

Ayat diatas merupakan gambaran yang lengkap tentang metode menyampaikan ajaran Allah kepada manusia yang berbeda sifat, tabiat, dan pembawaannya. Ada manusia yang gemar mencari kebenaran dan pula golongan awam, juga ada yang apriori, menentang dan menolak.[2]
Menghadapi kelompok-kelompok yang beraneka ragam itu tentunya perlu diterapkan metode yang sesuai dan tepat. Karena itu rasulullah dalam menyampaikan pesan atau risalah selalu menilai lebih dahulu tingkat kecerdasan seseorang. Sebelum berbicara, beliau melihat kondisi siapa yang dihadapi. Kepada setiap orang atau golongan beliau menggunakan bahasa dan tutur kata yang dapat dimengerti dan dipahami sebaik-baiknya.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَهَنَّادٌ قَالاَ حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ كُنْتُ أُصَلِّى مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَكَانَتْ صَلاَتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا. قَالَ وَفِى الْبَابِ عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ وَابْنِ أَبِى أَوْفَى. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.[3]

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan Hannad keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash dari Simak bin Harb dari Jabir bin Samrah dia berkata, saya shalat bersama Nabi SAW, ternyata shalatnya sederhana dan khutbahnya juga sederhana (tidak panjang). Perawi berkata: dalam bab ini dari 'Ammar bin Yasir dan Ibnu Abu Aufa . Abu Isa berkata, hadits Jabir bin Samrah adalah hadits hasan shahih.” (HR. Tirmidzi).

2.    Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif
bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi.
3.    Metode Pendekatan Perumpamaan
Perumpamaan merupakan cara yang tepat untuk lebih menggambarkan, menjelaskan, dan mendekatkan hakikat masalah tertentu dihati pendengarnya atau umatnya. Contohnya adalah seperti dalam hadist mengenai membaca al-Qur’an beliau bersabda:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنْ أَبِى مُوسَى الأَشْعَرِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ رِيحُهَا مُرٌّ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَاهُ شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ أَيْضًا.[4]

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari Anas dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang mu`min yang membaca al-Qur`an seperti buah utrujah, baunya harum dan rasanya enak, sedangkan perumpamaan orang mu`min yang tidak membaca al-Qur`an seperti buah kurma, tidak ada baunya namun rasanya manis, dan perumpamaan orang munafik yang membaca al-Qur`an seperti raihanah (sejenis tanaman), harum baunya tapi pahit rasanya dan perumpamaan munafik yang yang tidak membaca al-Qur`an seperti brotowali, baunya busuk dan rasanya pahit.” Abu Isa berkata: Hadits ini hasan shahih dan Syu'bah juga meriwayatkannya dari Qatadah.” (HR. Tirmidzi).

Dan juga ada yang berhubungan dengan hadits di atas ini yaitu:
öqs9ur $oYø¤Ï© çm»uZ÷èsùts9 $pkÍ5 ÿ¼çm¨ZÅ3»s9ur t$s#÷zr& n<Î) ÇÚöF{$# yìt7¨?$#ur çm1uqyd 4 ¼ã&é#sVyJsù È@sVyJx. É=ù=x6ø9$# bÎ) ö@ÏJøtrB Ïmøn=tã ô]ygù=tƒ ÷rr& çmò2çŽøIs? ]ygù=tƒ 4 y7Ï9º©Œ ã@sVtB ÏQöqs)ø9$# šúïÏ%©!$# (#qç/¤x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ 4 ÄÈÝÁø%$$sù }È|Ás)ø9$# öNßg¯=yès9 tbr㍩3xÿtFtƒ ÇÊÐÏÈ  

Artinya: “Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan (derajatnya) dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”. (Q.S. Al-A’raf: 176).


Analisis Kebahasaan
(ولوشئنا لرفعنه بها) Sesungguhnya kami tinggikan (derajatnya) dengan ayat-ayat itu dan menjadikan kalian kedudukan yang tinggi melalui pengamalan ayat-ayat tersebut, akan tetapi dia cenderung kepada dunia dan harta, lebih mencintai dunia dan mementingkan kenikmatan dunia. (واتبع هواه) Bagi orang-orang yang belum dihadapkan dengan kenikmatan akhirat, belum diberikan petunjuk dengan ayat-ayat Allah, lahir bathinnya belum diberikan kesempurnaan dan belum bisa mensyukuri nikmat Allah dengan adanya keridhoan-Nya. Perumpaman orang yang seperti itu bagaikan seekor anjing yang lagi hina yaitu anjing yang apabila dihalau maka dia mengulurkan lidahnya dan apabila dibiarkan maka dia mengulurkan lidahnya juga, dan ini merupakan sifat yang jelek dan hina yang diserupakan dengan seekor anjing. Andaikan ada sifat orang yang serupa dengan seekor anjing ini merupakan kejadian yang sangat aneh atau asing, yaitu merupakan bagi orang-orang hampa akan pengetahuan mengenai ayat-ayat Allah. Dan perumpamaan yang aneh atau asing ini adalah perumpamaan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan sombong kepada Allah.
Pada waktu manusia merasa bahagia karena adanya mukjizat Al-qur’an yang menampakan kejadian-kejadian orang Yahudi yang tidak menyukai adanya Nabi Muhammad SAW. Wahai rasul, ceritakanlah kepada orang Yahudi tentang orang yang diserupakan dengan seekor anjing karena mendustakan ayat-ayat Allah agar mereka dapat menjauhi jalan yang sesat dan kembali untuk meraih rahmat Allah, mensyukuri nikmat Allah dan mempelajari nama-nama kebesaran Allah. Jikalau mereka dipanggil oleh Allah, mereka menjawab akan tetapi mereka tidak menaati-Nya, karena hanya taat kepada selain Allah.
(لعلهم يتفكرون) Maka takutlah dengan adanya perumpamaan-perumpamaan yang seperti itu, karena Allah lebih mengetahui sifat-sifat umat Nabi Muhammad SAW dikarenakan beliau adalah manusia yang paling benar untuk diikuti dan dapat menolong manusia dari kesesatan.Dalam ayat selanjutnya dijelaskan:
ساء مثلا القوم الذين كذبوا بأيتنا وأنفسهم كانوا يظلمون
Artinya:“Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat dzalim”.
(ساء مثلا) Perumpamaan orang-orang yang mendustakan dan menentang ayat-ayat Allah, diserupakan dengan seekor anjing yang tidak mempunyai apa-apa hanya memikirkan makanan dan hawa nafsunya saja. Akhlak orang-orang yang dzalim karena penuh dengan kedustaan maka Allah akan mendzalimi mereka dengan menjauhkan diri mereka dari petunjuk Allah. Dalam sebuah hadits telah disebutkan orang diserupakan dengan seekor anjing dan telag ditetapkan dalam Soheh Kitab As-Sittah. Dari Ibnu Abbas sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda :”Bukankah orang yang hina kembali kepada kekotoran atau kehinaan bagaikan seekor anjing yang mengeluarkan muntahnya”.
Amat buruknya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah diumpamakan dengan seekor anjing yang mengeluarkan muntahnya penuh dengan kotoran yang sangat menjijikkan.
4.    Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Model pembelajaran diskusi merupakan model pembelajaran yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah.[5]
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ 

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali-Imran: 159).

5.    Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِى عَائِشَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الطُّهُورُ فَدَعَا بِمَاءٍ فِى إِنَاءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِى أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثًا ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ « هَكَذَا الْوُضُوءُ فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا أَوْ نَقَصَ فَقَدْ أَسَاءَ وَظَلَمَ » أَوْ« ظَلَمَ وَأَسَاءَ ».[6]
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Musa bin Abu Aisyah dari 'Amru bin Syu'aib dan Ayahnya dari Kakeknya bahwasanya ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; “Ya Rasulullah, bagaimanakah cara bersuci? Maka beliau memerintahkan untuk didatangkan air di dalam bejana, lalu beliau membasuh telapak tangannya tiga kali, kemudian membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh kedua lengannya tiga kali, kemudian mengusap kepalanya lalu memasukkan kedua jari telunjuknya pada kedua telinganya, dan mengusap bagian luar kedua telinga dengan kedua ibu jari dan bagian dalam kedua telinga dengan kedua jari telunjuknya, kemudian membasuh kedua kakinya tiga kali tiga kali, kemudian beliau bersabda: “Beginilah cara berwudhu, barangsiapa yang menambah atau mengurangi dari keterangan ini, maka dia telah berbuat kejelekan dan kezhaliman atau kezhaliman dan kejelekan.” (HR. Abi Daud).

Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kandungan Surat Al-A’raf ayat 176-177
Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa bagi orang-orang yang mengamalkan ayat-ayat Allah akan di tinggikan derajatnya, dan apabila bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ayat-ayat Allah karena cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa narfsunya. maka Allah tidak akan memberikan hidayah baginya. Orang yang seperti itu diumpamakan seperti seekor anjing apabila dihalau ia mengululurkan lidahnya dan apablia dibiarkan ia mengulurkan lidahnya pula.
Begitu hinanya orang yang tidak mengamalkan ayat-ayat Allah sehingga Allah akan memberikan peringatan kepada orang yang demikian itu. Dalam ayat ini menggunakan metode cerita dalam ruang lingkup pendidikan.
3. Kandungan Surat An-Nahl ayat 125
Dalam ayat di atas terdapat beberapa metode pengajaran, yaitu :
a.    Metode hikmah (pelajaran)
b.    Metode nasihat yang baik
c.    Metode bantahan yang baik dan perkataan yang lemah lembut
4. Kandungan Surat Al-Ahzab ayat 2
Pegangan hidup bagi Rasul dan bagi tiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul. Agama Islam hukanlah semata-mata anutan dan pelukan. Dia bukan semata-mata aqidah yang masuk akal atau yang disebut "rasionil". Dan bukanlah semata-mata beribadat, melakukan sembahyang, puasa, zakat dan hajji menurut peraturan, rukun dan syarat yang tertentu.
Al-Islam bukanlah semata-mata mempertengkarkan soal-soal khilafi­yah hasil ijtihad Ulama-Ulama terkemuka. Islam adalah kumpulan dari itu semuanya yang dijiwai oleh rasa kesadaran bahwa kita melangkah dalam arena kehidupan dengan penuh kesadaran akan tanggung jawab berhadapan dengan Tuhan.
Dapat kita tegaskan lagi bahwa agama Islam itu ialah disiplin yang keras terhadap diri sendiri, terutama dalam kedudukan orang sebagai pemimpin.
Pendirian yang tegas dan pegangan yang teguh, berani menghadapi segala kemungkinan di dalam mempertahankan pendiri­an. Itu sebabnya maka pada ayat yang pertama sekali diperingatkan kepada Rasul sendiri agar beliau sekali-kali jangan mengacuhkan dan mengikuti kehendak dan permintaan orang-orang yang telah nyata kafir, apatah lagi munafiq.



[1]Djamaluddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: , 1999), h. 114.
[2]Heri Jauhari Muchtar, Fiqih pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 179.
[3]Al-Turmudzi, Sunan Turmudzi, باب ماجاء فى قصد الخطبة, no. 465, Juz 2, h. 375.
[4]Al-Turmudzi, Sunan Turmudzi, باب ما جاءفى مثل المؤمن القرىء, no. 2791, Juz 11, h. 26.
[5]Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan, (Bandung: CV. Diponegoro, 1996), h. 174.
[6]Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, باب الوضوء ثلاثا ثلاثا, no. 116, Juz 1, h. 187.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 Neng Ingin Berbagi. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates